14

1.4K 107 1
                                    

Pertemuan antara kita selalu saja membuat aku sulit pergi darimu.

_____

Setelah pengumuman itu, sekarang untuk kelas Xll tidak ada lagi pembelajaran, semua yang dilakukan aku dengan temanku juga tidak akan pernah terulang kembali, kini kami sibuk dengan persiapan untuk melanjutkan pendidikan kami masing masing.

"Lan, kamu mau ngelanjutin pendidikan kemana? Luar negeri? Luar kota? Apa yang ada di Jakarta aja? Atau nikah?"

"Banyak amat. Yang pasti gak akan nikah lah, kamu aja"

Dira tersenyum.

"Aku sih kayanya mau ke Jogja aja, kuliah disana. Soalnya orang tuaku kan ada disana, sementara kak Mars paling setelah dia sarjana dia bakalan kerja, dan aku gamau terus ngebebanin dia"

"Sayang ya, padahal kak Mars itu kaya masih anak SMA loh, muda banget"

Mataku melebar saat Dira berkata tentang si Mars seperti itu. Muda, udah tua gitu disebut muda, emang ya cinta itu buta. Sekarang yang aku pengin ketahui adalah Langit akan melanjutkan pendidikan dimana, sepertinya di luar negeri karena dulu Langit pernah bilang kalau dia suka negeri daun maple dan itu pasti Kanada.

Saat ini aku masih bisa melihatnya, meskipun dari kejauhan, tapi saat nanti apa aku masih bisa melihatnya.

A

ku juga sampai sekarang tidak mengerti dengan kemauan hati ini, hati ini terus membuat aku bingung, bingung dengan perasaan yang sebenarnya kepada  Langit.

"Kak Mars itu udah punya kak Luna, gatau deh kenalan nya kapan"

"Kak Luna pasti cantik ya"

"Iya cantik banget"

Tiba tiba Dira memukul pelan pundakku.

"Aw, apaan sih Dir?"

"Kok kamu bilang cantik banget sih, berarti aku gak cantik dong"

"Iya kan tadi kamu nanya ya aku jawab jujur. Kenapa jadi di pukul sih"

Dira cemberut. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan kak Luna, kemarin saat ketemu dia pucat dan mukanya lesu. Seperti orang yang mempunyai penyakit parah. Entah apa yang aku pikirkan saat ini, aku terlalu peduli sama orang lain.

》》》

"Bulan, nanti kamu jadi panitia pelaksanaan promnite ya" pinta pak Indra, kepala sekolah di SMA ini.

"Baik pak, tapi saya sendiri pak?"

"Enggak kok, masa iya sendirian. Setiap kelas bapak pilih untuk menjadi perwakilan kelasnya, dan kelas ini bapak pilih kamu karena bapak tau kemampuan kamu seperti apa. Bapak harap kamu melakukan yang terbaik ya"

Aku mengangguk. "Baik pak, terimakasih"

Setelah pertemuan dengan kepala sekolah, nanti pulang sekolah aku dan beberapa perwakilan kelas lainnya akan berkumpul di aula sekolah. Sebelumnya aku gak nyangka bisa menjadi perwakilan kelas, setelah sekian lama aku memang selalu berharap menjadi panitia promnite.

Aku berjalan melewati koridor sekolah.

"Bulan" aku menoleh saat ada seseorang yang memanggilku.

"Bintang, lo ko ada disini?" Tanyaku saat melihat Bintang kini berada di hadapanku. Entah apa yang dia lakukan disini, tapi aku tidak peduli dengan urusannya.

Antara Bulan & LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang