Tatapan Pertama

175 5 2
                                    

  Mata yang membuat Charis tak bisa berkutik itu menggedip, membuat sang teruni berambut merah panjang itu mengedipkan matanya dan menatap ke arah lain.

  "Kalau begitu, sir balik dulu, iya? Sir ada ngajar kelas setelah ini," ucap pria itu. Charis mengangguk. "Sir, saya minta tolong jangan dihebohin ke Miss Nathalie, iya? Miss Nathalie takutnya nanti ngomong ke mama, jadi lebih rumit," pinta gadis itu yang langsung disetujui oleh sang adam.

  "Tenang! Semuanya aman di sir," 

  Di balik tirai yang membatasi tempat para staf klinik duduk dan tempat tidur yang digunakan untuk murid beristirahat, pria itu menghilang. Charis terdiam menatap langit-langit, berusaha beristirahat dan kembali ke alam tidurnya. Namun, tidak bisa. Entah mengapa matanya terjaga dan enggan untuk kembali ke alam bawah sadarnya.

  Kenapa mata Sir Victorio menarik sekali? Aku tidak pernah melihat mata yang bersinar dan memberikan rasa lembut seperti itu, batin Charis bertanya-tanya.

###

  Charis melangkah kembali ke kelas setelah ia merasa sudah kuat untuk mengikuti pelajaran. Melangkah menuju kelasnya membutuhkan energi yang cukup besar karena letak dan jaraknya yang jauh, yang berada di ujung belakang gedung ketiga sekolah swasta ini.

  Tepat ketika ia akan mengetuk pintu, suara bel berbunyi. Mira yang membuka pintu dan melihat sosok itu tepat dua langkah darinya langsung membawa Charis pergi, lebih tepatnya menariknya menjauh dari kelas Charis sendiri. "Eh! Apa-apaan lu, Mir? Lepasin dong, gue nggak ada di kelas sama sekali dari tadi pagi," protes Charis.

  Mira menarik temannya ke salah satu bilik kamar kecil. Ia tak membalas semua ucapan sahabatnya itu sampai tiba di bilik kamar mandi yang tertutup itu. 

  "Wah, lu tahu nggak Miss Stella kenapa?" tanya Mira dengan wajah penuh antusiasme. Charis menggelengkan kepalanya, menunjukkan denga jelas ekspresi bingung di wajahnya. "Woy, Miss Stella gue lihat kemarin di mall lagi mesra-mesraan sama cowok gitu," cerita Mira. 

  Charis mengerutkan dahinya sebelum duduk di kloset yang sudah ditutup. "Kok bisa? Tapi, dia kan memang sudah tunangan. Gue maklumin lah, yang penting jelas kalau dia sudah tunangan sama orang atau pacaran gitu. Lu kayak nyeritain berita trending topic yang bahaya, aja," sahut gadis bersepatu putih itu sedikit pelan.

  Mira menggelengkan kepalanya, berusaha membuat Charis mengerti maksud ceritanya tersebut. "Lu bodoh banget sih, Char. Intinya itu, gue lihat Miss Stella sama cowok lain bermesraan di mall tapi itu bukan tunangannya!" balas Mira.

  "Adiknya kali,"

  Mira lagi-lagi menggeleng mantap. "Gue tahu adik atau kakaknya Miss Stella. Jangan-jangan dia selingkuh lagi!" Mira asal mengucapkan, membuat Charis memukul lengannya sedikit. "Mungkin udah putus. Iya udahlah, seperti yang gue bilang cinta itu bullshit. Lihat kalau kayak gini? Masih yakin Miss Stella cinta mati sama Sir Alex? Gue rasa juga nggak. Dari body language Miss Stella sudah lama kelihatan, kok," Charis menimpali.

  "Berarti gue telat memprediksi dong, Char? Kok lu bisa tahu sih?" tanya Mira sambil membuka pintu. Keduanya memutuskan untuk keluar dari bilik tersebut dan melangkahkan kaki menuju kelas X MIPA 1, dimana Charis dan Mira, kedua sahabat itu memutuskan untuk menghabiskan bekal mereka hari ini.

