Seun Ji PoV
'Aku bukan anak kecil?'
Hh, apa yg aku ucapkan? Kau pikir pria itu akan mempedulikanmu? Jangan terlalu bermimpi, Seun Ji? Bahkan mendengarkanmu saja tidak. Kau adalah bonekanya, kau bagian dari permainan gilanya."Lepaskan aku! Jimiiiin.....!!! Jimiiiiiiin.......!!!"
Aku terus meronta dalam kungkungan kedua pengawal yg tengah menyeretku menuju kamar.
Mengapa? Mengapa tidak ada satu orang pun di rumah ini yg mendengar teriakanku? Mengapa seolah mereka hanya mendengar perintah dari Tuan muda mereka & tidak pernah mendengarkanku meski aku berteriak sampai habis suaraku sekalipun? Aku sudah tidak melihat Jimin setelah kini tubuhku resmi menyambangi kamar. Kamar yg penuh kepedihan & kesaksian bisu, ya... jika saja semua benda di kamar ini bisa bicara, mungkin mereka akan berbicara atas kesaksian mereka sepanjang hari."Kami akan mengurus Nona muda." Salah satu pelayan yg sudah menunggu di dalam kamar itu meminta ijin begitu aku memasuki kamar.
Aku memiringkan senyumku pasrah, tanpa ingin menanggapi ijin dari pelayan tersebut.Terlebih setelah para pengawal itu melepas kungkungan tangan mereka & beralih ke tempat tidurku. Secara bersamaan mereka menarik kasar sprei itu & membawanya keluar dari kamar entah kemana mereka akan membakarnya. Jadi apakah sekarang Jimin ingin memungkiri & menghilangkan jejak dari kebiadapannya semalam? Oh baiklah, lakukan saja semua sesuka hatimu.
Para pelayan mulai melakukan tugas mereka dengan pertama-tama melepas seluruh bajuku & menggantinya dengan handuk. Namun baru saja aku menyelipkan ujung handuk itu ke lipatan atas dadaku, mataku membelalak penuh ketika suara deru mobil yg sudah tak asing itu terdengar sampai ke telingaku. Buru-buru aku melarikan diri ke arah jendela & membuka jendelanya secara asal. Ya Tuhan... kumohon jangan lagi. Kumohon jangan biarkan Jimin meninggalkanku lagi."Jimiiiiin......!!! Jimin, jangan pergiiiii.....!!!" teriakku tanpa tahu apakah terdengar hingga ke bawah sana.
Air mataku terjatuh begitu saja melihat Jimin sedang berjalan tergesa-gesa menuju mobil, di ikuti dua pengawal yg membawakan sebuah tas jinjing dibelakangnya. Dan sialnya Jimin tidak mendengar teriakanku, pria itu masih berjalan tanpa menengok ke arahku. Apakah Jimin akan menyusul So Mi? Apakah mereka akan tinggal bersama lagi? Tidak, tidak akan kubiarkan! Tanpa berpikir lama lagi aku melangkahkan kaki telanjangku meninggalkan kamar. Berlari mengumpat pada diri sendiri sebab merasakan perih yg tak jua hilang dari pusat tubuhku.
"Nona muda?"
"Nona muda, anda mau kemana?"
"Nona muda!!!"
"Cepat kejar Nona muda!"
Persetan dengan para pelayan & pengawal yg kini mulai mengejarku. Yang aku tahu aku hanya ingin mewujudkan keinginan teregoisku yg nyataya masih menggebu-gebu hingga sekarang, benar... aku ingin memisahkan Jimin dengan So Mi. Satu tanganku masih erat memegang lipatan handuk yg menjadi satu-satunya penentu hidup & matiku saat ini. Aku terus berlari lincah menerobos tubuh para pengawal yg satu per satu menghadangku, seolah aku adalah seekor rusa dipadang savana yg sedang berlari dari kejaran singa-singa kelaparan. Sesampainya di pelataran, aku semakin mengencangkan langkahku setelah menyadari tiada lagi sosok Jimin disana. Jimin sudah masuk, dia sudah berada di mobil bersiap pergi bersamaan suara deru mobil yg mulai bergaung.
"Jimin, tunggu!!!" Aku menabrakkan tubuhku pada pintu belakang mobil, memukul-mukul kacanya berulang kali.
ㅡ"Jimin kumohon jangan pergi! Jangan pergi menemuinya! Jimin!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS YOUR TOUCH (Sudah Terbit) - [ff Park Jimin]
FanficSejak kematian Ibuku, aku tak mempercayai lagi kebahagian. Karena pada saat itulah kehidupanku mulai berubah tragis. Aku menjadi anak angkat pria konglomerat sahabat Ibuku sendiri. Beruntung? Haha, tidak sekali-kali. Justru aku terjerat oleh seorang...