Reuni

318 10 3
                                    


Namanya adalah Santi, seperti tertulis di dadanya, seorang gadis tinggi semampai berambut panjang yang dikuncir, kulitnya kuning langsat dan matanya agak sipit, dia memakai kacamata berframe metal yang berwarna pink, aku tahu itu adalah kacamata merek Laura Ashley dari motif floral di framenya. Bibirnya yang merah muda menyunggingkan senyum, matanya menatap girang, lalu berjalan mendekati kami, setelah sebelumnya berteriak memanggil dia yang sedang duduk disampingku. Aku mencoba melihat badge sekolah di lengan seragamnya, disitu tertulis nama sebuah sekolah di Kota Bogor, bukankah dia ini murid pindahan dari Bogor? Apakah gadis ini teman lamanya?

"Hei... lama tak jumpa." Santi mengulurkan tangannya.

"hei... kamu ikut lomba juga?" dia memegang tangan santi, berjabat tangan.

"ya... seperti itulah, karena kamu pindah, aku jadi kepilih deh buat ikut lomba." Santi tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya padaku, dan berkata "temanmu? Hai kenalkan, aku Santi." Dia mengulurkan tangannya padaku sekarang.

"Hana..." aku menjabat tangannya.

"kalian satu tim?" tanyanya.

"iya... begitulah..." jawabku.

"wah... kalau kita nanti ketemu, aku gak yakin bisa menang nih, dia kan orangnya pandai berdebat." Santi menunjuk dirinya, dia hanya tersenyum dan mengedipkan mata.

"kalau begitu, semoga kita tidak ketemu ya..." jawabnya.

"iya... semoga kamu kalah sebelum bertemu timku," dia tertawa. "eh... kata anak-anak, kamu sulit dihubungi, sombong sekali, ganti nomer ko gak bilang-bilang..."

"oh... anu... sekarang aku gak punya hape..." jawabnya cengengesan.

"OMG... kenapa? Rusak atau hilang? Kalau gitu pake punyaku dulu nih..." dia menyodorkan Iphone 6 miliknya dengan case bermotif bunga. "aku masih ada yang lain di rumah, nanti kalau sudah punya, baru kamu balikin."

"ga usah... ngerepotin aja..." dia menolak.

"yah... trus, kalau kita mau ngontak gimana?" Santi tampak kecewa.

"kamu save aja nomerku, nanti kalau ada apa-apa hubungi aku, biar kusampaikan padanya." Aku menawarkan diri, dia melirikku heran.

"hm... boleh deh..." kata Santi. Setelah menyimpan nomorku, Santi pamit kembali ke timnya, karena mereka akan bertanding sebentar lagi.

"Teman di sekolah dulu?" tanyaku padanya.

"iya... teman sekelas, dia paling pintar, tapi tetep kalau bahasa Inggris aku yang paling jago." Katanya menyombongkan diri.

"oh... peduli banget sama kamu kayaknya, sampe mau minjemin hape, iphone lagi...."

"kenapa emangnya? Kamu cemburu?" aku melotot dan segera mencubit perutnya, dia meringis kesakitan. Tak lama kemudian Mr. Anwar pembimbing kami memanggil dan memberikan motion untuk pertandingan kami berikutnya.

Saat itu kami sedang berpartisipasi dalam lomba debat Bahasa Inggris antar SMA se-Jabodetabek, aku dan dia terpilih untuk ikut seleksi atas rekomendasi Mr. Anwar, kurasa beliau terpukau dengan hasil tugas esai dan presentasi kami beberapa waktu lalu. Dari sekitar 16 orang yang diseleksi pihak sekolah, terpilihlah dua tim beranggotakan tiga orang per timnya. Anggota tim A adalah aku, dia dan Hani anak kelas X. Tim B saat ini sedang bertanding, dan kami tenggelam dalam diskusi tentang motion pertandingan kami. Hari ini adalah babak penyisihan dimana 26 tim yang terdaftar akan diseleksi dengan sistem nilai, dan diambil 8 besar teratas untuk masuk babak semifinal.

LaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang