"Apa begini saja akhir cerita yang ingin kamu buat?" Penulis berniqob hitam tersebut menatapku bingung.
Penulis itu bernama Ratifa Mazari. Seseorang yang dikenalkan oleh Orion padaku beberapa hari lalu usai acara pameran lukisan Orion di Seoul. Mendengar cerita tentang Ilalang, Ratifa mengaku tertarik menulisnya. Ia menawar agar aku mau menjadikan kisah nyata ini abadi dalam sebuah novel.Jujur saja, tanpa berpikir, aku langsung menyetujuinya. Alasannya sederhana, aku ingin mengabadikan kisahku bersama Ilalang. Kisah singkat yang kuharap masih memiliki kelanjutan.
"Ya. Itu saja. Tidak ada lagi yang bisa kuceritakan. Cerita ini nantinya akan menjadi cerita tentang Ilalang. Jadi, ketika tokoh utama menghilang, aku pun kehilangan lanjutan ceritanya." Kalimat itu mengalir begitu saja. Dengan senyum yang tak mampu kubuat bahagia. Terasa ada yang panas di bagian mata. Membuat tatapanku sejenak mengabur. Namun, aku masih mampu melihat Ratifa tersenyum tipis sembari mengambil secangkir teh beraroma melati yang sudah beberapa kali ia seduh.
Mata ini mengerjap. Beralih memandang jauh ke depan. Menatap pepohonan Ginko yang telah berubah warna menjadi pelangi di musim Gugur. Aku menggosok-gosok tangan untuk menghangatkan diri. Tak lama, Ratifa kembali bersuara. Suara gumaman panjang yang membuatku menoleh dan memberi perhatian lebih.
"Jangan sungkan jika hendak bertanya. Aku sudah katakan bahwa aku akan menjawab semua pertanyaanmu demi proyek novel ini."
Ia tertawa mendengar ucapanku yang lebih dulu keluar sedang ia masih bergumam ketika itu. "Aku hanya penasaran. Dari yang aku lihat, dari caramu bercerita dan mengharapkan Ilalang kembali, sepertinya diam-diam kamu sudah mencintai Ilalang. Tetapi, dari apa yang terjadi. Bahkan hingga sampai akhir ceritamu, aku tak menemui kata bahwa kamu mencintainya. Bahkan kamu ingin tag line novel ini adalah permohonan maaf karena kamu tidak pernah bisa mencintanya." Ia lanjut bergumam, sesaat kemudian kembali berkata, "Mohon maaf, aku hanya penasaran, apakah kamu benar-benar tidak mencintai Ilalang? Lalu untuk apa kamu tertarik dengan proyek novel ini dan mengharapkan Ilalang kembali?"
Aku tertawa menatap Ratifa. Wanita berniqobb ini memiliki usia yang sama denganku. Dia juga ramah. Itulah yang membuat kami menjadi lebih cepat akrab di awal pertemuan. Meski wajanya tertutup niqob, tetapi ekspresinya masih mudah dibaca hanya dengan melihat sepasang bola mata hitamnya.
"Aku akan menjawab pertanyaan itu jika Ilalang sendiri yang bertanya," jawabku singkat. Ratifa hanya mengangguk seolah mengerti.
"Umi!" Panggilan nyaring terdengar dari jarak yang tak jauh. Bintang, putri kecilku yang baru berusia empat tahun berlari diekori oleh Orion di belakangnya.
"Mi, Papa Ori jahat!" Adu Bintang memainkan mimik wajah yang tak asing. Bintang memang suka cemberut manja jika ada sesuatu yang tak berjalan sesuai kemauannya. Aku dan Orion kerap menikmati saja jika Bintang sudah begitu, karena aku tak ingin menjadi orang tua yang menuruti semua kemauan Bintang. Bintang harus paham sejak dini bahwa banyak hal dalam hidup berjalan tak sesuai kemauan kita. Ada apa-apa yang memang dibolehkan dan apa-apa yang tidak dibolehkan.
*Tamat*
Novel Ilalang ini memang hanya sampai disini. Seperti apa yang dikatakan Kejora. Kisah ini tentang Ilalang, dan saat Ilalang menghilang, cerita ini pun kehilangan lanjutannya.
Gantung? Banyak pertanyaan kalian yang tak terjawab?
Hihi sengaja.
Jangan bersedih.
Kisah ini memiliki 3 bagian. Bagian pertama adalah "Ilalang" yang diceritakan dari sudut pandang Kejora. Bagian ke dua ada "Aku Orion" yang diceritakan dari sudut pandang Orion. Dan terakhir, bagian ketiga nantinya yang masih dirahasiakan. Tunggu saja ya.
Ingat! Kisah Ilalang-Kejora-Orion dan segala tokoh dalam Novel ini masih belum berakhir. Masih akan menemani kalian. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kalian akan berangsur terjawab pada bagian" selanjutnya.
Nantikan bagian kedua dari kisah ini hanya di Novel "Aku Orion"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilalang (COMPLETE)
SpiritualIlalang. Dia adalah lelakiku. Tepatnya, lelaki yang mencintaiku dengan teramat baik. Sosok suami idaman setiap wanita. Termasuk juga aku. Ya, siapa yang tak mau bersuamikan dokter tampan? Berakhlak baik juga taat pada Sang Khalik. Terlebih, sejak l...