Part 5

833 73 7
                                    

Aku baru saja pulang dari acara rapat menyebalkan council. Betapa kagetnya aku melihat pemandangan yang tak pernah ku bayangkan. Di taman Moon dorm, aku menemukan Zero sedang duduk bersandar di bawah pohon. Matanya terpejam dengan tenang. Bibir merah mudanya mengerucut manis minta di cium. Rambut silvernya yang tergerai terlihat berkilau dengan kunang kunang yang mengelilinginya.  Baju dress putih polos dengan tali tipis menampilkan bahunya yang kecil. Dia benar-benar seperti malaikat.


Tapi

Kenapa Aidou tidur di pangkuannya?

Mataku menggelap karena amarah. Bagaimana bisa Aidou dengan berani tidur dipangkuan Zero-ku. Dengan langkah kesal aku mendekati mereka. Sepertinya Zero segera menyadari hawa keberadaan ku, karena dia langsung terbangun saat aku beberapa langkah darinya.

"Kuran.."

Matanya mengerjap dengan imut. Dia menatapku dengan aneh sebelum menunduk, melihat Aidou di pahanya. Dia mengguncangkan bahu Aidou pelan.

"Aidou-san. Bangun.."

Aidou malah berbalik menghadap perut Zero dan memeluknya. Beast dalam tubuhku menggeram.

"Aidou-san"

"Aidou..." Ucapku dingin.

Zero melirikku panik. Zero menunduk dan membisikkan sesuatu di telinga Aidou. Aidou langsung bangun dan berdiri.

"Kaname-sama" Dia menunduk dalam.

"Pergilah"

Untungnya dia mengerti dan langsung pergi. Zero berdiri dari posisinya. Aku mendekatinya. Ku lepaskan jas ku dan kusampirkan di bahunya.

"Di sini dingin. Ayo masuk."
................................

"Kenapa kau bersama Aidou?"

Aku bertanya setelah kami berada di kamar. Kamar ku kedap suara jadi tidak ada yang bisa mencuri dengar.

"Zero.."

"Dia hanya menemani ku."

Zero mendudukkan dirinya di tempat tidur. Dia menekuk kedua kakinya ke dadanya, membuat dress-nya tersingkap hingga paha mulusnya terlihat. Aku menelan ludah kasar. Anak ini benar-benar menggoda ku.

"Kenapa kau tidak minta Seiren atau Takuma saja?"

"Terserah aku dong. Lagipula kenapa kau marah?"

"Aku tidak suka. Kau jangan dekat-dekat playboy itu."

Zero tersenyum mendengar jawaban ku.

"Kau cemburu" ujarnya mengejek.

"Tidak! Siapa yang cemburu."

Zero malah tertawa. Suara tawanya sangat merdu. Seperti denting lonceng kecil. Wajahnya juga bersinar saat tertawa, membuat dia semakin indah.

"Dasar Kuran bodoh."

Dia masih juga tertawa terpingkal-pingkal. Dia langsung jatuh terlentang sambil memegang perutnya. Aku naik ke atas tubuhnya dan mengurungnya.

"Zero.."

Kalau di perhatian dari posisi ini, Zero terlihat sangat cantik. Zero mulai berhenti tertawa. Mata kami saling bertatapan. Mata Zero sangat indah, seperti batu amethyst yang unik. Aku seperti bisa melihat kilauan di permata itu. Baru saja aku sedang menikmatinya, Zero memejamkan matanya. Dia menengadahkan kepalanya, hingga leher putihnya terlihat. Aku merasakan darahnya memanggil ku. Aku menunduk dan mencium tepat di nadi yang berdenyut.

Aroma lavender menyeruak dari sela lehernya. Aku menghirup dalam. Manis sekali aromanya, rasanya aku bisa merasakan darahnya di lidahku.

"Tidak apa Kaname... Ambillah yang kau inginkan."

Taring ku keluar dan menajam. Pelan aku menancapkannya di leher halus itu. Cairan hangat dan manis keluar dari sana. Aku menyesapnya perlahan. Seperti meminum minuman surga, aku tidak tahu apa aku bisa minum minuman lain selain ini. Aku yakin jika aku mencoba meminum blood tablet lagi, aku pasti mual.

Darahnya membasahi kerongkongan ku. Rasa manis bercampur besi terasa candu. Getaran denyut nadi setiap kali aku menghisap menjadi melodi penenang bagiku.

Sebelum aku berlebihan, segera kutarik taring ku. Lidahku bergerak menutup luka. Sisa-sisa darah terakhir ku bersihkan. Aku angkat tubuhku untuk melihatnya. Wajahnya memerah dengan mata sayu.

"Ka....na...me"

Ah, bagaimana malaikat ini bisa menjadi iblis penggoda di saat yang bersamaan. Aku bisa merasakan ereksi Zero yang menyentuh paha ku. Tak kuasa bibir ku tersenyum.

"Zero.."

Aku memanggil nama Zero dengan suara dalam. Dia mengerang gelisah. Aku menyentuh pipinya dan dia mengungkapkan kepalanya padaku.

"Aku menginginkan mu, boleh kah"

Zero mengerang, dia menyembunyikan separuh wajahnya dengan rambut silvernya.

"Kalau kau berani melakukannya Kuran, kau akan terikat padaku selamanya."

"Aku rasa memang itu yang kuinginkan."

Aku tersenyum dan mendekatkan wajahku padanya.

"Ayo kita lakukan....My Queen."

…..................

Huweee apasih yang gue tulis 😅😫
Kok gue malu sendiri.
Maaf ff ini paling lama update. Entahlah, susah banget membuat alur buat yang ini. Gomen 😣

Silver Chain (Complete)Where stories live. Discover now