18

1.4K 100 1
                                    

_____

Malam ini aku sudah siap dengan baju yang rapi, tidak lupa memakai minyak wangi. Rasanya hati berbunga bunga, karena malam ini aku akan bertemu dengan Langit. Aku sudah sampai di tempat yang Langit suruh, tapi tempat ini adalah persimpangan jalan.

Tiba tiba sebuah motor berhenti di depanku.

"Langit kita mau makan dimana?"

"Ayo naik, ini pake helmnya"

Aku naik diatas motornya. Langit mengarahkan motornya ke sebuah taman, yang tepatnya taman Valensia.

"Kita kesini?"

"Iya"

Aku dan Langit turun, lalu berjalan kearah sebuah danau.

"Katanya mau makan, kok kesini? Maksud lo kita makan air?"

Kulihat Langit hanya terdiam dan cuek, aku kira dia bakalan ketawa.

"Kita naik perahu itu"

"Naik perahu? Sebenarnya mau apa sih si Langit ini, tadi di sekolah katanya mau makan, tapi kok malah ngajak ke danau, pake naik perhau segala. Tapi di pikir pikir romantis juga"

"Hei kok bengong?"

"Enggak" aku menggeleng cepat.

"Yaudah naik"

Aku dan Langit naik keatas perahu, dan Langit mendayungnya. Tapi dia malah memberhentikan perahunya di tengah tengah danau.

"Langit, kok malah berhenti di si.."

Kalimatku berhenti saat aku merasakan Langit memelukku dari belakang. Aku bisa merasakan setiap hembusan nafasnya di leherku, dan bau mint dari mulutnya.

"Langit" aku memanggilnya pelan.

"Biarkan aku Lan, biarkan aku bersama kamu malam ini. Sebelum aku benar benar pergi dari hidup kamu"

Aku tak mengerti dengan apa yang dikatakan Langit. Tapi perkataannya itu membuat hatiku tiba tiba sakit. Kenapa Langit bilang seperti itu, apa memang benar dia lebih memilih Mentari daripada aku.

"Lo ko ngomong gitu, apa kita gabisa jadi temen meskipun status kita bukan pacaran lagi?"

"Gue bakalan pergi jauh, karena gue tau kalau gue terus ada di dekat lo. Gue bakalan terus nyakitin lo"

Aku terdiam, dan merasakan Langit melepas pelukannya. Aku menoleh dan menatapnya sedang melihat Langit malam saat ini. Aku tak pernah melihat Langit yang seperti ini, sebenarnya aku udah maafin dia, tapi kenapa sikapnya seolah dia nyakitin aku banget.

"Langit kalau lo ada masalah cerita"

"Aku gabisa cerita sekarang Lan, biarin aku ada si sampingmu saat waktu itu tiba"

Beberapa jam berlalu, Langit tidak mengajakku pulang pulang. Dia masih berdiam diri di sampingku.

"Gue punya sesuatu buat lo Lan, sebelum kita meninggalkan tempat ini"

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang