18

14 5 0
                                    

"Gretha!! " panggil Dian dari arah gerbang menuju gedung sekolah.

Gretha terdiam menunggu Dian yang sedang berlari ke arahnya.

"tumben datang pagi." ucap Dian pada Gretha dan kini mereka berjalan beriringan.

"gue bareng sama Adry." jawabnya singkat.

"Adry? Lah si babang ganteng kemana? " tanya Dian.

"Akando udah berangkat dari pagi. Katanya dia ada acara." jawab Gretha seadanya.

"gue kira dia gak masuk."

Gretha dan Dian mulai memasuki kelas. Keadaan kelas lumayan sepi. Masih banyak yang berada di kantin dan di jalan.

"lo udah masuk grup kelas belum? " tanya Dian pada Gretha.

"belum" jawabnya enten sambil menarih tas di atas meja.

"kemarin malam grub rame banget tha! " bisik Dian kepada Gretha.

"rame kenapa? " tanyanya.

"lo tau icha kan? Teman kita yang duduk disebelah situ!" ucap Dian sambil menunjuk sebuah tempat duduk paling ujung.

"icha?" Gretha tampak memikirkan siapa sosok Icha yang sedang dibahas Dian.

"oh iya! Gue tau! Yang rambutnya pirang itu kan? " jawab Gretha ketika dia mengetahui sosok Icha.

"betul."

"emang dia kenapa? " tanyanya.

"katanya dia pacaran sama Arthur. Kemarin pulang sekolah Arthur nyatain cinta ke Icha." ucap Dian berbisik.

"sumpah? Lo gak bohong kan? " tanya Gretha tidak percaya. Icha adalah siswa pendiam. Dia juga terkenal pintar dan rajin. Bagaimana bisa dia berpacaran dengan Arthur.(?)

"sumpah demi Patrick yang gak pernah dapat ringking satu! Kemarin Arthur buat snap di Instagram bareng sama Icha. Captionnya Someone spesial. Kalau bukan pacar apa lagi! " jelas Dian panjang lebar.

Gretha tetap tidak percaya. Akhir-akhir ini Arthur sering mendekati dirinya. Kemarin juga Arthur bilang bahwa dia berharap bisa memiliki hubungan lebih dari teman. Dan serkarang Arthur berpacaran dengan Icha. Semua tampak membingungkan.

"kenapa tha? Cemburu? " goda Dian.

"gak! B aja Lah." jawab Gretha santai.

"serius? Entar lo nangis sendirian di kamar mandi gara gara Arthur udah punya dede gemes baru. " goda Dian sambil tersenyum jahil.

"apaan sih! Gue gak sefanatik itu sama cinta." elaknya.

"emang lo sama sekali gak ada rasa sama salah satu diantara cecunguknya babang ganteng?" tanya Dian.

"gak ada. Semua gue anggap teman. " jawabnya dengan enteng.

"tapi kalau gue lihat Adry suka tuh sama lo! " ucap Dian sambil menoel dagu Gretha.

"suka belum tentu sayang kan?"

"iya sih. Tapi kata sayang di mulai dari rasa suka."

"terserah lo aja deh. Gue mah anak polos. Jadi soal cinta gue kalah." ucapnya dengan wajah sok suci.

"elah...sa'ae lo tha!" jawab Dian dengan nada jengah.

Tak lama berbincang, Gretha melihat Icha berjalan masuk kelas. Namun wajah Icha tampak sembab dan wajahnya juga pucat. Raut wajahnya sangat murung. Tidak seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.

"Yan, Itu Icha! Tapi kenapa wajahnya sembab ya? Kayaknya dia habis nangis." tanya Gretha penasaran.

Dian mulai mengamati Icha yang tengah duduk melamun sambil memegang ponsel.

"mungkin dia tertekan pacaran sama Arthur." jawab Dian asal.

"tertekan?"

"iyalah. Arthur kan tingaknya naudzubillah. Mana mungin cewek sepolos Icha bisa betah." cibir Dian.

"Arthur baik kok. Dia mau jadi teman curhat gue." tolak Gretha seakan membela Arthur.

"gini nih kalau jelasin ke orang yang lagi jatuh cinta." sindir Dian sambil menyalakan ponsel miliknya.

"siapa juga yang jatuh cinta." tolaknya.

Dian hanya diam dan terus bermain ponsel sampai bel berbunyi dan semua siswa masuk kelas. Suasana yang awalnya sepi kini tampak ramai karena semua siswa mulai memasuki kelas.

GrethaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang