DC - BAGIAN 12 [LEE YOUNG]

187 38 68
                                    


Berada dalam satu situasi traumatik untuk kesekiankalinya tidak membuatku jera kembali melangkahkan kaki keluar rumah, pergi ke toko cokelat di ujung jalan, dan mencoba bersikap senormal mungkin jika nanti mendapat pertanyaan-pertanyaan dari Sungjae Oppa. Aku tak sempat tidur: tak bisa tidur meski mengantuk lebih tepatnya. Kukatakan, aku tidak mengalami trauma, tapi pasca kejadian itu mata dan telingaku tak pernah berhenti waspada. Perasaan peka yang berlebihan membuat agak tak nyaman. Tapi aku tidak sedang trauma. Tidak.

Ketika diriku keluar dari kamar, aku tak menjumpai Changsub Oppa. yang ada di sana hanya memo kecil bertuliskan: Youngi~ah, oppa kerja dulu. Kau di rumah saja, jangan kemana-mana. Aku sudah memasak nasi dan telur gulung kesukaanmu, jangan lupa makan, ya. Saranghae, uri dongsaeng. Oppa sudah berangkat? Sepagi ini, ah mungkin ia mampir ke suatu tempat. Beberapa buah di kulkas hilang. Di atas meja makan semuanya ada: lengkap. Sesempat inikah oppa melakukan semuanya hanya dalam beberapa jam? Setelah semua yang kami lalui semalam menuju dini hari?

Namun mendadak hatiku kosong: bagaimana kabar Sungjae Oppa? Apa yang terjadi padanya? Apakah semalam Changsub Oppa mendatangi tokonya? Atau apakah ia baik-baik saja? Bukankah terakhir kali ia buru-buru pergi karena sesuatu? Berbagai pertanyaan itu muncul dalam benakku yang tak bisa tenang. Aku bahkan tidak tahu mengapa justru memikirkannya sekarang padahal jelas-jelas Changsub Oppa mengatakan bahwa aku tak perlu ke toko cokelat itu lagi. Iya, itu memang kata-kata oppa-ku. Tapi bagaimana jika kehendak hati tak sesuai dengan pikiran? Tanpa menyentuh nasi dan telur gulung buatan oppa, aku melangkahkan kaki buru-buru ke toko cokelat. Jika tidak untuk bekerja, setidaknya aku tahu apa yang terjadi dan pulang kembali dengan tenang.

Ara.. araseo-yo. Jadi, Hyung.. ani.. Changsub~ssi, aku sama sekali tak punya niatan berbohong pada siapapun…”

Aku menghentikan langkahku tepat di dekat kasir ketika mendengar suara Sungjae Oppa berbicara.. dengan oppa-ku (?). Aku hanya diam: diam mendengar kalimat selanjutnya, dari manakah itu berasal, mungkinkah dari Changsub Oppa—karena mendadak jantungku berdebar ketika mendengar kata berbohong.

“Jadi, apa semua ini? Kenapa... ini mengerikan, kau tahu? Youngi ga…sudah menyukai seorang yang mengerikan.” Kudengar suara oppa-ku makin tak yakin.

“Aku seorang dokter, Changsub~ssi, dokter syaraf. Aku mengadakan penelitian lanjutan dari penemuan Nectome. Tapi tak bisa kulakukan itu di rumah sakit atau laboratorium penelitian lain, jadi kulakukan itu di sini: dengan segala keterbatasan yang ada. Sungguh tak pernah terlintas dalam benakku niatan membohongi kalian semua. Aku hanya… ingin menyimpan semua ini sendiri.” Aku terhenyak. Yook Sungjae… Sungjae yang selama ini kukagumi dan tanpa sengaja menumbuhkan benih rasa sayang.. ia seorang dokter? Bukan seorang… baiklah, tunggu dulu.. mari kita dengar apa alasannya. Aku tak mau mendengar hanya separuh. Tiap kebohongan pasti punya alasan: mungkin untuk bertahan, mungkin juga untuk sekedar ingin (?). Tapi jika Sungjae Oppa memilih alasan kedua, percayalah aku takkan pernah memaafkannya.

“Dilupakan oleh seseorang itu menyakitkan, Changsub~ssi. Hari-hari yang kau lalui sambil memeluk kenangan sendirian, semua itu berat. Kau tidak akan pernah tahu kapan dan di mana akan menghilang dari ingatan orang yang kau cintai. Mungkin kita sekarang saling bicara karena mengenali satu sama lain. Namun jika malam nanti tidak? Tidak ada yang tahu, bukan?...”

Di antara kami yang ada di toko cokelat sekarang, satupun tak ada yang mengetahui hal ini, baik alasan maupun cerita rahasia yang seharusnya tetap menjadi rahasia. Namun sekarang Sungjae Oppa seolah meruntuhkan dinding yang ia bangun sendirian selama bertahun-tahun. Aku memang tak paham hal-hal semacam penemuan ilmiah atau karya-karya terbaru ilmuwan zaman sekarang, tapi diriku bisa memahami betul perasaan seorang Yook Sungjae yang harus mengingat kenangan-kenangan masa lalunya sendiri. Ia merasa terluka bahkan meski kenangannya indah. Mengapa? Karena itu hanya ia. Apa yang lebih menyakitkan daripada terhapus dari ingatan orang yang kau cintai selamanya?
Aku merasa diriku marah. Begitu marah pada Sungjae Oppa.

[2018] DARK CHOCOLATE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang