Part 10

674 75 12
                                    

Aku baru saja hendak tidur setelah olahraga ranjang dengan mate-ku yang cantik. Dia pingsan duluan di tengah aktivitas kami. Jadi aku melanjutkannya sendiri dengan dia yang tak sadarkan diri. Kalian pasti tahu maksudku. Jangan sok polos.

Tapi sebuah kabar tidak menyenangkan datang di pagi hari.

Ini masih terhitung jam malam untuk para vampir dan pagi hari untuk manusia. Kaien Cross datang ke asrama dengan tergesa. Langkahnya berisik sekali sepanjang koridor menuju ruanganku. Aku menyambutnya dengan membuka pintu terlebih dahulu sebelum dia menyentuh kenop. Tentu saja aku tahu dia datang, aura hunternya sudah ku hafal. 

"Kaname....Yuki...yuki..."

Dia datang dengan ngos-ngosan. 

Aku menemuinya hanya dengan menggunakan celana tidur dan jubah malam. Ku biarkan bagian atasku tanpa balutan busana. Aku tidak mau repot untuk berpakaian rapi dulu. Toh tubuhku ini bagus untuk dipandang. 

"Kenapa dengan Yuki?" 

Aku berusaha tenang melihat wajah paniknya. Tapi entah kenapa firasatku mengatakan ada hal buruk terjadi.

"Yuki menghilang!"

Aku terkejut mendengarnya. Tapi masih coba berusaha tenang.

"Kau yakin Cross-san? Kau sudah mengeceknya di seluruh tempat?"

"Aku yakin Kaname. Aku sudah mencarinya di seluruh tempat! Bahkan gedung sekolah dan asrama."

"Aku akan membantumu mencarinya. Tunggu sebentar."

...............................................................................................................................................................

Aku menyuruh anak buahku mencarinya. Sedikit merepotkan karena ini masih pagi. Aku meminta Aidou dan Kain mencarinya di kota. Sementara Ruka, Shiki dan Rima di sekitar sekolah. Aku baru saja ke kamar Yuki untuk memeriksa apa ada petunjuk di sana. Nihil.

Tak ada aura vampir sama sekali yang tertinggal. Keadaan kamar pun rapi. Tadinya aku berpikir dia kabur. Tapi setelah mengecek lemari pakaiannya, tidak ada yang menghilang. Semua tas dan bukunya juga ada. 

Namun yang lebih aneh, tidak ada aroma tubuhnya tertinggal di sana. Seperti ada yang menghapusnya. Seharusnya jika manusia beraktivitas di suatu ruangan, pasti aroma tubuh orang itu akan tertinggal di tempat itu. Sehingga kita bisa memperkirakan kapan dia menghilang. Tapi ini tidak ada sama sekali.

"Kau yakin Yuki tidak bertemu siapapun akhir-akhir ini?"

Aku bertanya pada Kaien. Dia kelihatan begitu frustasi di meja kerjanya. 

"Aku yakin. Dia sedang diskors untuk tidak meninggalkan rumah. Aku juga tidak berpergian kemana pun beberapa hari ini."

"Kapan kau terakhir kali melihatnya?"

"Saat makan malam. Kami masih makan bersama. Setelah itu dia langsung masuk kamar seperti biasa. Aku di ruang tengah sampai pukul sepuluh malam sebelum pindah ke ruang kerjaku."

"Apa tak ada keanehan pada Yuki?"

"Tidak... dia masih terlihat kesal padaku seperti biasa."

"Kapan kau menyadarinya menghilang?"

"Saat aku membangunkannya untuk sarapan. Saat melihat kamarnya yang kosong, firasatku buruk. Makanya aku langsung mencarinya ke semua tempat."

...........................................................................................................................................................

Sampai malam hari tiba kami belum juga menemukan Yuki. Cross meliburkan kelas kami. Sementara itu dia dan Yagari mencari Yuki.  Aku masih berputar mencari di daerah hutan. 

Aku merasa semua ini aneh. Jika diingat-ingat kondisi beberapa hari terakhir sebelum menghilangnya Yuki semua juga aneh. Tidak ada aktivitas vampire level E yang menyerang. Tidak ada kegiatan hunter yang menyisir daerah sini selain Yagari dan Kaien. Vampire council juga terlihat tenang walau kabar mengenai Zero yang merupakan pureblood dari klan Noir yang ku yakin sudah sampai pada mereka. Semua terlihat tenang seperti hari tenang sebelum badai. 

Mencurigakan sekali.

...........................................................................................................................................................

Aku kembali ke asrama. Semua inner circle ku sudah berkumpul di sana.

"Bagaimana?"

"Kami sudah mencari ke seluruh kota, tidak ada tanda-tanda Cross-san di sana."ujar Akatsuki.

Aku menoleh pada grup Ruka, Rima dan Shiki. Mereka juga sama menggeleng. Aku mengangguk dan mempersilakan mereka pergi. Aku baru saja berbalik dan berniat naik ke lantai atas, tapi seseorang menahanku.

"Takuma belum kembali."

Aku menengok ke arah orang itu. Dia Shiki sepupuku yang pendiam. Hanya karena dia darah campuran, dia tidak bisa menggunakan nama pureblood Kuran. Tapi fitur wajahnya tetaplah Kuran. Kami terdiam cukup lama sampai aku lupa apa yang dia ucapkan.

"Apa kau bilang?"

"Takuma belum kembali."ujarnya lagi datar. Tapi bisa ku lihat rasa cemas di matanya.

Benar juga. Satu hal yang hampir ku lupakan dari semua rentetan kejadian yang aneh akhir-akhir ini. Takuma yang pergi ke tempat kakeknya. Dia belum juga kembali sampai saat ini. 

"Istirahatlah Shiki."

......................................................................................................................................................

Aku kembali ke kamarku. Aku butuh ketenangan untuk memikirkan hal ini. Rasanya semua rencana besar yang sudah ku susun tiba-tiba berubah berantakan. Aku merasa kendaliku oleng. Terlebih lagi sialnya aku baru menyadarinya. Semua ini bermula dari...

Zero?

Aku melihat dia terduduk diam di pinggir jendela sambil melihat keluar. Baju dress putihnya tertarik karena posisi kakinya yang menekuk rapat hingga aku bisa melihat paha mulusnya. Wajahnya terlihat pucat dan pipinya terlihat basah. Dia pasti habis menangis.

"Sudah ku katakan bukan seharusnya kau tidak memilihku."

Aku hanya diam mendengarkan. Matanya berair kembali.

"Aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi... Aku menyakiti Yuki... seharusnya aku.."

Dengan kecepatan vampirku aku segera berada di samping tubuhnya. Aku merengkuh tubuh itu dan memeluknya erat. 

"Seharusnya aku mati..."

"Sssshhhh tidak. Ini bukan salahmu. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Aku merasakan kepalanya menggeleng keras. Dia berusaha mendorongku, tapi aku tahan untuk tetap memeluknya.

"Ini salahku..hiks..ini salahku..."

"Tidak... ini bukan salahmu... aku akan mencarinya, aku akan mencari Yuki dan mememukannya. Kumohon berhentilah menyalahkan dirimu sendiri."

Aku hanya bisa memeluknya sampai dia tenang.Tanganku bergerak mengelus punggungnya yang masih bergetar karena terisak. Entah ini sudah kali keberapa aku melihat dia seperti ini. Aku tidak suka melihat Zero selemah ini. Tapi aku juga tidak mengerti kenapa dia selalu menyalahkan diri. Apa yang sebenarnya kau pikirkan Zero?




Silver Chain (Complete)Where stories live. Discover now