22.

16.1K 972 201
                                    

Seun Ji PoV

"Apa kabar, Seun Ji?"

"Ibu? Ibu ada disini?"

"Ya, Ibu selalu disini, Ibu tidak pernah pergi."

"Ibuuuu...."

"Jangan menangis, Seun Ji? Ibu disini."

"Ibu, maafkan aku. Aku sudah mengingkari janjiku untuk bahagia. Ibu, aku ingin pergi saja, aku ingin menyusul Ibu. Aku sudah tidak tahan lagi hidup di dunia seperti ini, Ibu?"

"Sssst....! Jangan pernah mengatakan hal itu, Seun Ji? Ibu tidak menyalahkan janjimu, tak apa. Ibu tahu kau menderita, tapi kematian bukan pilihan yg tepat untuk mengakhiri penderitaanmu."

"Ibu tidak tahu apa yg aku rasakan, aku sudah muak dengan penderitaanku, aku benar-benar sudah muak, Ibu?"

"Bukankah kau mencintai pria itu? Bukankah kau akan lakukan apa saja untuk pria itu? Jika begitu maka bertahanlah, Seun Ji? Bertahanlah untuk pria itu, maka Tuhan akan memberikan jalan untukmu. Ibu memohon padamu untuk tetap hidup, Seun Ji? Ibu mohon…."

Suara gemerincing merambat masuk ke telingaku, ketika pandanganku perlahan-lahan terbuka dengan sendirinya. Angin dingin terhembus dari pintu balkon yg terbuka, & kembali membunyikan gemerincing hiasan gantungnya dari bingkai pintu. Aku meremas kepalaku sendiri, saat rasa pening muncul sesaat setelah aku mendudukkan diri. Perlahan rasa pening itu mulai lenyap, terganti oleh rasa haus yg kini sangat mencekat tenggorokanku. Kupalingkan wajahku ke kanan & ke kiri mencari segelas air yg barangkali sudah disediakan. Tapi... astaga! Aku mulai menyadari tempat asing yg kini terpampang jelas di mataku. Sebuah tempat mirip kamar bergaya minimalis dengan perabotan modern menyambut rasa terkejutku. Pandanganku pun menurun, menatap motif bunga pada selimut yg masih menutupi separuh tubuhku. Sebuah ingatan melintas secepat kilat, menghadirkan gambaran remang lampu cafe & gelas-gelas beer yg berjajar hampir memenuhi meja kecil hadapanku ketika itu. Apa yg sudah terjadi? Apa aku mabuk? Lalu dimana aku sekarang? Kupikir aku baru saja tertidur di kamarku & bermimpi bertemu Ibu yg memohon padaku agar tetap hidup. Lalu... dimana handphone-ku? Jimin pasti mencariku karena tidak segera pulang. Haach... sial, aku meninggalkannya di dalam tas, & sekarang aku tidak melihat tasku dimana-mana.

"Kau sudah sadar?" Pertanyaan bernada penasaran itu tiba-tiba muncul mengejutkan urat jantungku.

Dan betapa membuat mataku membulat saat melihat sosok pria berseragam SMA Han Sung menyuarakan suaranya dari arah pintu balkon. Kim Taehyung. Sejak kapan ia ada disana? Ia berjalan mendekat tanpa melepas pandangannya padaku. Lalu perlahan mendudukkan diri di sisiku, menimbulkan guncangan lembut dari ranjang yg memantulkan lemah tubuhku. Entah kenapa aku mulai merasa takut. Takut akan tatapan itu. Tatapan yg selalu mampu membaca semua isi pikiran yg sudah setengah mati kusembunyikan.

"Apa kau baik-baik saja?" lanjut Taehyung.

"Ehmm, ya... apa yg sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa ada disini? Dimana ini?"

"Jadi kau lupa jika kau mabuk & pingsan?" Taehyung mendengus memalingkan tatapannya ke bawah.
ㅡ"Mungkinkah... kau juga lupa dengan semua yg kau katakan padaku ketika di dalam mobil?"

"A-apa?"

Memori aneh pun seketika menggodaku untuk kembali mengingat semua kejadian & ucapan yg sempat kulupakan.

MISS YOUR TOUCH (Sudah Terbit) - [ff Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang