Kita, terlalu fokus pada apa yang kita inginkan saja. Hingga kita tak pernah menyadari, ada yang diam-diam menginginkan kita. Teruntuk kamu, cobalah sesekali menoleh ke arah lain. Maka kamu akan menemukan aku yang tengah menatapmu. - Ilalang.
"Kamu tahu, Kejora, aku sudah mencintaimu sejak lama."
"Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?"
Ia menertawai pertanyaanku. Aku hanya menatapnya heran.
"Kamu benar-benar kejam. Bagaimana bisa kamu menerima tawaran ta'arufku disaat kamu tidak membaca proposalku dengan benar?"
Aku mengingat-ingat. Ya, aku memang tidak benar-benar membaca proposalnya. Yang kulihat hanya bagian profesi. Dokter. Sudah cukup untuk menerima tawaran ta'aruf yang ia masukkan langsung kepada Abi. Dan bahkan ketika Abi memberikan waktu untuk kami saling mengenal melalui tanya jawab, aku hanya bertanya seputar ibadah dan kegiatannya sehari-hari. Sekadar meyakinkan bahwa ia memang lelaki yang baik agama dan akhlaknya. Karena rasanya, aku akan aman jika menikah dengan lelaki yang baik agama dan akhlaknya. Pesan Abi pun demikian.
"Apa kamu benar-benar tidak ingat kalau kamu pernah mengenal nama Ilalang sebelumnya?"
Aku menggeleng. Ia menghela napas, frustrasi. Tangan kirinya hendak mengusap kepalaku, tapi dengan segera aku mengelak. Ia langsung tersenyum dengan sorotan mata sedih. Tangannya yang nyaris mengenai kepalaku langsung ia genggam dan kembalikan pada stir mobil. Aku bisa melihat kekecewaan yang mendalam dari matanya.
Pagi tadi akad nikah kami baru saja berlangsung. Hanya sekali Ilalang menyentuhku, yaitu ketika ia memasangkan cincin pernikahan. Setelahnya aku selalu menghindar. Bahkan usai akad, aku menolak ketika ia hendak mencium keningku.
Akad nikah kami berlangsung sederhana di masjid dekat kompleks rumah. Hanya dihadiri oleh keluargaku, keluarga Ilalang dan beberapa tetangga dekat. Orang tua Ilalang yang sibuk di luar negeri langsung pamit kembali ke luar negeri usai menghadiri acara akad nikah kami. Dan sore ini, Ilalang juga langsung membawa aku tinggal dengannya.Jujur, aku sedih karena Abi dan Umi semudah itu mengizinkan aku, putri semata wayang mereka untuk dibawa pergi oleh lelaki lain. Ahh ya, ralat. Bukan lelaki lain, tetapi lelaki yang telah menjadi suami putri mereka.
Oh tidak, aku tidak menyangka saat ini aku benar-benar telah menikah. Aku menoleh ke arah Ilalang, memandangi wajah yang tengah fokus menyetir. Wajah yang tak pernah kubayangkan akan menjadi pendamping hidupku.
"Jangan dipandangi terus. Nanti naksir," goda Ilalang sembari sekilas melihatku. Aku segera mengalihkan pandangan pada jalan.
"Hanya berusaha mengingat-ingat apakah aku benar-benar pernah mengenalmu sebelumnya, " jawabku datar. Anehnya Ilalang tersenyum lagi. Meski ia tak menoleh, tetapi aku bisa melihat ia tersenyum simetris dan aku akui ia memang tampan.
"Hari itu Senin, 10 Agustus 2008. Hari dimana aku pertama kali melihatmu dan jatuh cinta kepadamu." Ia tertawa setelah mengucapkannya. Aku hanya ikut tertawa tanpa peduli dengan yang ia ucapkan. Ternyata, Ilalang sosok yang humoris juga.
"Kau jago mengarang cerita lucu juga," ujarku.
Ia berusaha menghentikan tawanya kemudian menoleh sekilas, "Itu bukan karangan cerita lucu. Itu kisah nyata sebuah cinta," bantahnya. Aku kian tertawa. Ilalang, aku benar-benar berharap bisa mencintaimu.
Suara klakson keras berbunyi. Mobil kami nyaris menabrak mobil lain di dekat persimpangan. Ilalang sebenarnya tak salah, mobil yang mengklakson itu justru yang salah karena hendak melintas saat sebenarnya jalur lintasnya sedang menjadi jalur lintas kami, bagiannya baru saja beralih menjadi merah.
"Maaf karena aku nyaris membuatmu dalam bahaya."
Aku bergumam, "Fokus saja menyetir."
"Baik, Tuan Putri."
Tidak ada lagi percakapan di antara kami. Hanya terdengar suara murottal Surah Ar-Rahman menemani perjalanan kami menuju Kulim-rumah yang sudah ia persiapkan.
Ar-Rahmaan... ‘Allamal quraan... Khalaqal insaan... Allamahul bayaan... Asy-syamsu wal qamaru bihusbaan...
Ayat itu membuat pikiranku melayang pada saat Ilalang memberikan mahar hafalan surah Ar-Rahman. Suaranya masih terngiang. Suara merdu yang membuat tenang semua hati. Ya Allah, mudahkanlah hatiku untuk mencintai jodoh terbaik dari-Mu ini.
***Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilalang (COMPLETE)
SpiritualIlalang. Dia adalah lelakiku. Tepatnya, lelaki yang mencintaiku dengan teramat baik. Sosok suami idaman setiap wanita. Termasuk juga aku. Ya, siapa yang tak mau bersuamikan dokter tampan? Berakhlak baik juga taat pada Sang Khalik. Terlebih, sejak l...