7

62 32 0
                                    

Author's POV

Kring... kring...

Bel pulang sekolah berbunyi. Waktu yang di tunggu-tunggu oleh para murid di kelas. Tapi tidak dengan Belva, ia sangat menginginkan sekolah terus sampai ia puas bertemu---doinya.

Apaan sih gue. Kok jadi anggep dia doi? Najis.-batin Belva.

Belva keluar dari kelas dan seperti biasa, dia ke koridor dahulu. Dan melihat ke arah bawah. Cari angin gitu lah.

Tak lama kemudian, di dapati seorang cowok yang ada di samping Belva. Jaraknya tidak terlalu jauh, palingan juga 1 meter. Belva menatap ke arah cowok itu.

Oh, Zidan.-batin Belva dengan menghela napas lega.

Tak lama lagi, banyak cowok yang menghampiri Zidan.
Pertama, Ivan. Kedua, Rino. Dan ketiga, tepat di samping Belva. Berjarak 5 centi---Fahmi.

Deg!

Duh, kok deg-degan gini ya? Anjir. Apa gue suka sama dia? Tapi kan gue lagi BalDen. Alias bales dendam. Udah ah cabut ae.-batin Belva.

Belva meninggalkan koridor di sertai dengan rasa gugup, jantung berdebar? Gils!

Loh kok Belva pergi? Kenapa die? Kok gugup gitu si jalannya? What happend? Abis ngeliatin gue sambil senyum-senyum ga jelas di tambah kedipan matanya. Genit? Ah tau ah.-batin Fahmi yang melihat punggung Belva yang lama-lama hilang.

Di parkiran sekolah...

Belva celingak celinguk mencari Tantenya yang menjemput Belva hari ini. Tetapi, Tantenya belum datang. Belva berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Tantenya datang.

"Sendiri aja, Neng? Hahaha." Ujar Zidan. Belva terkejut dan mendengus kesal.

"Hahaha." Lanjut Ivan, Rino, Alif, dan sohibnya menertawakan Belva. Belva hanya menatap mereka tajam.

Tidak lama dari kejadian itu, ada seorang cowok yang menghampiri Belva.

"Lo gak pulang?" Tanya cowok itu yang membuat Belva terkejut. Belva yang tadinya menunduk, sekarang kepalanya mendongak dan melihat ke arah suara itu. Dan ternyata cowok itu---Fahmi.

"Hah? Eh... gu--gue be--belom di jemput." Jawab Belva gugup.

Kok gugup sih?-batin Belva.

"Gak usah gugup kali. Kenapa sih lu?" Tanya Fahmi lagi.

Anjir. Dia ngeh sama kegugupan gue? Mampus!! Gimana ni?-ujar Belva dalam hati.

"Hah? Gue gak gugup kok. Cuma kebawa aja. Lo sendiri kenapa gak pulang? Belom di jemput juga?"

"Oh, lu belom di jemput. Gue, gue jalan kaki. Atau gak naik angkot."

"Loh? Bukannya lu kalau jalan kaki, sama sohib lu ya?"

"Lagi gak mau."

Belva semakin gelisah karena Tantenya belum datang juga sampai saat ini.
"Lo kenapa gak pulang? Kan pulangnya jalan kaki."

"Nungguin lo."

"Lebay amat. Gue bisa kali nunggu sendiri."

"Gue takutnya lu di culik sama penculik. Oh iya ya? Kalo di culik mah sama penculik lah. Bego amat gue yak? Gue denger-denger si, banyak penculik loh di sekitar sekolah. Eh? Kok gue jadi cerita si? Yaudah deh gue pulang duluan. Dah, Belva." Ucap Fahmi panjang lebar kali tinggi. Dan pergi meninggalkan Belva sendiri.

"Fahmi, tunggu!" Teriak Belva dan Fahmi menghentikan langkahnya. Lalu berbalik ke arah Belva. Fahmi menaikkan sebelah alisnya. "Gue bareng lu! Rumah kita searah kan?"

"Hmm." Jawab Fahmi dengan deheman. Belva menghampiri Fahmi dan sejajar dengannya.

Di perjalanan pulang...

"Lo kenapa jadi aneh gini sih sikapnya?" Tanya Fahmi memecahkan keheningan.

"Hah? Aneh gimana?"

"Ya aneh. Lu ngapain coba tadi senyum liat gue. Sambil ngedipin mata lagi. Najis. Genit amat lo." Ujar Fahmi dan Belva tidak tahu ingin jawab apa.

"Oh, kan kalo senyum itu ibadah." Jawab Belva asal.

"Kalo ngedipin sebelah mata?" Tanya Fahmi yang membuat Belva gelisah. "Apa? Mau jawab apa lo? Gak jelas tau ngedipin mata gitu. Gue jadi jijik liat lo."

Belva memanyunkan bibirnya. "Ye! Gue juga jijik kali liat lo! Asal lo tau ya, gue itu cuma mau--" ucapan Belva terpotong karena hampir keceplosan soal rencananya. Belva menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

Fahmi mengeluarkan ekspresi heran. Tapi dia pikir bodo amat.

"Lo tau kejadian lo nabrak di lantai tiga?" Belva kaget saat mendengar ucapan Fahmi. Darimana Fahmi tahu?

"Kok lu tahu?"

"Gue cowok itu." Mendengar itu, Belva kaget tujuh kali langit. "Gue udah tau yang gue tabrak itu elu. Keliatan dari badannya. Eh, tapi lu malah nunduk dan sama sekali gak liat muka gue."

Wtf.

Hate HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang