"Dimana Jimin? Tolong beri tahu aku... aku yakin kau pasti tahu dimana dia sekarang."
•
•
•
Pertanyaan itu akhirnya tercuat. Pertanyaan yg sudah ia yakini tidak akan keluar dari mulut Seun Ji itu akhirnya terdengar gamblang di telinganya saat ini. Sungguh ia sangsi, pria itu takut kalau-kalau sesuatu yg tidak ia inginkan akan terjadi mengingat posisinya sebagai mantan Sekretaris yg menjadi sorotan setelah menghilangnya Jimin sang mantan atasan. Dengan gerak gugup ia membalikkan tubuhnya kembali menghadap Seun Ji, bersiap memberi jawaban.
"Ss-saya… tidak bisa mengatakannya. Maafkan saya, Nona?"
Rasa terjatuh kian Seun Ji rasakan dari dalam hatinya ketika mendengar jawaban Sekretaris Yuu yg paling ia takuti saat ini.
"Tapi… bukankah kau tahu Ayahku sedang mencarinya, bagaimana bisa kau…." Seun Ji menyugar rambutnya frustasi, menahan kata umpatannya pada Sekretaris Yuu.
ㅡ"Kau sungguh tidak bisa dipercaya!""Sekali lagi maafkan saya, Nona?"
Sesaat Seun Ji mengalihkan pandangannya ke samping, mengulum bibirnya tidak habis pikir dengan jawaban tersebut, lalu kembali menempatkan pandangannya ke wajah Sekretaris Yuu.
"Apakah dia bersama wanita itu? Kau tahu apa yg sedang kumaksudkan, Sekretaris Yuu?"
Dan ketakutan Sekretaris Yuu pun terbukti. Pria yg mulai bercucuran keringat itu kini sedang berpikir keras untuk bagaimana caranya agar ia tidak dianggap pengkhianat oleh mantan Tuannya yg begitu ia hormati selama 7 tahun lebih ia mengabdikan diri. Sungguh pria itu tahu yg sebenar-benarnya, pria itu tahu apa yg di inginkan Tuannya, & pria itulah yg memesankan tiket pesawat serta mengurus pasport-nya hingga mengantarnya di pintu keberangkatan.
"Benar, Nona? Tuan muda memang bersama Nona So Mi tapi saya tidak bisa memberitahukan kemana mereka pergi. Maaf, saya harus pergi. Sampai jumpa?"
DEG
Habis sudah.
Hati Seun Ji bagai diremuk saat ini. Penjelasan Sekretaris Yuu sudah cukup membuatnya mengangkat ikat pinggang & bersiap mengambil langkahnya kali ini. Tapi, tunggu... sebenarnya apa yg Seun Ji inginkan? Kenapa dia menanyakan sesuatu yg sudah jelas-jelas ia ketahui jawabannya itu? Jimin pergi bersama So Mi, tentu saja. Apakah dia pikir rasa cemburunya masih berguna? Bukankah itu hanya akan membuatnya semakin terluka saat ini? Tanpa menunggu Sekretaris Yuu pergi, Seun Ji lebih dulu membalikkan badannya perlahan, menyembunyikan air matanya yg sudah terburu jatuh. Dan selayaknya naluri seorang Ibu yg sedang hamil, Seun Ji memegangi perutnya seolah mengatakan pada janinnya jika 'tidak pa-pa', ya... tidak pa-pa jika kini pria itu bersama wanitanya, tidak pa-pa, masih ada dirinya yg akan selalu menemaninya meski harus seorang diri.Seun Ji melangkah hampa meninggalkan lobi & Sekretaris Yuu yg mungkin sudah pergi tanpa ia ketahui. Sesekali ia mengusap air matanya dengan tangan yg masih menggenggam kotak cincin itu, sementara tangan satunya masih ia sentuhkan pada perutnya, memunculkan persepsi tersendiri bagi orang yg melihat, antara orang yg sedang kelaparan atau orang yg sedang mengalami sakit perut. Rasa pening dikepala Seun Ji pun menyerang tiba-tiba, membuat langkahnya kini harus berhenti & membungkuk menumpukan kedua tangan di atas lututnya.
'Sial!', batinnya. Ia lupa jika ia sudah kehausan sedari tadi, & ia lupa jika ia sedang melalui masa-masa trimester kehamilannya yg masih mengharuskannya untuk merasakan gejala awal dari kehamilan. Tak ingin berlama-lama merasakan sakit di kepalanya, Seun Ji memutuskan untuk bertanya pada seseorang yg kebetulan lewat di dekatnya, tentang letak kantin kampus yg masih belum ia ketahui. Sebab tidak mungkin baginya jika ia harus menelfon Taehyung yg sedang belajar dikelasnya itu hanya untuk bertanya tentang letak kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS YOUR TOUCH (Sudah Terbit) - [ff Park Jimin]
FanfictionSejak kematian Ibuku, aku tak mempercayai lagi kebahagian. Karena pada saat itulah kehidupanku mulai berubah tragis. Aku menjadi anak angkat pria konglomerat sahabat Ibuku sendiri. Beruntung? Haha, tidak sekali-kali. Justru aku terjerat oleh seorang...