Chapter 12

1.4K 220 64
                                    

12

Kyuhyun terpaksa ijin pulang lebih awal ketika melihat Ibu tiri Kibum masih setia duduk disalah satu kursi disudut cafe. Padahal jam sudah hampir menunjukan tengah malam. Baiklah, harusnya Kyuhyun tidak peduli. Harusnya. Karena nyatanya dia sesekali mencuri pandang ke arah wanita itu ketika melayani beberapa tamu. Bagaimanapun Kyuhyun menghormati wanita itu sebagai Ibu temannya. Meskipun dia tak peduli dengan pandangan Kibum jika Kibum tahu dia membuat Ibunya menunggunya –hanya karena ingin bicara dengannya, Kyuhyun tetap merasa tak enak.

"Kau selalu pulang selarut ini?" ada nada yang membuat Kyuhyun merasakan jantungnya diremas. Nada cemas yang seharusnya digunakan Ibunya jika tahu dia kadang pulang menjelang pagi.

Kyuhyun mengabaikannya. Tidak sopan memang. Tapi Kyuhyun lebih tak mau wanita yang kini tengah berjalan beriringan dengannya mendengar suaranya yang tercekat.

"Hei, aku bertanya padamu"

"Hm"

Sebuah jawaban singkat yang membuat Jihye merasa ada sesuatu yang menghantam jantungnya. Sakit. Dia jadi ingat masa mudanya yang juga memaksanya bekerja hingga menjelang pagi. "Dimana kita akan bicara?" tanyanya mengganti topik pembicaraan karena nampaknya Kyuhyun tak suka dia banyak bertanya tentang hidup anak itu –meskipun sesungguhnya Jihye merasa benar-benar penasaran dengan kehidupan Kyuhyun.

Kyuhyun melirik sekilas, sebelum berbelok masuk kedalam kedai yang menjual berbagai kudapan tengah malam. Dia memilih duduk disalah satu kursi disana dan Song Jihye mengikutinya. Wanita itu tampak tak terlalu peduli dengan tatapan beberapa pengunjung padanya dan harus Kyuhyun akui, Kyuhyun menyukai sifat wanita ini.

"Jadi, apa yang mau anda bicarakan?" Kyuhyun memulai, dia sebenarnya ingin cepat pulang.

"Soal Kibum" Kyuhyun menoleh, tapi tampaknya Jihye masih sibuk memilih kudapan didepannya. "Dia sudah diperbolehkan pulang. Aku baru saja menjemputnya"

Alis Kyuhyun naik sebelah, "Maaf, tapi saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan saya" Kyuhyun merasa konyol dengan ucapan Jihye –alasan Jihye memaksa berbicara dengannya. Sungguh, dia tak harus tahu kan?

Jihye menoleh setelah memesan dua piring kaki babi pedas. "Kau temannya. Jadi kau harus tahu" Kyuhyun merasa dia tengah berbicara dengan Kibum versi wanita. Jihye benar-benar sosok bebal sok tak tahu maksud ucapannya. "Besok mampir juga tak apa-apa. Sudah tahu alamat rumah kami kan?"

Kyuhyun memutar bola matanya malas. "Saya bukan teman Kibum. Saya hanya orang yang kebetulan duduk disamping Kibum. Saya pikir anda salah paham"

"Kalau bukan Kibum yang bicara, aku juga tak akan percaya" Jihye balas memutar bola matanya dengan ekspresi malas. "Dia itu akan yang dingin, tapi bukan berarti tak mau berteman. Kibum hanya berhati-hati karena hidupnya berbeda dari kebanyakan anak seusianya" pandangan Jihye menerawang, mengingat kejadian yang baru beberapa jam berlalu, saat Kibum untuk pertama kalinya mengutarakan apa yang dirasa anak itu padanya.

"Dia tumbuh sebagai pewaris tunggal Kim Group dengan dikelilingi banyak orang yang berusaha menjatuhkannya. Dia tumbuh dengan membentengi dirinya dengan sikapnya yang sedingin es dan egois, hingga sulit bagi orang lain untuk menyentuhnya. Sulit baginya percaya pada orang lain" kemudian Jihye menoleh pada Kyuhyun. "Tapi mengenalmu membuat Kibum ingin membuka diri"

"Kenapa?"

Kyuhyun tak menemukan alasan mengapa Kibum ingin membuka diri karena mengenalnya. Bahkan kesan pertemuan pertamanya dengan Kibum tak ada bagus-bagusnya. Belum lagi sikap yang Kyuhyun tunjukan pada Kibum ataupun sebaliknya. Mereka jelas bukan orang yang saling bergantung satu sama lain, seperti seorang teman. Meskipun akhir-akhir ini –mau tidak mau Kyuhyun harus mengakuinya, Kibum seakan selalu menjadi bentengnya didepan Junho and the gank. Meski dengan cara yang membuat Kyuhyun mencap itu untuk kepentingan Kibum sendiri. Tapi, Kyuhyun harus mengakuinya. Kibum membantunya.

Someone Like Me (Your Eyes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang