Merauke, 6 Februari 2021
Malam itu sangat sunyi. Jam kala itu menunjukkan pukul 2 pagi. Tentu saja beberapa orang masih tertidur. Namun jangan lupakan sebuah fakta bahwa tempat itu adalah kompi militer Kota Merauke. Meskipun bukan markas besar TNI seperti Korem 174/ATW, tapi pengamanan di sini juga cukup ketat. Tidak heran jika setiap malam akan ada beberapa orang yang berjaga.
Namun malam itu, seseorang memasuki sebuah barak. Keadaan barak saat itu gelap dan sepi sebab semua orang masih tertidur dengan pulas. Orang ini berjalan mendekati salah satu orang yang tertidur di barak itu. Ia berjalan perlahan berharap tidak ada satupun yang menyadari kehadirannya.
"Derza!" Ia menepuk pipi Derza beberapa kali tanpa menimbulkan suara yang mungkin akan membangunkan prajurit lain yang masih tertidur. "Derza, bangunlah. Kita perlu bicara."
Merasa tidurnya terganggu, Derza perlahan membuka mata untuk melihat siapa yang sudah berani mengganggu tidurnya. "Indra. Sedang apa ka—" mulutnya di tahan oleh jari orang yang membangunkannya itu.
"Maaf. Ada hal penting yang harus kau dengar. Aku tidak mau membangunkan yang lain, jadi sebaiknya kau ikuti aku."
Dengan kepala yang dipenuhi pertanyaan, Derza terpaksa mengikuti Indra. Ia cukup terkejut kala mengetahui ia dibangunkan di waktu keadaan masih sangat gelap. "Jam berapa ini?"
"Entahlah. Mungkin jam 2," jawab Indra.
"Ada apa kau membangunkanku? Kau kesepian atau bagaimana?"
"Jangan asal bicara. Kau harus berterima kasih aku membangunkanmu. Danton tadi menemuiku di penjagaan. Ia memintaku untuk membangunkanku. Katanya sih ada sesuatu yang penting yang ingin ia katakan pada kita."
"Kira-kira ada apa ya?"
Mereka berjalan menuju sebuah kantor yang digunakan untuk keperluan administrasi kompi. Di sana ternyata, Letnan Agus sudah menunggu kedatangan mereka.
"Ada apa Danton?" tanya Derza.
"Aku sudah dapat banyak informasi. Indra pun sudah menceritakan mengenai korban itu padaku. Kupikir aku harus memberitahumu mengenai keberadaan korban penculikan itu."
Matanya terbuka lebar dengan segera. Senang adalah kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresinya saat itu. "Benarkah. Mereka sudah menemukan temanku."
"Info ini masuk tadi malam. Danrem pun sudah diberi tahu. Beliau meminta masalah penculikan diserahkan pada TNI. Artinya, misi penyelamatannya akan dilakukan oleh satuan TNI."
Indra menyentuh pundak Derza yang ada di sampingnya. "Bagaimanapun kau jangan khawatir. Trisna pasti akan diselamatkan secepatnya. Pihak kita memang tidak tahu seberapa penting sandera itu bagi mereka. Tapi yang pasti, pihak kita sangat memerlukan sandera itu karena kemungkinan ia mengetahui cukup banyak informasi. Maka dari itu, aku yakin, Danrem akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan Trisna."
Derza mendekati Letnan Agus. Tiba-tiba saja ia membungkuk. "Tolong, masukan saya sebagai anggota tim penyelamat. Saya mohon!"
"Berdirilah Derza. Saya tidak mau melihatmu membungkuk sampai memohon seperti itu." Belum selesai berbicara, perhatiannya teralih pada pintu yang sepertinya diketuk. "Masuklah!"
Seseorang memasuki ruangan. "Permisi Letnan. Saya mengantarkan dokumen yang berisi anggota yang akan menjalankan misi besok pagi. Total 23 orang tim penghancur. Tim ini dikomandani oleh Sersan Mayor Theodorus."
"Oh. Terima kasih."
Setelah dokumen itu diterima, orang itu pun pergi.
"Tunggu." Indra tampak terkejut. "23 orang? Tim penghancur? Apa maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gejolak Di Bumi Animha
ActionKeamanan dan ketenteraman kota terancam. Bermula ketika tim patroli militer menemukan sebuah bangunan yang berada di hutan dekat perbatasan. Bangunan itu dihuni oleh sekelompok orang bersenjata tak dikenal. Derza, salah seorang prajurit TNI berpangk...