...................................
Dan sekarang aku kesulitan menelan makan siangku. Bukan, bukan karena tenggorokanku yg bermasalah atau makanannya yg tidak lezat, melainkan karena mendengar para petinggi perusahaan & antek-anteknya itu mulai membicarakan mengenai perjodohanku. Mereka saling berpersepsi dengan kepercayaan diri mereka masing-masing. Mengupas rencana pernikahan yg mereka elu-elukan sebagai orang tua terhadap anaknya. Dan tentu saja, itu membuatku tidak nyaman. Rasanya, aku ingin sekali memuntahkan semua yg sudah kutelan paksa ini. Aku pun hanya berpura-pura melakukan akting makan siangku, mengiris daging domba, serta menyingkirkan potongan brokoli hijau ke pinggiran piring karena aku sangat tidak menyukai sayuran satu ini. Aku tidak ingin berinisiatif menyambung perbincangan ataupun menyela mereka. Hanya segaris senyuman yg terkadang kulemparkan ke arah mereka saat dengan gamblang mereka menatapku sambil membicarakanku. Sampai pada akhir jamuan makan siang tiba, aku masih kekeh dengan sikapku. Diam & tersenyum. Satu per satu mereka mulai meninggalkan ruangan setelah bersalaman & memberi hormat kepada Tuan Park juga diriku. Tuan Park lantas mengajakku berjalan keluar dari ruangan, berdampingan melewati lorong berlantaikan karpet & dinding-dinding yg sarat akan lampu di setiap 3 meternya.
"Apa kau menikmati makan siangnya? Maaf, aku tidak memberitahumu jika aku mengundang mereka semua." Tuan Park tersenyum menyesal pada akhir katanya.
"Tidak pa-pa. Aku hanya sedikit gugup."
"Aku tahu, tapi aku ingin mulai sekarang kau belajar bagaimana menghadapi banyak orang, karena suatu saat kau akan menjadi salah satu bagian dari kami, Seun Ji?"
"Apa?"
"Seun Ji, mungkin keinginanku terlalu egois. Tapi aku ingin kau menjadi penerus kedua dari perusahaanku. Sejak 6 tahun aku bercerai dari Istriku, aku tidak bisa lagi mempercayai perusahaan sepenuhnya pada Jimin."
"Ji-jimin?"
"Oh! Aku belum sempat memperkenalkanmu dengan Jimin. Ya, dia adalah pria yg pergi saat jamuan makan siang tadi, dia Kakakmu. Dia satu-satunya putraku."
Oh? Jadi namanya Park Jimin?
ㅡ"Ya, seperti yg kau lihat. Dia sangat pemarah & egois. Dia juga melakukan apapun sesuka hatinya. Tapi sebenarnya dia anak yg baik, jauh sebelum Ibunya memutuskan pergi."
Tuan Park menghentikan langkahnya, menghadapkan tubuhnya ke arahku. Matanya yg terlihat menyipit pada sudut mata mengingatkanku dengan mata Park Jimin. Mereka terlihat mirip satu sama lain.
"Aku & Istriku harus bercerai karena Istriku yg lebih memilih berkarir di Amerika. Kami sama-sama seorang designer yg merintis karir dari bawah, jadi kurasa... aku cukup memahami apa yg dia inginkan. Sayangnya tidak bagi Jimin. Jimin yg waktu itu berusia 20 tahun masih tidak bisa menerima perceraian kami hingga saat ini. Sejak Ibunya pergi, Jimin menjadi pemarah. Dia sempat terjerumus narkoba & tertangkap polisi. Dia juga pernah memukuli salah satu pengawalku hingga pingsan."
Satu langkah kaki Tuan Park mengalun lembut memancing kakiku untuk mengikutinya melangkah. Kami kembali melanjutkan perjalanan menyusuri lorong kerajaan. Entah sudah berapa lampu dinding kami lewati. Entah sudah berapa meter kami lampaui, kerajaan ini terlalu besar, tentunya untuk orang yg tadinya hanya memiliki 4 ruangan di rumah kecil sepertiku.
ㅡ"Selama kurun waktu 6 tahun, aku hidup dalam rasa bersalah pada Jimin. Aku merasa sangat gagal menjadi Ayah baginya. Terlebih saat perusahaan 'P' Corporation-ku yg terus mengalami perkembangan hingga membuatku sangat jarang tinggal dalam waktu lama di Korea. Aku harus membiarkan Jimin kesepian. Namun sesekali aku menyuruh Pamanku untuk tinggal di rumah ini dalam beberapa minggu."
"Paman yg Tuan belikan toko makanan itu?" selaku.
"Benar. Dia satu-satunya keluarga yg masih kumiliki. Berkat toko itu, sekarang dia memiliki 10 cabang supermarket, hahaha... itu adalah impiannya selama ini. Aku senang bisa menjadi bagian dari kesuksesan Pamanku. Lain kali saat Pamanku berkunjung, aku akan memperkenalkanmu padanya. Sayang, dia & keluarganya sekarang tinggal di Busan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS YOUR TOUCH (Sudah Terbit) - [ff Park Jimin]
FanficSejak kematian Ibuku, aku tak mempercayai lagi kebahagian. Karena pada saat itulah kehidupanku mulai berubah tragis. Aku menjadi anak angkat pria konglomerat sahabat Ibuku sendiri. Beruntung? Haha, tidak sekali-kali. Justru aku terjerat oleh seorang...