Bab 4 : Masalah yang Menimpa Trisna

20 1 0
                                    

Merauke, 29 Januari 2021

Pagi itu di lapangan yang digunakan untuk latihan tembak. Derza terlihat sedang sibuk mempersiapkan senjatanya untuk latihan. Pagi itu adalah pagi yang tidak hanya cerah, melainkan menjadi pagi yang terbaik untuk melakukan latihan tembak agar kemampuan menembak para tentara tidak tumpul.

Di lapangan inilah para tentara dari kesatuan Korem 174/ATW mempertajam kemampuan membidik mereka bersama-sama. Anggota dari setiap peleton yang hadir pagi ini saling berusaha mendapatkan nilai terbaik yang dapat dicapainya agar tidak mempermalukan Danton mereka.

Menunggu giliran adalah hal yang harus Derza lakukan saat ini. Dikarenakan pagi ini yang sedang latihan tembak ada sekitar 7 peleton. Dan peleton Derza mendapat urutan ke-4. Memang menunggu dengan sabar hanyalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan saat ini.

Di bawah pohon rindang yang berada tak jauh dari lapangan tembak, terlihat Indra sedang sibuk. Alih-alih mempersiapkan diri, ia malah sedang asyik bermain Games di ponselnya. Tidak bisa dipungkiri lagi memang kalau bermain Games adalah hobi Indra. Tapi seharusnya dia lebih memperhatikan tempat dan situasi.

Melihat Indra yang asyik bermain Games malah membuat Derza kesal. Bagaimana tidak, semua orang memandanginya termasuk pada perwira yang hadir pagi itu untuk menilai mereka. Bukan tanpa alasan sih Derza marah. Apa yang telah dilakukan sersan muda itu jelas akan memperburuk citra peleton di bawah komando Letnan Agus.

Namun siapa yang akan menyangka. Tiba-tiba saja sebuah granat jatuh tepat di pangkuan Indra. Seketika pemuda malang itu pun panik dan segera melarikan diri tanpa menghiraukan ponselnya yang terjatuh saat ia mencoba menyelamatkan diri.

"Apa-apaan itu sersan? Kau takut sama granat mainan," kata Letnan Agus seraya menahan tawa.

"M-Mainan?" Seketika Indra pun menjadi malu.

Derza mendatangi TKP dan mengambil granat tersebut. "Hmm... Plastik. Ini memang mainan. Tapi bisa dikatakan kau sedikit ceroboh. Andai ini granat betulan, mungkin sekarang kami harus bersiap untuk pemakaman," perkataan Derza itu terdengar sangat sadis di telinga Indra.

Letnan Agus mendatangi Indra dan memegang pundak sersan malang yang baru ditipu olehnya. "Indra, aku harap kau dapat pelajaran berharga. Bagaimanapun juga kalau sampai kau bermain Games lagi dan membuatku malu, mungkin akan kujatuhkan granat sungguhan." Tatapan mata dan senyum sadis begitu mengganggu Indra.

"Permisi Letnan. Sudah waktunya bagi peleton Anda untuk dinilai," kata seseorang.

"Siap."

"Yes. Akhirnya sudah tiba waktunya bagi kita untuk unjuk gigi. Ayo Derza, keluarkan semua kemampuanmu untuk mengalahkanku." Indra sangat yakin bahwa ia bisa mengalahkan Derza—Orang yang bisa dikatakan cukup ahli dalam membidik diregunya.

"Aku senang kau sudah tidak syok lagi. Tapi kau yakin bisa mengalahkanku. Bukannya aku sombong, tapi dengan 'senjata yang belum disiapkan seperti itu," Derza melihat sebuah senjata yang tergeletak tidak terawat di atas tanah. "Aku sama sekali tidak yakin kau tidak akan kesulitan saat penilaian."

"Menembak 10 sasaran dengan jarak yang berbeda memang cukup sulit. Tapi setidaknya aku yakin, 50 persen sasaran akan kukenai."

[]=[]=[]

"Yang benar saja."

Seseorang terlihat sedang berlutut di sudut ruangan sambil bergumam. "Kenapa aku hanya bisa mengenai 1 dari 10 sasaran," ratap orang itu dengan nada yang sangat menyedihkan.

"Tidak usah terlalu dipikirkan. Meskipun sebenarnya hanya mengenai 1 sasaran itu sanggatlah memalukan."

"Perkataanmu itu sanggatlah tidak membantu."

Gejolak Di Bumi AnimhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang