17.

19.8K 1K 74
                                    


Seun Ji PoV

"Berhenti menangis, Seun Ji-ya?" ucap Jimin seusai mengunci pintu & menyelipkan kuncinya di saku celana.

Di kamar yg redup nan sunyi, hanya suara kain tirai yg menari ditiup angin malam dari jendela yg sesekali mengisi kesunyian. Ia masih menggenggam tanganku, menggamitnya tanpa merenggangkannya sedikitpun seolah takut terlepas. Posisi kami sekarang saling berhadapan, berdiri tepat di sisi pintu. Dan aku tahu Jimin sedang menatapku, namun aku memutuskan menundukkan pandanganku menatap kancing-kancing kemejanya yg bergerak naik turun karena deru nafas. Aku tidak tahu hal pasti apa yg bisa menjelaskan kebisuanku saat ini.
Takut? Tidak. Jika mati sudah tidak membuatku takut, kenapa hanya menyerahkan kegadisanku saja aku harus takut? Bukankah semua gadis di dunia ini akan merasakan hal yg sama? Lagipula aku melakukannya karena seseorang. Karena seseorang yg menderita karena aku, & aku harus membuat seseorang itu kembali bahagia. Itu sudah tanggung jawabku.

'Braaakk!!'

'Braakk!!'

Suara pintu tiba-tiba meloncatkan pundakku. Bersyukur kamar Jimin lebih kedap suara dibanding kamarku, karena dengan begitu Jimin tidak akan mendengar suara apapun termasuk suara Taehyung yg mungkin sedang mengumpat diluar sana. Otomatis perhatian Jimin pun terpecah, mengarahkan pandangannya ke arah pintu yg berada tepat di belakangnya. Desahan panjang lantas ia suarakan kesal, membuat wajahnya terangkat & memejamkan matanya tidak percaya. Tentu aku tidak bisa tinggal diam begitu saja. Aku harus mengalihkan perhatian Jimin. Ya, aku tahu itu Taehyung. Aku tahu Taehyung tidak akan membiarkanku melakukan ini. Tapi maaf Taehyung, aku juga tidak akan membiarkanmu berhadapan kembali dengan Jimin demi keselamatan hidupmu.

"Jimin, lihat aku. Lihatlah aku & jangan pedulikan suara itu. Bantu aku agar cepat melakukan ini, aku mohon." kataku menatap matanya yg sudah memerah karena marah.

Senyum Jimin terbentuk kaku seiring wajahnya yg menunjukkan keraguan. Ia lantas menangkup kedua pipiku & mendekatkan pelan ke wajahnya. Sekian detik mata kami saling bertemu intens tanpa berkedip.

'Braaakk!!'

'Braaakk!!'

Entah hal ajaib apa yg Jimin tunjukkan hingga suara pintu yg sedang di dobrak itu sama sekali tak mengganggu pendengaranku saat ini.

"Apa kau takut aku akan membuka pintu ini & kembali menghajarnya? Tenangkan dirimu, sayang... aku tidak akan membuka pintu ini karena aku sudah bosan memukulinya," terang Jimin bernada ramah seperti sedang menghibur anak kecil yg sedang menangis.

ㅡ"Aku hanya menginginkan dirimu malam ini."

Ya, benar. Lakukan itu, Jimin? Jangan pedulikan pintu itu. Pedulikan saja apa yg sekarang di hadapanmu. Aku korbanmu, hanya aku yg boleh menjadi korbanmu. Tidak lagi orang lain. Detik setelahnya ia mendekatkan bibirnya yg terluka itu ke arah bibirku penuh pertimbangan, seperti ragu kemudian berhenti, namun kembali mendekatkan lagi & semakin dekat, semakin dekat...

'Cup!' 

Bibir kami saling bersentuhan seiring matanya yg perlahan memejam mesra. Lama ia bertahan, tanpa ada gerakan berarti, hanya sekedar ciuman tanpa lumatan. Bisa kurasakan darah kering dari dibibirnya yg mulai menembus memberikan lukanya ke bibirku. Dan aku sungguh gamang karenanya. Aku tidak tahu kenapa aku tidak sanggup memejamkan mataku setelah kini aku sadar aku bisa begitu jelas melihat setiap luka di wajah Jimin yg lebam kebiruan akibat pertarungannya dengan Taehyung. Ya Tuhan, kenapa kini aku sangat tidak rela melihat luka-luka itu? Luka yg telah Taehyung torehkan untuk membela & menyelamatkanku. Kenapa aku tidak merasa puas sedikitpun akan hal itu? Apakah aku terlalu mencintainya? Apakah aku terlalu merindukannya? Sudah lama kami tidak berciuman setelah huru-hara yg terjadi selama ini. Jimin tak pernah pulang, Jimin selalu mengosongkan kamarnya & baru beberapa hari yg lalu dia kembali namun kemudian mengurungku tanpa mengunjungiku. Jadi, pantaskah jika saat ini aku merasa seperti mendapatkan hadiah karena terlalu lama menunggunya?

MISS YOUR TOUCH (Sudah Terbit) - [ff Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang