Chapter 13

1.3K 232 152
                                    

Makasih buat 94squads a.k.a Fitri dan Bita yang selalu ngasih aku semangat buat ngelanjutin fanfic juga nyemangatin pas aku sidang, kalian ter-love deh * emoji love *

buat kak Anisah, El, Kak Yola (kemaren sedih katanya gak aku sebutin) serta semua member GC SJ di WA. maaf aku gak sering nongol disana. pasti banyak member baru ya.

terspesial untuk Ryeowook yang baru nyelesein wamilnya (meski dia gak nongol disini ya) juga Heechul dan Leeteuk yang baru ulang tahun (gak tega aku nyebut umur mereka). Juga buat  Kyuhyun yang kemaren baru update twitter dan langsung bikin kangen * peluk Kyukyu* juga Kibum yang entah ada dimana. (Aku harap banyak dapat kabar soal Kibum.)


13


Sore itu, sepulang dari kediaman Kim, Kyuhyun menemukan Ibunya dirumah. Sejenak, anak itu melupakan kejadian aneh yang menimpanya dikediaman Kim. Kyuhyun berjalan cepat seolah jika dia mengurangi kecepatannya Ibunya akan menghilang.

"Ibu?" panggilnya seolah memastikan begitu sampai didepan pintu.

Cho Sunyoung membeku beberapa detik sebelum membalikan badan untuk melihat sosok itu. Kyuhyun tengah tersenyum padanya –jenis senyum yang selalu diberikan anak itu tiap kali menyapanya, senyum yang kembali mengingatkan Sunyoung pada sosok adiknya.

Wajah Kyuhyun tirus dan pucat. Sungguh berbeda dengan bayi yang dibawa adiknya malam dingin itu, bayi dengan pipi chubby yang memerah karena terkena udara dingin. Dia telah melewatkan pertumbuhan bocah itu hingga menjadi anak setampan ini. Dan Sunyoung menyesal.

"Ibu sudah pulang?" pertanyaan yang diajukan Kyuhyun itu terdengar ganjil, bahkan ditelinga Sunyoung sendiri. Namun Sunyoung tak bisa memungkiri, itu pertanyaan yang benar. Bahkan matahari belum menghilang, bagaimana dia sudah berada didalam rumah dan menyibukan dirinya ditempat yang bertahun-tahun tak disentuhnya –dapur?

"Kau sudah pulang?" mengalihkan pandangannya pada sosok Kyuhyun, Sunyoung kembali sibuk memotong sayuran dengan gerakan kaku. Dia meringis, itu interaksi terbaiknya dengan Kyuhyun. Tanpa ada dengusan tak suka dan bantingan pintu.

Kyuhyun senang bukan kepalang mendengar pertanyaannya dijawab Ibunya meski dengan pertanyaan lagi, namun dia hanya bergumam sebagai jawaban atas pertanyaan Ibunya. Dia tidak mungkin melompat atau bahkan memeluk Ibunya kan? Meski sejujurnya itu yang ingin dia lakukan sekarang.

"Biar aku saja. Ibu pergilah istirahat" tak butuh waktu lama, sosok Kyuhyun sudah berdiri disamping Sunyoung. Tinggi badan Kyuhyun sungguh menakjubkan. Ya, tentu saja. Darah yang mengalir pada tubuh Kyuhyun adalah darah pri itu. Batin Sunyoung menggumam.

Tangan pucat Kyuhyun cekatan meraih sayuran yang belum dipotong kasar oleh Sunyoung, membawanya ke wastafel. "Ibu harus mencucinya sebelum memotongnya" komentarnya dengan nada geli. Hei, Ibunya bahkan tak berkata ketus padanya. Bukankah Kyuhyun harus senang?

"Tak ada yang mau kau katakan padaku?"

Sunyoung mengalah, membiarkan Kyuhyun mengambil alih tugasnya. Lagipula dia sudah lama tak memasak, jadi dia tak yakin akan jadi apa masakannya nanti. Sepasang matanya yang kini tak memakai soft lense memperhatikan gerakan tangan Kyuhyun yang cekatan memotong sayuran terhenti. Kemudian, sepasang mata warisan pria itu menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Aku minta maaf"

Bukan itu! Batin Sunyoung membantah. Namun tak mengatakan apapun.

Sunyoung ingin Kyuhyun mengangkapkan betapa tidak bahagianya hidupnya bersama Sunyoung. Sunyoung mau Kyuhyun berkata jujur betapa dia merasa tertekan hidup bersamanya. Meski jawaban semacam itu, mungkin akan membuatnya terluka dan semakin merasa bersalah. Tapi—bukan sebuah permintaan maaf yang bahkan tak harus keluar dari mulut Kyuhyun. Anak itu tak bersalah. Sunyoung-lah yang selama ini terlarut dalam keterpurukannya sendiri. Sunyoung lupa ada seseorang yang dititipkan padanya dan harus dia jaga dengan baik. Sunyoung terlalu mencintai Hana, sehingga kehilangan satu-satunya keluarganya itu membuat hidupnya berantakan.

Someone Like Me (Your Eyes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang