4

90 34 1
                                    

Belva's POV

"Guys, guys." Gue mau cerita soal yang di lantai 3. Tapi pada sibuk sama hpnya. Kan anjir. Si Citra sibuk vidcall ama Roy. Rania sibuk pacaran sama Dino, gitu juga dengan si Aida dan Adi, Fio and Aldo. Bangke emang.

"Najis. Pada pacaran. Terus gue? Pacaran gitu ya ma bangku? Meja? Buku? Apalagi njir?" Tai anjir. Gua tetep di kacangin.

"Pacaran sama gua aja." Anjir si Fahmi bangke. "Kenapa? Kaget ya? Wahaha..."

"Tell me now, lu di santet sama dukun mana?"

"Hahaha..." Bangsul si Fahmi malah ketawa.

"Bangke, malah ketawa syit."

"Lo udah makan?" SI FAHMI DI SANTET AMA DUKUN MANA WOYYY.

"Bilang ke gua, berapa bayarannya? Biar gue yang bayar ke lu aja. Daripada lu buat gua jijik."

"Maksud lo?" RASANYA SI FAHMI PENGEN GUA COLOK MATANYA PAKE JARUM PENTUL DAH.

"Lo taruhan kan? ngaku lo!"

"Taruhan?" Ini orang bego apa bodoh si?

"Iya. Lo taruhan sama temen lu. lu bakal dapet barang or uang dari taruhan itu kalau lu bisa ngeromantisin, dapetin gue, bikin gua bap--" Si bangke Fahmi mengacungkan jari telunjuknya dan nempel di mulut gua dong. BANGKE. Gue lepas lah jari busuknya itu dengan kasar. Wakaka...

"Pegang-pegang lagi! Apa? Ini salah satu rencana lu dari taruhan?"

BELVA, PLIS JANGAN BAPER. JANGAN SUKA LAGI MA DIA PLIS. CUKUP SEKALI SAKIT KARENA DIA.

IYA! Gue emang pernah suka ma Fahmi waktu SMP entah kelas berapa. Tapi, dia dingin ke gue waktu itu. Dia juga benci gua. Padalah gua suka sama dia udah hampir setahun. Eh dia malah ngehina gua lah-apa lah. Jadinya, gua bakal bikin dia suka sama gue. Gue bakal bales dendam gue ke dia. Karena dia bikin gue suka sama dia tapi dia malah buat hati gue sakit. Sekarang, gue bakal lakuin apa yang udah dia lakuin ke gua saat itu.

🌹🌹🌹

Flashback on

[Waktu SMP]
"Citra, gue udah suka sama dia hampir setahun loh."

Fyi, Citra sama Belva udah sahabatan dari SMP. Satu sekolah terus. Kalau Fio, Raina, dan Aida itu sahabatannya mulai dari kelas 10 SMA.

"Siapa sih, Va? Gue kepo nih."

"Em...enggak ah. Nanti aja gue kasih tau."

"Oh, yaudah. Tapi lu udah pernah chat dia?"

"Udah. Tapi dia nya dingin banget. Balesnya cuma pake ikon 'like'."

"Oh gitu. Semangat Belva perjuangannya!"

"Iya, makasih ya."

---

Bruk!

Belva yang menggenggam es jeruknya tumpah ke seragam lelaki yang menabraknya.

"Eh, sorry Fahmi." Belva mengelap seragam Fahmi menggunakan tisunya.

Fahmi mengelak. "Gak usah sentuh-sentuh gue!" Bentak Fahmi.

Belva menunduk ketakutan. Karena Fahmi sangat kasar padanya.

"Ta--tapi gue minta maaf. Itu seragam lo basah." Belva meneruskan elap seragam Fahmi.

Fahmi mencekal tangan Belva dengan kuat dan kasar. "Gue bilang, jangan sentuh gue! Lo itu cuma cewek yang punya muka cupu, culun, jelek!"

"Lo jadi cowok kasar banget ya! GAK PUNYA PERASAAN! Cowok pengecut dan brengsek kaya lo, cuma bisanya kasarin cewek!"

Belva meninggalkan Fahmi. Emosinya meledak tetapi hatinya juga tertusuk jarum pentul 50 centi.

Ingin dia menangis, tetapi dia berfikir. Untuk apa menangisi cowok pengecut nan brengsek yang bisanya hanya menyakiti hati perempuan.

Belva tidak menyangka, bahwa cowok yang di sukainya adalah cowok terbrengsek yang pernah ia kenal. Fahmi begitu kasar pada perempuan.

Fahmi juga telah menghinanya. Sakit. Kecewa. Marah. Itu yang di rasakan Belva saat ini.

Belva akan sangat membenci Fahmi.

---

"Woy, Cupu! Sini lo!" Panggil Fahmi ke Belva.

Belva menghampirinya dengan gaya angkuh. Dan melipat tangannya di dada.

"Nama gue bukan Cupu. Tapi Adera Belva Nayla! Oh, iya. Ngatain orang seenaknya. Tuh bibir monyong banget, Mas." Ejek Belva tak mau kalah.

"Kok lo songong banget sih sama gue?!"

"Situ duluan yang songong sama gue. Gak mikir?"

"Monyong?" Lanjut Belva.

"Bibir lu tuh monyong banget." Ujar Belva dan pergi dari situ.

Mulai saat itulah Belva dan Fahmi saling membenci dan bermusuhan. Sangat sering cekcok.

Flashback off

🌹🌹🌹

"Gue gak taruhan!" Sok serius amat lu. "Gue boleh duduk di sebelah lo?" BANGKE.

"Gak."

"Kok balesnya singkat amat sih?"

"Ya kenapa? Gak suka? Kalau gak suka pergi aja sonoh gak usah di sini! Dan, lu mending ke kamar mandi, ngaca. Orang sejahat lo pantes gak sama orang yang hatinya pernah di sakitin sama orang penjahat."

"Jahat? Kapan gua jahat ke elu? Kalau pas gua jahat, lu juga bales kejahatan lo ke gue kok. Gue jahat gak sendirian tuh. Kan lu juga jahat ke gue waktu itu, jadi sama-sama jahat. Dan kenapa lu harus sakit hati? Kan udah impas pas kita saling benci." OKE SIP DIA NGERASA GAK PERNAH NYAKITIN HATI GUE.

"Pikir aja ndiri." Gue langsung ke Citra yang ladi vidcall.

"Kenapa, Bel?" Tanya Citra ke gue pas dia udah selesai vidcall-an sama Roy. Alhamdulillah ada temen curhat ahay.

"Masa lalu itu, Cit. Dateng lagi di pikiran gue."

"WAT DE FAK."
.
.
budayakan vote setelah membaca:)

Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang