7

1.7K 126 9
                                    

"Berhati hatilah dengan cinta, karena cinta bisa saja membuatmu terluka"

***

"Eh kamu kesini" suara itu membuat aku dan Dira menoleh. Ternyata dia adalah guru olahraga.

"Saya pak?" Tanyaku sambil menunjuk kearah diriku sendiri.

"Iya kamu"

Aku dan Dira menghampiri guru olahraga itu. "Ada apa pak?"

"Bapak harus pergi ke ruang guru dulu soalnya ada urusan, kamu sementara gantiin jadi wasit ya"

Aku terkejut, kenapa harus aku yang jadi wasit main bola. Aneh banget.

"Mau kan?"

"Iya pak"

"Yasudah terimakasih ya, nanti skor nya kamu kasih tau saja ke saya"

"Baik pak"

Lalu guru olahraga pergi, dan mataku terbelalak saat melihat Langit sedang bermain bola dengan temannya. Ternyata aku yang akan menjadi wasit nya Langit.

"Eh Lan, itu kan si Langit" tunjuk Dira.

"Iya, tapi gausah di tunjuk tunjuk kali"

"Kamu udah bisa move on Lan?"

Aku terdiam memperhatikan Langit. Dan mengabaikan pertanyaannya Dira, aku senang karena waktu itu diantar pulang Langit. Tapi alasannya hanya sebagai tanda minta maaf.

"Bulan" panggil Dira lagi.

"Iya"

"Kok ditanya malah bengong sih, kamu udah bisa move on belum?"

"Aku gatau Dir, pikiran sama hati aku itu bertolak belakang. Pikiraku sih mengatakan kalau aku harus melupakan Langit tapi lain dengan hati aku dia malah menolak keras"

Dira terdiam, raut wajahnya berubah bingung. Emang ini membingungkan sih, kalau aku bilang aku masih suka sama Langit, gengsi lah. Aku yang mutusin aku yang pengin balikan lagi. Dan aku hanya bisa menunggu, bahwa Langit masih mempunyai perasaan yang sama seperti aku.

"Yaudah deh jangan mikirin itu terus, kalau jodoh mah gaakan kemana. Sekarang kamu jadi wasit tuh"

Aku berdiri di pinggir lapang dan menjadi wasit, sementara Dira dia harus balik ke kelas, karena belum mengerjakan pr katanya.

Beberapa menit berlalu, permainan selesai. Aku melihat Langit duduk di pinggir lapang sendirian, sementara teman temannya sudah duluan kembali ke kelas. Aku menghampiri Langit dan berniat memberinya minum.

"Apa?" Tanya Langit. Seharusnya dia itu peka lah aku mau kasih dia minum malah ditanya "apa".

"Minumlah, lo pasti haus kan"

"Makasih" jawab Langit sambil menerima minum yang aku berikan. Aku duduk di samping Langit, entah kenapa ini dengan sendirinya.

"Lo kenapa gak balik ke kelas?" Tanya Langit.

"Eh..enggak, lagi jamkos"

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang