Aku tokoh yang ternyata berperan agak penting dalam kisah ini. buktinya, Yook Sungjae dan Lee Changsub mencariku malam itu. Mereka mencariku dan memaksaku melakukan hal gila sekali lagi—hal yang bisa merusak segala yang sedang kucoba perbaiki. Pita suara. Keduanya memintaku menyediakan pita suara untuk ditransplantasikan pada seseorang. Benakku ingin marah pada hoobae-ku, namun aku masih laki-laki yang memiliki toleransi tinggi terhadap hidupku sendiri, dalam artian, jika aku memaksakan diriku marah, bisa-bisa aku terjangkit hipertensi, kalau diteruskan, bisa komplikasi, lalu aku mati. Aku rugi di sini, bukan?Operasi ilegal itu bahkan akhirnya betul-betul dilakukan: oleh kami, Sungjae dan aku. Teknis operasi itu menggunakan otak cerdasku dan berjalannya operasi itu dengan kedua tangan bocah ini. Mengapa? Kupikir harusnya ia sudah memberitahumu kemarin.
Banyak kisah cinta yang kudengar. Mereka cukup gila, disebut bodoh pun juga bisa. Namun baru kali ini aku melihat langsung kegilaan dan kebodohan itu melanda orang-orang terdekat. Sialan. Seperti menonton drama Korea. Sungguh. Tapi bagaimana? Bukannya aku enggan, aku justru merasa begitu simpatik pada kisah keduanya.
Kupikir aku harus menceritakan semua hal yang kutahu—lebih-lebih yang tak kau tahu—tanpa harus menambah dan mengurangi sedikitpun. Kita sama-sama tahu kesepakatan itu, bukan? Kesepakatan yang Yook Sungjae dan Lee Changsub buat. Jangan bilang kau lupa. Ah, tepat setelah operasi itu berhasil, Changsub mengatakan pada Yook Sungjae agar ia tak perlu menjauh dari adiknya. Dengan beberapa kalimat pendek, ia bahkan seolah memohon, memercayakan Young pada hoobae-ku.
Tapi kau tahu apa yang Sungjae katakan padanya?
“Aku tidak bisa, Hyung. Tidak. Ini bukan tentang perasaanku padanya. Sampai nanti pun bahkan seluruh rasaku tetap miliknya, tetap untuknya. Tapi aku tidak bisa jika harus berada di sisinya untuk saat ini.” Ia mengatakan hal itu dengan kepala tertunduk dan suara yang melemah. Kebingungan lalu terlihat jelas di wajah Lee Changsub.
“Wae? Kenapa tidak bisa?”
“Sungjae-ah, biar aku saja yang menjelaskan pada Changsub-ssi, eoh?”
“Sunbae…”
“Gwaenchana.” Aku menyuruhnya meninggalkan kami berdua dalam satu ruangan. Meski Changsub tetap bersikeras ingin mendengarnya sendiri dari mulut Sungjae, aku melarangnya. Benar-benar melarangnya dan berakhir menyuruh ia tinggal untuk mendengar alasan itu dariku.
“Changsub-ssi, tahukah kau bahwa awalnya Yook Sungjae adalah pasien disabilitas tunawicara?” tanyaku memastikan. Ragu, ia mengangguk, antara baru mendengar hal ini dan agak lupa tentang kisahnya.
“Sebelum ia memutuskan belajar ilmu kedokteran, neneknya berusaha keras membuat anak itu mau dioperasi. Sulit, namun ia berhasil. Sungjae mendapatkan suaranya dan menjalani karir yang ia inginkan sampai saat itu: sampai ketika neneknya meninggal, lalu dilepaskannya segalanya. Kemudian, hari ini aku melihat sebuah pengharapan besar. Terlepas dari kebodohan dan kegilaannya dengan penelitian nectome kapan hari, kurasa ia jauh lebih baik ketika bertemu dengan adikmu. Tapi aku merasa ada sesuatu yang janggal tepat sebelum ia memulai operasi Young: sebelum masuk ke ruangan itu.
“Berulang kali ia menghela napas panjang, beberapa kali juga terbatuk. Aku bertanya padanya tentang segala hal, namun ia seolah menjawab dengan enggan dan aku berakhir menahan ia pergi melakukan operasi untuk sementara.” Lee Changsub masih mendengar ceritaku. Aku tahu ini membosankan, tapi aku betul-betul harus menyampaikannya demikian.
“Kau terlibat kecelakaan akhir-akhir ini?” tanyaku.
“Tidak.”
“Jangan berbohong! Pita suaramu tidak terlihat baik-baik saja, bodoh!” Kuletakkan senter kecil itu di samping. Kutatap sepasang matanya yang gelisah. Sekali ia menghela napas pendek, lalu mengangguk. Sudah kuduga. Entah di waktu apa, aku yakin bahwa ia benar-benar akan mengakhiri semuanya, si bodoh Yook Sungjae.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2018] DARK CHOCOLATE ☑
Fanfiction(Diterbitkan dalam 'INTERLUDE') Pemuda pemilik toko cokelat yang ada di ujung jalan itu gelisah. Hari demi hari tokonya menjadi kian ramai dan secara otomatis ia membutuhkan seorang asisten. Namun, siapa yang mau bekerja di toko cokelat yang kecil...