Jika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, aku akan memilih untuk jatuh cinta padamu saja. Bukan dia.
"Astaghfirullah," kak Zita langsung bergidik ngeri ketika kuperlihatkan isi kadonya. Bagaimana tidak? Kado manis dengan kotak berwarna merah muda berbalut pita silver yang menawan ternyata berisi boneka teddy bear kecil yang lehernya telah disobek. Ada banyak kapas berserakan lengkap dengan siraman tinta merah pada sobekan. Tak hanya itu, mata kiri teddy bear pun telah di copot oleh sang pemberi kado. Mengenaskan.
"Dari siapa sih, Kak? Kok serem gitu?"
Aku mengangkat bahu sambil berkata, "Doakan saja yang ngasih segera mendapatkan hidayah dari Allah, Kak."
Kak Zita mengucap Amin sambil terus saja memasang wajah tak habis pikir. Aku hanya bisa berpesan, agar esok, jika ada lagi yang memberikan kado untukku tanpa identitas, sebaiknya jangan diterima. Dan kak Zita sepakat dengan pesanku.
Kado tersebut langsung kubuang ke tong sampah. Suratnya kubiarkan tersimpan dalam kantung gamis.Tidak segera kubuka, bebab aku tak ingin memulai hariku dengan membaca sesuatu yang akan membebani pikiran. Biar nanti-nanti saja.
***
Lagi-lagi hari ini Ilalang izin tidak bisa menjemput. Kuputuskan untuk menjemput motor ke rumah orang tua. Sayang, Ilalang tidak mengizinkan aku pergi ke rumah orang tuaku sendirian. Melalui telepon, Ilalang meminta agar aku menunggu sebentar. Jingga dan Orion akan datang untuk menemani, katanya.
Oh tidak, mengapa Ilalang tak henti-hentinya meminta tolong pada Orion? Aku tahu, Orion sepupunya, tetapi ... apa harus ku terangkan kepada Ilalang tentang perasaan ini?
Pukul setengah enam, Orion dan Jingga menjemputku dengan mobil Avanza hitam. Jingga semula memberi aku kesempatan untuk duduk di jok depan, tetapi aku menolak dan lebih memilih untuk duduk sendirian di jok belakang. Tak banyak yang aku bicarakan di mobil. Aku hanya menjadi pendengar yang baik terhadap cerita-cerita Jingga tentang kampusnya. Sesekali juga Jingga bercerita tentang Orion. Banyak sangkalan dari Orion ketika Jingga bercerita, tetapi aku lebih percaya cerita Jingga ketimbang sangkalan Orion.
Tentang Orion, kata Jingga, Orion itu waktu kecil suka ngambil mainannya Ilalang, untung saja Ilalang dari kecil emang sudah punya hati yang lapang, jadi ya ... Ilalang selalu ikhlas saja kalau mainannya di ambil Orion. Terus, Orion itu suka isengin Jingga dan Ilalang. Suka gangguin Jingga kalo lagi main sama temen cowok.
Orion bilang, dia waktu kecil nggak pernah ambil mainannya Ilalang. Jingga saja yang sok tahu. Dia juga nggak pernah jail dan iseng. Katanya, dia sejak dalam kandungan sampai sekarang, sudah tercipta sebagai cowok ganteng yang baik hati dan tidak sombong.
Aku hanya tertawa-tawa mendengar mereka berdua asyik saling membenarkan diri. Terakhir, Jingga cerita tentang Orion yang dulu disukai banyak cewek-cewek waktu SD, trus punya banyak pacar pas SMP, dan pas SMA, Orion mogok pacaran dan sampai sekarang masih jomblo dengan alasan nggak ada cewek yang menarik. "Padahal emang reputasi bang Orion yang buruk karena dia udah jadi jelek sejak SMA sampai sekarang. Jadi nggak ada ccewek yang mau jadian sama dia." begitu ejek Jingga.
"Ih apaan sih, Dek, sampai ngomongin status. Abang itu bukannya nggak laku, tapi terlalu pemilih aja," sengit Orion membela diri.
Kami tertawa. Tanpa sadar, mobil Orion sudah memasuki kompleks perumahan orang tuaku. Umi membukakan pagar dan Orion membuka kaca jendelanya untuk memberikan salam saat melewati Umi di pagar. Aku hanya memandangi Orion sambil senyum-senyum.
Ini pertama kalinya Orion datang kerumah meski kami adalah teman semasa SMA. Aku memperkenalkan Orion dan Jingga pada Abi dan Umi. Mereka menyambut dua sepupu Ilalang tersebut dengan ramah. Sempat mereka bertanya soal Ilalanng, lalu kujelaskan bahwa Ilalang sibuk di Rumah Sakit. Abi dan Umi paham, justru mereka sempat-sempatnya memuji Ilalang, yang meskipun tidak mengantarkanku, tetapi bertanggung jawab meminta tolong kepada sepupunya agar ada yang mengantarkanku. Aku hanya tersenyum mendengar cara pikir Umi dan Abi. Jujur saja, aku justru merasa Ilalang terlalu berlebihan, toh sebelum menjadi istrinya aku juga biasa kemana-mana sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilalang (COMPLETE)
SpiritualIlalang. Dia adalah lelakiku. Tepatnya, lelaki yang mencintaiku dengan teramat baik. Sosok suami idaman setiap wanita. Termasuk juga aku. Ya, siapa yang tak mau bersuamikan dokter tampan? Berakhlak baik juga taat pada Sang Khalik. Terlebih, sejak l...