Part 4

938 86 5
                                    

Aku tak pernah menyangka akan seperti ini. Sungguh aku merasa tidak pureblood sekali. Kemarin malam aku menangis di dada Zero. Sekarang apa yang kulakukan. Aku memandikan Zero.

Aku seorang pureblood melakukan tugas rendahan memandikan orang lain?!

Walau aku akui enak juga bisa pegang sana-sini.

"Kuran! Berhenti menyentuhku! Aku bisa pakai sendiri!"

Sekarang ini Zero sedang meronta minta di lepaskan. Padahal tadi dia yang minta bantuan untuk memasangkannya. Ini hanya karena dia tidak biasa menggunakan bra sebelumnya. Kan dia yang minta ya aku bantuin.

"Tadi kau minta tolong hmm.."

"Aku hanya minta tolong di kaitkan saja! Bukan berarti kau menyentuhku seenaknya. Lagian ini sesak! Kau seharusnya mengaitkan di paling ujung."

"Ini sudah paling ujung, ukuranmu saja yang kegedean."

"YAK! MESUM"

Sejak Zero tumbuh dibagian itu, aku meminta Seiren untuk membelikannya pakaian perempuan. Tapi biar bagaimanapun ukurannya Zero itu gede. Sepertinya dia harus custom ukuran.

"Uh..dibebat saja pakai kain. Ini tidak nyaman."

"Yasudah...nanti kuajak kau belanja saja agar kau pilih sendiri."

Sebenarnya aku kurang suka kalau Zero membebatnya. Jika dibebat, ukurannya akan jadi berkurang banyak saking dia bebat kencang. Sebenarnya itu kan ga bagus buat dadanya dia juga kan.

Hari ini kaki Zero sudah cukup baik untuk berjalan. Tapi luka di punggungnya malah terlihat buruk. Aku tidak tahu apa yang salah dengan sistem imunnya, atau memang sistem penyembuhannya yang bermasalah. Luka di punggungnya masih juga basah. Dan bila kena air malah tidak akan kering. Makanya tadi aku membantunya mandi.

Setelah di bebat sana sini, Zero sudah siap dengan seragam putihnya. Ditambah rok pendek yang membuatku risih.

Hei bokong Zero itu bahenol ya. Kalau nunduk sedikit naik itu.

Kalau saja orang lain yang tepos (Yuki misalnya) aku tak terlalu memikirkan. Tapi ini Zero! Bikin aku waswas.

"Zero, kamu pakai stocking panjang ya, atau apa itu yang kayak celana?"

"Leging?"

"Iya."

"Nanti jadi jelek."

"Tapi kan aman. Seiren!" panggilku.

Zero menatapku aneh. Seiren muncul dengan sebuah stocking celana hitam yang tebal. Ya.. apa namanya pantyhouse?

Aku sudah siap dan menunggu Zero untuk siap. Wajahnya masih melihatku kesal. Dia sebenarnya sedikit pincang. Aku mengulurkan tanganku untuk menuntunnya. Tapi begitu kami keluar dari kamarku dia berubah. Tubuhnya berjalan tegak dan kakinya melangkah tenang seolah-olah dia berjalan normal. Ekspresi wajahnya juga berubah datar. Benar-benar seperti pureblood sejati.

Kami tiba di aula depan sebelum keluar dari dorm. Di sana semua Night Class sudah berkumpul. Mereka menyambutku seperti biasa. Ah aku hampir lupa kalau aku harus mengenalkan Zero pada mereka.

"Perkenalkan semuanya, dia anggota baru di Night Class."

Semua mata tertuju pada Zero. Tatapan-tatapan menyelidik, ada juga yang terlihat meremehkan. Aidou menatap Zero tajam, ah aku rasa dia malah menatapnya benci. Rasanya aku ingin menggeram marah. Bahkan ingin mencolok mata vampir- vampir yang menatap Zero seperti itu.

"Namaku Zero. Zero Noir."

Suara bisik-bisik mulai terdengar. Nama itu membuatku terpaku. Nama klan yang sudah sangat lama tidak ku dengar.

Silver Chain (Complete)Where stories live. Discover now