  Sambil berjalan kembali, Charis menganggukkan kepalanya kecil. "Gue sudah lama lihat keduanya nggak akur sama sekali. Bahkan saling sapa juga jarang. Memang di instagram foto mereka masih ada dan nggak kehapus, tapi dari keseharian mereka, I think it's clear to take this conclusion that Miss Stella isn't in love again with Sir Alex," balas Charis.

  Sesampainya kedua sejoli itu di kelas, keduanya duduk di salah satu bangku teman Charis dan mengeluarkan bekal mereka.

  "Lu pingsan lagi tadi?" tanya Mira cemas. Charis mengangguk. "Terus yang nemuin lu siapa? Si badut yang kalau tepuk tangan aneh?" tanya Mira. Charis memukul pundak temannya sedikit keras. "Jangan ngehina guru gitu, ah. Gue nggak suka dengarnya," sahut Charis, membuat Mira bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan saraf otak temannya.

  Wakil ketua kelas X MIPA 2 itu tertawa mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Charis. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan sahabatnya mengenai guru bernama Victoria Alexander itu. "Char, lu nggak error setelah pingsan tadi kan? Kepala lu pas kena lantai keras atau nggak?" tanya Mira.

  Gadis itu menatap temannya tidak paham. "Kenapa sih? Kenapa lu nanya tentang itu? Aneh lu tiba-tiba ketawa gitu, gak jelas iya!" sela Charis. "Char, selama ini bukannya lu sering ngehina guru yang satu ini paling parah? Kok lu tiba-tiba semacam murid yang baru saja bertobat di dalam pingsan? Sampai bilang apa tuh barusan?" sahut Mira. "Jangan ngehina guru gitu, ah. Gue nggak suka dengarnya," ulang Mira sambil meniru nada suara Charis tadi.

  "Iya, memang kenapa? Gue nggak senang aja dengarnya. Sir Victorio itu ternyata baik dan orangnya ramah banget. Dia juga nggak kayak yang anak-anak lain bilang, setelah gue pelajari lebih lanjut," bela Charis setelah menelan makanan yang dikunyahnya sejak tadi.

  Mira menutup kotak bekalnya yang sudah habis. "Gini iya, Char. Dengar baik-baik. Lu naksir sama Sir Victorio atau jangan-jangan lu stalkernya?" tanya Mira, masih sambil tertawa. Charis hanya melirik aneh temannya. "Gue nggak tahu deh. Terserah lu mau beranggapan apa tapi yang jelas gue gak mungkin jatuh cinta sama guru. Gue masih waras. Ingat kan lu prinsip hidup gue?"

  "Iya, gue ingat dengan jelas di kepala. Lu nggak mau nikah karena menganggap cinta itu omong kosong. Cuma sebatas perasaan fiktif yang dibuat otak," jawab Mira yang terdengar bosan.

  "Mendingan sekarang lu balik ke kelas lu. Bekal sudah habis, kan? Bel juga sudah mau bunyi. Habis ini yang ngajar guru yang lu paling benci," usir Charis sambil menunjuk ke arah pintu kelasnya yang berwarna coklat tua. "Miss Maria, iya? Lu kacung guru banget, Char. Untung gue nggak kayak lu!" sahut Mira sebelum meninggalkan X MIPA 1.

  Charis menutup kotak makannya dan melihat ke jendela yang tidak tertutup tirai. Ia tidak sengaja melihat Victorio dan beberapa guru lainnya yang sedang mengobrol melintas dan meliriknya. Dengan sopan, Charis membungkukkan badannya sedikit, sekedar memberi kesan dan gestur hormat kepada mereka karena saat ini ia sedang terduduk di kursinya dan tidak sempat berdiri.

  Guru-guru itu hanya tersenyum lalu kembali sibuk berbicara antara satu sama lain dan masuk ke dalam ruangan mereka yang tepat berada di depan kelas Charis.

  Sir Victorio ngomongin apa, iya? Kok serius begitu.., batin Charis penasaran sambil menyiapkan buku pelajaran ekonomi, yang merupakan mata pelajaran selanjutnya setelah bel istirahat selesai berbunyi.

This Girl Is Half His AgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang