Chapter 15

1.9K 283 150
                                    


94squad a.k.a Fitri sama Bita yang masih belum bisa ngelanjutin fanfic collab kita karena banyak kejadian gak terduga diminggu-minggu ini ^^ semoga ini jadi penyemangat ya hihi


15


Kibum hanya menemukan Jihye saat mendudukan dirinya diruang makan. Diabaikannya Jihye yang menatapnya menyelidik sambil mengunyah nasi goreng. Tak perlu menebak dari reaksi Jihye, Kibum yakin penampilannya sungguh mengkhawatirkan. Dia bahkan bisa merasakan kantung matanya yang menebal dan mungkin menghitam.

"Kau bahkan tidak menyisir rambutmu" komentar Jihye. "Tidak tidur juga kan?"

Pertanyaan yang ditanyakan dengan nada tak acuh itu entah mengapa membuat dada Kibum menghangat. Berbeda sekali. Kibum baru menyadarinya. Mengapa selama ini dia bahkan tak merasakan ketulusan di setiap kalimat acuh yang diucapkan Jihye?

"Bagaimana aku bisa tidur?" dengusan Kibum membuat Jihye terkekeh. Jangankan Kibum, dia saja tidak bisa tidur. Takdir seolah mempermainkan kedua anak itu. Seharusnya dia tak peduli, toh Kibum juga tak suka dipedulikan olehnya –dulu, tapi entah mengapa dia merasa ikut sedih untuk keduanya.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Apa yang harus ku lakukan?"

"Kau bertanya padaku?" Jihye menatap Kibum jenaka, namun jelas terlihat ada binar kebahagiaan disana. "Temui dia"

"Bagaimana kalau dia tidak suka? Bagaimana kalau dia membenciku? Bagaimana kalau dia tidak bisa menerimaku seperti aku menerimanya?"

"Itu bisa saja terjadi" Kibum menatap Jihye. Meski tahu kemungkinan Jihye menjawab dengan jujur, namun tetap saja Kibum merengut mendengarnya. "Perasaan manusia sangat mudah ditebak dalam beberapa kesempatan, Kibum. Dia mungkin merasa terluka. Anak-anak diusia kalian sangat mudah terluka" Jihye balas menatap Kibum, ada senyum yang dilihat Kibum disana. "Tapi bagaimanapun dia menyangkalnya, kalian tetap saudara. Dan setahuku, tak ada yang lebih saling memahami dibandingkan saudara kembar" Kibum serasa mendapat banyak kekuatan dari ucapan Jihye. "Pelan-pelan, dia akan menyembuhkan lukanya sendiri. Bersamamu, bersama kalian"

"Bersama kita" koreksi Kibum.

Jihye tersenyum lebar, meraih tangan Kibum dan menggenggamnya erat. Untuk pertama kalinya, dia merasa diterima Kibum secara utuh. "Benar. Bersama kita"

.

.

"Aku akan menjelaskannya" Kyuhyun tak suka dengan kalimat itu. Bukan. Dia hanya tidak suka dengan kata ganti yang digunakan Sunyoung untuk menyebut dirinya pada Kyuhyun. Aku dan bukan Ibu.

"Duduklah dulu" tadinya Kyuhyun sudah akan berangkat setelah sarapan tanpa menegur Sunyoung –bahkan tanpa membantu Sunyoung seperti kemarin. Namun mendengar janji Sunyoung, Kyuhyun tidak mau keras kepala. Kyuhyun akhirnya menurut, mendudukan dirinya kembali.

Sunyoung menghela nafas panjang, siap memulai cerita. "Dia adikku. Satu-satunya keluarga yang kupunya. Karenanya aku tidak mau dia bernasib sepertiku, menjadi orang bodoh yang sering ditipu orang. Jadi aku mengatakan padanya untuk pergi ke universitas. Karena seperti yang dia wariskan padamu, adikku benar-benar gadis yang pintar" Kyuhyun membencinya, ketika sepasang manik Sunyoung menatapnya berembun. Ada kesedihan yang terlihat disana, namun Kyuhyun tidak bisa menghentikan disana. Dia berhak tahu, dan meskipun egois –dengan meminta Sunyoung membongkar ingatan masa lalunya, Kyuhyun akan tetap diam.

Someone Like Me (Your Eyes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang