15. Lagi dan Lagi

12 1 0
                                    

Agatha Vinesia Soraya. Dia hari ini berusaha untuk menutupi kesedihannya atas kejadian kemarin yang membuatnya sedikit kecewa dengan Glen. Agatha berusaha melukis senyum termanis diwajahnya dan menuruni tangga.

"Selamat pagi mama, papa, Iv.." Agatha menggantung ucapannya mencari seseorang.

"Ivan mana?" sambungnya.

"Duduk dulu sayang" pinta Renata.

"Ivan pulang ke Paris" jelas Renata mengagetkan Agatha yang baru saja mendaratkan bokongnya disalah satu kursi diruang makan.

"Kata siapa" balas Agatha heran.

"Kok kata siapa? Orang tadi pagi pagi dia ke bandara" jawab Edric.

"Yahhhh, kok gitu? Gak ada kabarin Agatha lagi. Lahhh kan baru seminggu Ivan disini ma" tanya Agatha pada Renata.

"Stevan memang baru seminggu tapi kan awalnya dia mama suruh kesini nemenin kamu nah sekarang mama sama papa kan dirumah jagain kamu jadi ya Stevan disuruh balik sama mbak Rere" jelas Renata.

"Terus sekolahnya gimana?"

"Gampang, dia kan udah sering pindah sekolah" balas Edric.

Hah Ivan ini memang kurangajar. Pergi tidak memberi kabar apapun. Tidak berpamitan dengan Agatha lagi. Ah memang sepupunya yang satu ini benar benar menyebalkan.

***

"Kemana tu muka kek pantat ayam gitu. Kusut" ejek Geo ketika mendapati wajah adiknya tak sumringah seperti biasa.

"Gpp" balasnya singkat.

Gpp. Kata singkat yang sering dipakai kaum hawa untuk menutupi sesuatu yang bisa disebut dengan masalah. Kata yang dipakai kaum hawa untuk membuat kaum adam pusing tujuh keliling. Eits tunggu, ini kok Glen makai kata gpp berarti udah jadi hawa dong. Heheh.

"PMS lo ya?" ejek Geo lagi.

"Gak lucu. Udah ah mau berangkat. Ma, Glen berangkat dulu" pamitnya kepada Elsa.

Glen keluar rumah, memakai helm, dan melajukan motornya cepat menuju sekolah.

Sesampainya disekolah, ia memarkirkan motornya dan berjalan menuju kelasnya.

"Woy!" terdengar suara teriakan pria yang familiar di telinga Glen.

Dia mendekati Glen kali ini membuat Glen heran. Mau apalagi dia? Mau ngajak ribut lagi apa mau kayagimana.

"Woy, masih belum nyerah lo ngejar Agatha" ucap Andra. Ya Andra.

"Mau apa lo"

"Weittss, santai bro. Gue juga cuma nanya aja. Lo jadi tetep masih mau per.."

"Gue lagi males berantem" balas Glen melangkahkan kakinya kembali menuju kelas.

"PENGECUT" teriak Andra masih berdiri di parkiran sekolah yang cukup luas.

Mendengar perkataan Andra baru saja memancing emosi seorang Glen. Glen memutar badannya melangkahkan kakinya cepat menuju Andra.

"Ngomong apa lo barusan?" tanya Glen lagi.

"Pengecut"

Bruaakkkkk

Satu hantaman berhasil mendarat di pipi kanan Andra. Kemudian dibalas dengan hantaman yang ditujukan ke perut Glen hingga akhirnya mereka saling hajar.

"Woyy berhenti! Glen udah Glen. Ndra cukup!" Alfin dan Dimas datang untuk melerai keduanya.

Berhasil. Glen dan Andra berhasil dipisahkan. Setelahnya, Andra menghilang menuju kelas sedangkan Glen juga menuju kelasnya bersama Alfin dan Dimas.

