"Bunga Daisy yang katanya lambang kesetiaan"
***
"Mars, kemarin lo gak jemput gue!"
Aku menatap tajam kearah Mars yang sedang membuka pintu mobil.
"Ya terus kenapa?!"
"Kok nanya kenapa sih, gue kan jadi pake sebagian duit jajan gue buat ongkos. Jadi gue pengen sebagai ganti ruginya, sekarang lo naikin uang jajan gue!"
Mars menatap bingung kearahku, lalu tertawa kecil seakan adiknya ini sedang melucu.
"Kenapa lo ketawa? Gue gak ngajak lo ketawa tau!"
"Iya gue tau! Lagian sih lo itungan jadi ade!"
"Ini kan salah lo juga!"
"Iya seenganya lo ngerti dong, ini kan buat lo juga, biar bisa balik"
"Tapi uang jajan gue menipis Mars! Pokonya lo harus ganti!"
"Iya iya bawel, buruan masuk entar telat lagi!"
Setibanya di sekolah, aku turun dan menyodorkan tanganku dengan maksud meminta uang kepada Mars agar membayar ganti rugi uang yang di pake ongkos kemarin.
"Iya gue tau! Tapi lo merem ya"
"Lah kenapa harus merem? Lo mau nipu gue ya?"
"Enggak akan, gue kan cowok ganteng dan baik hati, jadi gaakan gue nipu lo!"
Lalu aku memejamkan mata sesuai perintah Mars, tapi hatiku merasa ada yang aneh dengan Mars seperti bau bau kejahatan. Dan aku merasakan Mars menyimpan sesuatu di tanganku.
"Nah, lo ambil terus lo buka! Gue pergi dulu byee!!"
Lalu aku mendengar suara mobil yang melaju pergi. Aku berusaha percaya dengan Mars namun saat aku membuka mata dan melihat uangnya. Ternyata uang iniiii....
"Njirr, dua rebu!!"
"Marsss!!!! Awas ya lo, tunggu pembalasan gueee!!!!" Teriaku dan mataku sekarang berapi api. Lalu saat aku menoleh kebelakang, semua murid yang berada di gerbang menatap kearahku.
"Apaan lo liat liat!"
Lalu aku berlari pergi ke dalam sekolah dan mengabaikan murid murid yang menatapku itu. Mars selalu saja membuatku marah.
Sekarang, adalah jam pelajaran olahraga, dan anehnya kenapa semua materi olahraga gak ada yang aku suka. Paling satu, dan itupun jarang aku mainkan yaitu badminton. Semua murid diperintahkan untuk pemanasan.
Aku melihat kearah siswa yang sedang bermain basket, dan itu adalah murid kelasnya Langit. Aku juga melihat Langit, dia emang paling jago dalam olahraga basket. Aku terus memperhatikan Langit dan, bruk! Karena tak fokus tiba tiba saja bola basket itu mengenai kepalaku yang lucu ini. Dan akhirnya aku pingsan.
Bau kayu putih terasa di hidungku, aku sadar dan samar samar ruangan ini terlihat oleh mataku. Lalu mataku yang tadinya harus ku stabilkan tiba tiba saja mendadak terbuka lebar saat melihat Langit berada di sampingku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Bulan & Langit
Teen Fiction[COMPLETED] Ini cerita antara Bulan dan Langit. Langit memang masa lalunya Bulan, tapi sampai saat ini Bulan masih menyukai Langit, meskipun Bulan tau sekarang Mentarilah yang bersama Langit. ----- "Aku akan berusaha melupakanmu, meskipun itu sulit"...