Chapter 1

3.3K 212 36
                                    


1

Anak itu terlihat sempurna secara fisik. Sepasang mata bulat dengan manik sewarna lelehan cokelat, surai cokelat terang yang begitu lembut, hidung mancung dan bibir berwarna merah ranum. Ah jangan lupakan kulit putihnya –atau bisa kita menyebutnya pucat? Entahlah, tapi yang pasti itu menambah kesan sempurna bagi anak itu.

Tapi seperti yang kita tahu, sesungguhnya tak ada seseorangpun yang benar-benar sempurna. Begitupun anak itu. Dia, yang akan memasuki usia 16 itu, kehidupan yang dijalaninya nyatanya tak sesempurna penampilan fisiknya.

Ia tinggal bersama Ibunya, seorang wanita yang bekerja pada malam hari disalah satu klub malam di kota Seoul. Jangan tanya dimana Ayahnya, dia sendiri tak tahu siapa Ayahnya. Ibunya tak pernah membahas mengenai hal itu dan dia enggan untuk bertanya. Ya. Ia enggan tahu jawabannya. Memangnya Ayah seperti apa yang diharapkannya sementara ibunya bekerja di klub malam seperti itu? Bahkan ia tak yakin Ibunya ingat siapa Ayahnya.

Tapi tok anak itu bersyukur karena Ibunya ada bersamanya meski wanita itu tak pernah menghiraukan kehadirannya. Baginya, asal masih bisa melihat wanita itu, itu saja sudah cukup. Meski harus ia akui, ia ingin lebih dari sekedar bisa melihat wanita itu. Sudut hatinya ingin dia mendapatkan sesuatu yang harus diberikan seorang Ibu pada anaknya. Kasih sayang dan perhatian.

"Kyuhyun-ah? Kau melamun lagi?!"

Kyuhyun –Cho Kyuhyun, yang tengah tanpa sadar melamun itu tersentak begitu suara cempreng seseorang menyadarkannya. Kim Ryeowook, teman kerja part time-nya itu menatapnya didepan pintu dapur dengan wajah kesal. Mungkin sejak tadi temannya itu sudah memanggilnya dan dia mengabaikannya karena terlalu sibuk dengan lamunannya.

"Ada apa, Ryeowook-ah?" terlalu datar. Dan Ryeowook menghela nafas karenanya. Anak itu berusaha agar tak melempar gelas ditangannya ke arah Kyuhyun. Beruntunglah Kyuhyun karena Ryeowook sudah lama mengenal anak itu, jadi Ryeowook masih bisa mentolerir sikap dingin anak itu. Entahlah, mungkin kalau bukan Ryeowook, tak ada yang tahan dengan sikap introvert anak itu.

"Kau harus menyelesaikan semuanya sebelum Shin Ahjusshi datang. Atau dia akan menelanmu hidup-hidup"

Ryeowook tentu melebih-lebihkan dan Kyuhyun tahu itu. Shin ahjusshi itu terlalu baik. Buktinya pria yang sudah akan memasuki usia kepala empat itu memperbolehkan dirinya dan Ryeowook bekerja part time di cafe milik pria itu. Meski kadang jujur saja Kyuhyun suka terganggu dengan kecerewetan pria itu jika Kyuhyun maupun Ryeowook terlambat menutup cafe.

Kyuhyun sendiri tengah mengelap meja-meja di kafe itu dan membereskan kursi-kursinya. Sedangkan Ryeowook tengah mencuci piring-piring, gelas dan alat untuk memasak lainnya. Memang hanya tinggal mereka berdua. Semua karyawan tetap sudah pulang sejam yang lalu, meninggalkan mereka dengan tugas harian yang harus dilakukan mereka.

Kyuhyun melirik jam dinding kemudian menghela nafas. Anak itu mempercepat kegiatannya. Ini sudah pukul 10 malam dan ia harus segera pulang.

Bunyi lonceng yang terdengar membuat Kyuhyun menoleh. Ia tersenyum samar begitu Shin Ahjusshi tersenyum menyapanya. Pria itu berjalan melewatinya, melongok ke dapur dan kemudian berjalan menghampiri Kyuhyun bersama Ryeowook yang mengekornya.

"Kalian mau ku antar? Salju sudah mulai turun" Shin Ahjusshi menatap Kyuhyun dan Ryeowook setelah mengunci pintu cafe. Malam itu memang hari pertama salju turun tahun ini.

"Tidak usah, Ahjusshi" Ryeowook buru-buru menjawab. "Aku akan menemani Kyuhyun berjalan" katanya sambil tersenyum kearah Kyuhyun yang menatapnya. Ryeowook tahu, Kyuhyun pasti akan menolak.

"Baiklah. Hati-hati" dan pria itu berlalu dengan mobilnya, meninggalkan Ryeowook yang melambai dan Kyuhyun yang sudah berjalan kearah berlawanan dengan mobil Shin Ahjusshi.

Someone Like Me (Your Eyes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang