Aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika ayahku berjanji untuk menghabiskan waktu bersamaku di hari ulang tahunku, dia berjanji untuk mengambil cuti satu hari dan aku akan izin untuk tidak masuk sekolah demi menghabiskan waktu bersamanya seharian. Walau ibu bilang hanya bisa meluangkan waktu dari sore hari, aku sudah bahagia tak terkira. Setidaknya aku memiliki mereka lebih lama dari biasanya.
Aku sudah membuat jadwal di hari itu, tentang apa yang akan aku dan ayahku lakukan dari pagi. Kami akan memasak sarapan bersama, setelah itu aku dan ayah akan pergi hiking. Aku ingat dengan jelas ketika masih kecil, ayahku belum sesibuk saat ini, dia suka membawaku kemping. Kami tidur di padang rumput, di bawah langit bertabur bintang, dia bercerita padaku bagaimana dia senang sekali melihat langit malam bertabur bintang dan dia akan menyebut semua jenis rasi bintang dan menunjukaannya padaku. Itulah kenapa aku dinamai Layla, yang berarti malam. Aku adalah malam yang penuh bintang katanya. Walau kami tidak bisa kemping, setidaknya hiking sudah cukup untukku. Setelah itu di sore hari kami akan bertemu ibu di restoran favorit ayah dan ibu. Dulu mereka sewaktu berpacaran sering datang kesana. Ibu senang dengan masakan tradisional yang disediakan disana, sementara ayah senang dengan konsep restoran di tengah sawah. Jika kita makan malam disana, kita bisa mendengar suara katak, dan hewan-hewan sawah lainnya. Ditambah jika beruntung, kita pun bisa sambil melihat langit malam bertabur bintang. Favorit ayahku.
"kamu harus mengerti layla" ayahku memohon sambil memegang tanganku.
"tapi ayah sudah berjanji, kenapa ayah sekarang bilang tidak bisa?"
"Ini penting bagi perusahaan, jika ayah menundanya, kesempatan emas ini tidak akan datang untuk kedua kalinya."
"aku tidak peduli dengan perusahaan, ayah sudah berbohong!" aku berlari ke kamar dan mengunci pintu. Kudengar ayah mengetuk sambil memanggilku.
"Layla, kamu sudah besar, kamu seharusnya sudah mengerti, semua yang ayah lakukan ini demi kebaikanmu juga."
"aku tidak peduli! Pergi saja sana!"
"ayah janji, setelah urusan ini selesai kita akan hiking bersama, seperti yang kau inginkan." Aku tak menjawab, lalu kudengar langkah ayah menjauh. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam kamar, yang ayah lakukan memang demi kebaikanku, menjamin ekonomi penunjang kehidupanku di masa depan, tapi tetap saja, aku ini butuh kasih sayang, aku ingin bersama dengan orang yang paling aku cintai, aku tidak meminta banyak, hanya sehari saja, tidak bisakah dia memberikan sedikit waktu itu? Dia berjanji lain waktu? Asal kau tahu saja, ini bukan pertama kalinya dia mengingkari janji seperti ini. Aku bodoh telah mempercayainya kali ini.
Waktu bersama keluarga adalah hal yang paling membuat aku bahagia, mungkin kau tidak bisa memahamiku jika tidak berada di posisiku ini. Kau yang setiap hari bertemu dengan ibu dan ayah, kau yang sering bertengkar dengan ibu karena dia melarangmu ini itu, kau mungkin tidak akan paham perasaanku. Betapa sakit hatiku saat itu.
Esoknya aku tidak bersemangat sekolah, Zahra dan Rani menyadarinya dan tidak banyak berbicara denganku, mereka tahu aku hanya butuh waktu sendiri. Mereka bilang seakan ada tulisan di jidatku "jangan ajak aku bicara hari ini." Mereka sungguh sahabat terbaikku, tapi mereka pun tak sanggup menahan kebiasaan burukku jika rasa ini mulai menyerang.
"kamu bawakan Zahra?" aku bersikeras.
"ada... tapi gak disini juga kali, nanti sajalah tunggu pulang sekolah."
"aku ga bisa nunggu, mumetnya sekarang... cepet ah..."
"awas ya... jangan ketahuan!" dia merogoh tasnya dan memberikan sesuatu yang segera aku ambil dan masukan ke dalam saku.
"bawel kamu..." aku pergi meninggalkannya di kelas.
Aku memang terkenal murid sempurna di sekolah, cantik, pintar, berprestasi, murid teladan dan kaya. Tapi tak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula aku. Tidak ada yang tahu di sekolah ini kecuali tentunya kedua sahabatku ini, bahwa aku punya kebiasaan merokok. Asal kau tahu saja ya, merokok adalah pelanggaran berat di sekolah ini, aku mengerti kenapa institusi pendidikan pada umumnya mengkategorikan tindakan merokok sebagai pelanggaran berat. Merokok diidentikan dengan tindakan negatif karena selain dapat menjurus ke narkoba, merokok juga adalah tindakan self-destructive, pelan-pelan membunuh diri dengan meracuni diri sendiri. Merokok itu tak ada gunanya, itu kata mereka. Lalu ditambah dengan image negative yang diberikan orang lain pada perokok, khususnya perempuan. Jujur saja, bagaimana reaksimu ketika melihat seorang perempuan merokok? Pasti kau pikir dia perempuan tidak baik kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Layla
RomansaLayla, seorang gadis SMA yang merasa ada yang kurang dalam hidupnya, belajar arti cinta dari seorang laki-laki yang aneh. ini adalah kisah tentang pencarian makna cinta dan kehidupan.