Baru saja melangkahkan kaki kanannya masuk kedalam kelas. Glen melihat Agatha sudah duduk rapi di bangkunya. Glen mengingat akan kesalahannya. Dia pun mendekati Agatha dan menafuh tas disisinya.

"Tha" panggil Glen lirih.

"Agatha" panggilnya lagi tapi Agatha masih tidak menyahuti.

"Agatha Vinesia Soraya" panggil Glen untuk ketiga kalinya.

Agatha menoleh. Ia mendapati wajah Glen yang sedikit memar di bagian pipinya. Sebenarnya Agatha mengkhawatirkan Glen. Oke tidak boleh, Agatha kan sedang marah. Ia harus berusaha cuek.

"Kenapa?" balas Agatha datar.

"Gue mau jelasin kal.."

"Gausah" potong Agatha.

"Gue mohon kasih kesempatan buat gue ngomong" kini Glen duduk dibangkunya persis disamping Agatha.

"Apa lagi sih Glen. Apa kemarin itu nggak cukup?"

"Nggak akan cukup sebelum gue jelasin lo yang sebenernya" paksa Glen.

"Gue mohon" pinta Glen sekali lagi memelas.

"Yaudah"

"Yaudah apa?"

"Yaudah jelasin"

"Okeee. Jadii sebener.."

"Tapi nanti istirahat di taman"

Glen mengehela nafasnya untuk bersabar "iya deh" balasnya.

***

"Jadi gitu ceritanya, lo percaya sama gue kan sekarang?" kata Glen setelah ia menjelaskan panjang × lebar × tinggi persis dengan penjelasan bu Ratna.

"Hem" jawab Agatha masih datar.

"Maafin gue ya" pinta Glen.

"Gue masih nggak yakin, lo itu sebenernya sayang beneran apa enggak sama gue?" tanya Agatha yang langsung mendapat tatapan serius dari Glen.

"Liat mata gue. Apa gue kelihatan becanda?" kata Glen serius sepertinya.

"Gue beneran sayang sama lo. Tadi juga gue udah jelasin alasan kenapa gue lebih memilih untuk temenan dariapada pacaran sama lo" jelas Glen mengingat penjelasannya pada Agatha tadi.

"Tapi lo janji gak akan ninggalin gue? Lo nggak akan ninggalin gue saat gue lagi sayang sayangnya sama lo?" tanya Agatha.

"Gue nggak janji" jawab Glen sedikit mengecilkan volume suaranya.

"Tuh kan. Udah gue bil.."

"Gue nggak janji untuk itu karena gue gak tau kedepannya nanti kaya apa"

"Tapi gue akan berusaha, gue usaha buat ada di deket lo, ada disamping lo, dan buat nemenin. Dan nggak ninggalin lo" sambung Glen.

"Dan buat sayang dan cinta sama lo. Gue janji buat itu. Gue janji akan selalu sayang dan cinta sama lo" kata Glen lagi.

"Sampai kapanpun?" tanya Agatha.

"Ya sampai kapanpun"

"Janji?" tanya Agatha lagi sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji"  balas Glen mengikatkan jari kelingking pada jari kelingkin Agatha.

Kedua sudut bibir Agatha naik dan mengukir satu senyuman diwajahnya.
Senyumannya mendadak hilang karena ia teringat akan wajah Glen yang memar. Ia lupa bertanya ya tuhan. Oke Agatha tanya sekarang aja.

"Glen" tanyanya sambil berjalan menuju kelas bersama Glen.

"Hemm" jawab Glen.

"Pipi kamu kenapa? Kok memar gitu?" tanya Agatha membuat langkah Glen terhenti dan memegangi pipinya sendiri.

"Ini? Tadi habis ada masalah dikit di parkiran"

"Masalah apa? Lo berantem sama siapa?" Agatha khawatir.

"Annndraaa" ucapnya memutus mutus setiap kalimatnya ragu.

"Andra? Kenapa lagi kok berantem lagi?" tanya Agatha semakin cemas.

•••
Holaaa🙌

BROKEN INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang