Meski tanpa jaminan untuk kembali, aku mengizinkannya pergi. Persis sebagaimana aku mengizinkannya untuk menikahiku meski tak ada jaminan ia akan hidup selamanya.
"Ya Allah, tolong jaga dia," bathinku.
Ilalang sudah berjalan menaiki tangga menuju ruang tunggu keberangkatan. Ia berbalik dan melambai-lambai. Bahkan aku bisa melihat senyumannya dari balik kaca transparan dan meski dari jarak yang tak dekat ini. Tanganku balas melambai, juga ikut tersenyum.
Hari ini tanggal 1 Oktober 2018. Ilalang berangkat menuju Jakarta. Bertemu dengan empat orang dokter lainnya untuk pembekalan menuju Jalur Gaza. Katanya, tiga hari setelah pembekalan, mereka akan langsung berangkat menuju lokasi. Kotrak penugasan Ilalang adalah selama 1 bulan. Dalam perencanaan, inshaAllah tanggal 5 bulan depan ia akan kembali ke Pekanbaru. Dan 26 November, kami akan melangsungkan pesta pernikahan sesuai rencana keluarga.
Jujur saja, perasaanku benar-benar amat takut ketika harus memberikan izin atas kepergian Ilalang. Melihat berbagai kasus yang terjadi di jalur Gaza, aku benar-benar menghawatirkannya. Tetapi, Umi dan Abi justru memberi keyakinan padaku untuk memberikan izin. Abi bilang, "Tak mudah untuk memberanikan diri menjadi relawan di tempat seperti itu. Tetapi Ilalang dengan sangat berani justru mengajukan diri. Sebagai istri, seharusnya kamu mendukung niatan baik suami. Mendukung cita-cita suami selama cita-cita tersebut masih berada dalam jalan yang baik. Kecemasan hanya akan jadi penghalang, Kejora. Berprasangka baiklah pada Allah, terus berdoa."
Melalui telepon, Umi juga turut memberikan dukungan, "Umi paham bagaimana perasaanmu saat ini, Nak. Tetapi, tidak seharusnya ketakutan itu menjadi alasan untuk kamu tidak mendukung niat baik suamimu. Cobalah kamu saksikan video-video disana dengan sudut pandang yang berbeda, dengan sudut pandang betapa warga Palestina benar-benar membutuhkan banyak tenaga medis. Allah sudah memberi kesempatan kepadamu untuk turut membantu mereka melalui kesempatan Ilalang. Tak banyak orang yang dapat kesempatan semacam itu. Umi yakin kamu bisa melewatinya. Satu bulan bukan waktu yang lama kok, Nak."
Banyak perdebatan antara hati dan pikiran. Hingga Ilalang berkata, "Kejora, jika memang kamu tidak mengizinkan, aku tidak akan pergi. Aku tidak ingin meninggalkanmu dalam kekhawatiran. Aku akan mengurus pengunduran diri dari penugasan."
Mendengar perkataan Ilalang, aku justru merasa kalau aku sudah menjadi wanita yang terlampau egois. Hanya karena perasaan takut yang juga tidak beralasan, aku menghalangi cita-cita Ilalang, aku menghalangi seorang hamba Allah yang berniat untuk menolong banyak hamba Allah lainnya yang tengah berjuang di Palestina sana. Aku tidak ingin menjadi wanita yang egois.
Banyak malam kulewati tak hanya dengan sholat tahajud, namun juga sholat istoqarah. Memohon petunjuk pada Allah. Hingga pada akhirnya, Allah menggiring hatiku untuk lebih condong pada sebuah restu. Jika kamu dihadapkan pada sebuah pilihan, maka pilihlah pilihan yang dapat mendekatkan kamu kepada Allah. Aku merasa pilihan inilah yang tepat. Meski tanpa jaminan untuk kembali, aku mengizinkannya pergi. Persis sebagaimana aku mengizinkannya untuk menikahiku meski tak ada jaminan ia akan hidup selamanya.
Ponselku bergetar. Menyadarkan diri yang telah lama melamun di balik kaca pembatas ruangan di Bandara. Satu pesan masuk dari Ilalang memalui whatsapp.
Ilalang : Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Aku akan selalu baik-baik saja dalam lindungan Allah, sebagaimana kamu juga baik-baik saja dalam lindunganNya. Aku mencintaimu karena Allah, Kejora.
Aku tersenyum membaca pesannya. Lalu kubalas : Aku tidak akan khawatir jika kamu selalu memberi kabar. Jadi, berkabarlah selalu.
Ilalang : Ya, Inshallah. Sudah dulu ya, sudah boarding. Assalamualaikum, istri tercintaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilalang (COMPLETE)
EspiritualIlalang. Dia adalah lelakiku. Tepatnya, lelaki yang mencintaiku dengan teramat baik. Sosok suami idaman setiap wanita. Termasuk juga aku. Ya, siapa yang tak mau bersuamikan dokter tampan? Berakhlak baik juga taat pada Sang Khalik. Terlebih, sejak l...