Bab 11 : Ungkapan Perasaan Tak Terduga

19 0 0
                                    

Merauke, 19 Februari 2021

Peluru bertebaran memenuhi hampir seisi kota. Saat itu, pemberontakan telah memasuki hari ke-4. Dan juga, sudah 2 hari ini misi evakuasi penduduk kota berlangsung semenjak turunnya surat perintah Pangdam Kodam XVII/Cendrawasih. Keadaan saat ini tidak bisa di bilang baik. Namun hampir semua penduduk telah diberangkatkan menuju Jayapura untuk perlindungan.

Tentu saja ada penghambat yang menyebabkan misi pengevakuasian ini berjalan lambat. Semenjak musuh menyadari para militer melakukan evakuasi, mereka turun ke jalan dan mengajak para prajurit yang sedang bertugas itu bermain adu tembak.

Sehari lalu, pasukan Kopaska yang di kirimkan ke Merauke berhasil menyelamatkan sandera yang di tahan di pelabuhan. Mulai saat itu, para petinggi militer menjadi tidak ragu untuk mengerahkan semua kekuatannya untuk menggempur pasukan musuh. Namun, saat ini mereka masih fokus dalam pengevakuasian penduduk kota. Sebab jika masih ada warga sipil, maka mereka tidak akan bisa melancarkan kekuatan penuh. Hal itu juga sepertinya di sadari oleh Konpera sehingga mereka berusaha untuk mendapatkan sandera agar militer terdesak dan menahan kekuatan mereka.

Namun taktik mereka itu cukup sulit dilancarkan sebab militer bekerja dengan cepat. Mereka mulai mengevakuasi penduduk yang dekat dengan pelabuhan terlebih dahulu sebelum akhirnya yang terdekat dengan bandara. Tentu saja itu adalah taktik militer agar musuh tidak mendapatkan sandera. Karena hal itu, tidak heran jika musuh akan melakukan rencana apapun untuk bisa mendapatkan sandera. Seperti menyerang prajurit TNI yang sedang melakukan misi evakuasi.

Saat itu, di daerah sekitar Muli. Terjadi adu tembak antara pasukan militer dengan pasukan Konpera. Target mereka adalah sebuah truk yang penuh dengan warga yang sedang di evakuasi.

"Semua! Kerahkan semua kemampuan kalian untuk melindungi penduduk yang ada di truk itu!" ucap Letnan Agus.

Tanpa ragu, prajurit di bawah komando Letnan Agus menembak mati semua musuh yang terlihat di hadapan mereka. Suara bising senjata itu membuat penduduk yang sedang di evakuasi itu menjadi panik.

"Kumohon tenanglah dan tatap merunduk. Kami akan segera menyelesaikan ini," kata Derza yang berjaga di belakang truk. Musuh memang menyerang dari berbagai arah, jadi mereka harus mengelilingi setiap sisi dari truk itu.

Sambil berlindung dari hujan peluru yang mengarah padanya, Indra berbicara pada Derza. "Ayahmu juga ada didalam truk itu kan?" tanya Indra.

"Ini bukan saat yang tepat, loh! Kalau kau tidak fokus, kepalamu mungkin bisa tertembus peluru."

"Musuh dari sisi ini tidak lagi banyak. Aku rasa, kita sebagai pasukan pembantu datang di waktu yang sedikit terlambat karena mereka sudah menyingkirkan cukup banyak musuh."

Peleton Letnan Agus dibagi menjadi 2 tim. Ia bersama 15 orang pilihannya mendapatkan misi sebagai pasukan bala bantuan. Tugas mereka adalah membantu tim evakuasi apabila mereka di serang oleh musuh dalam jumlah besar.

Indra melihat ayah Derza yang terlihat begitu santai. Saat itu, ia duduk santai bersila tangan dengan mata tertutup. Tidak seperti yang lain di mana mereka berlindung mulai dari merunduk hingga tiarap agar tidak terkena peluru yang mungkin saja mengenai mereka. Pria yang sudah bisa dikatakan tua itu sama sekali tidak merasa takut meski ia duduk di posisi paling belakang.

"Ayahmu berani sekali. Ia terlihat sangat santai meski di luar sini, kita sedang berperang."

"Kamu pikir ayahku siapa, hah? Dia mantan tentara yang pernah hampir mati 2 kali dalam pertempuran senjata seperti ini. Tidak mungkin situasi seperti ini akan membuatnya ketakutan."

"Sepertinya memang benar. Sepertinya ayahmu saat ini sedang bosan."

"Ya. Itulah yang sedang aku khawatirkan saat ini."

Gejolak Di Bumi AnimhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang