Chapter 8

1.1K 183 53
                                    

8

Kyuhyun menatap ngeri pada pemuda seusianya yang kini tengah menghabiskan ramyeon cup ketiganya. Entah Kyuhyun harus senang atau kesal. Dia harus membayar banyak makanan sekarang –yang bahkan harusnya bisa dia gunakan selama seminggu, namun melihat wajah lega Junho entah mengapa membuat Kyuhyun senang. Jadi yang Kyuhyun lakukan hanya menghela nafas.

Kyuhyun sendiri sudah menghabiskan 1 ramyeon cup. Dia tak berniat menambah, bukan karena tak lapar, tapi karena melihat bagaimana rakusnya sosok Junho disampingnya. Kyuhyun jadi tak nafsu makan.

Namun Kyuhyun sadar, kecanggungan itu mulai terbentuk lagi. Sejak masuk ke mini market ini, dia bahkan Cuma mengucapkan kalimat "Ambil saja ramyeon sebanyak yang kau mau" –ini kalimat yang Kyuhyun sesali, dan Junho hanya mengangguk. Kemudian tak ada pembicaraan. Mereka makan dalam diam. Entah menikmatinya atau hanya tak tahu harus memulai pembicaraan apa. Dan Kyuhyun lebih yakin dia tak membuka mulut lagi karena tak tahu harus berbicara apa.

Beberapa hari mengenal Junho, Kyuhyun tak pernah membayangkan berada diposisi ini. Duduk berdua dengan Junho dan mentraktirnya makan ramyeon. Sepuasnya. Mereka tak pernah dan tak seharusnya berada dalam posisi seperti hari ini. Sosok disampingnya adalah Junho, seseorang yang menjadikannya bully-an di sekolah. Dan dia adalah Kyuhyun, seseorang yang tak mungkin mendapat sikap baik Junho.

"Kenapa?"

Diam-diam Kyuhyun menghela nafas lega begitu suara Junho terdengar. Kyuhyun sendiri baru saja kembali dari mesin minuman. Dia meletakan sebotol air mineral disamping Junho sedangkan dia langsung menegaknya.

"Kau tak berniat bunuh diri kan?" tanyanya akhirnya setelah Junho tak juga mengalihkan pandangan darinya.

"Aku masih waras. Pikiranku tak sependek itu" Junho mendengus, tersinggung nampaknya dengan pertanyaan Kyuhyun. Meski harus dia akui, ada sebersit pemikiran bodoh itu dikepalanya saat meninggalkan cafe. Dia ingin mengakhiri semuanya. Tapi karena panggilan Kyuhyun, dia berakhir disini. Dan bisa berpikir dengan kepala dingin. Haruskah dia berterimakasih pada Kyuhyun?

"Syukurlah" tak ada nada bersyukur disana, namun Junho menyadari ada ketulusan dari ucapan Kyuhyun yang terkesan datar. Jadi dia diam saja. "Jangan bunuh diri" kata Kyuhyun. Anak itu kini menatap Junho. Itu sebuah perintah –setidaknya itu dari nada yang digunakan Kyuhyun.

Junho mendengus, "Kubilang—"

"Meski tak menjanjikan penyelesaiannya. Jika merasa perlu berbagi, kau bisa datang padaku" potong Kyuhyun. Mata cokelatnya menatap datar pada Junho, namun begitu penuh ketulusan. Kyuhyun sekali lagi bertaruh, dia menawarkan sesuatu yang tak pernah akan terjadi jika hubungan keduanya masih seperti disekolah. Sebuah pertemanan. Dia sedang menawari Junho!

Bagus sekali, Cho!

"Kenapa?"

Junho menanyainya dengan dingin, dengan tatapan menelisiknya, dengan pertanyaan yang juga masih bergelayut dikepalanya. Kenapa? Kyuhyun juga tak tahu. Dia hanya tak suka melihat Junho bersikap out of character ­dari karakter disekolah. Kyuhyun kenal Junho dengan tatapan mengintimidasi dan bermain-main, dengan senyum miring yang membuat Kyuhyun ingin melemparkan kursi miliknya ke wajah Junho. Bukan Junho dengan pandangan kosong yang duduk sendiri didalam cafe, bukan Junho yang menatapnya seolah dia bukan Kyuhyun si bahan bully-an yang membuat bibir Junho menyunggingkan senyum puas.

"Kenapa melakukan ini?"

Kyuhyun menghela nafas, membuang muka ke arah lain –asal tak bertatapan dengan Junho. Kyuhyun tahu tak mudah memang mendapatkan kepercayaan orang. Kyuhyun tahu, karena dia pun tak mudah percaya pada orang. Dunia yang Kyuhyun jalani memaksanya tak sembarang mempercayai orang. Mungkin dunia Junho juga seperti itu. Jadi dia paham mengapa Junho bertanya seperti itu. Kyuhyun tak tersinggung. Sungguh.

Someone Like Me (Your Eyes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang