1 Who is He?

20.6K 1.1K 37
                                    

Sekarang aku sudah berada didalam kamarku setelah membersihkan baju kotorku dan memakan makanan yang selalu ahjussi buatkan untukku setiap pagi. Paman begitu menyayangiku layaknya anaknya sendiri. Ya, Kim Namjoon namanya. Pria 35 tahun itu yang selama ini merawatku. Aku begitu menyayanginya, dan aku selalu menunggunya pulang dari kerjanya. Aku tinggal bersama paman setelah kejadian yang tidak ingin kuingat yang menimpa appa dan eommaku beberapa tahun lalu, yang mengharuskan mereka akhirnya berpisah.

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Namun paman belum juga datang. Ahh pasti jalanan macet sehingga dia datang terlambat pikirku.

Tiba tiba aku teringat kejadian siang tadi yang menimpaku saat melihat sedikit bercak kotor di tasku. Ya pria pucat tadi.
Kenapa aku begitu bodoh?

Bahkan aku tidak tau siapa namanya.

Dia meninggalkanku begitu saja. Ah tidak. Dia tadi sudah meminta maaf padaku bahkan aku dibuat mabuk olehnya yang meminta maaf dengan lembut padaku.
Kenapa aku memikirkannya?
Siapa namanya?

Jika dilihat dari perawakannya dia bukan lagi pemuda yang bersekolah sepertiku. Saat ini aku berumur 18 tahun dan duduk dibangku kelas XII. Kelas yang menentukan perjuanganku selama hampir 3 tahun. Aku benar benar lelah akhir akhir ini karena setiap hari harus datang lebih pagi dari biasanya karena harus mengikuti les tambahan untuk persiapan ujian nanti.

KLIK

Aku mendengar suara pintu utama rumah ini terbuka. Pasti paman sudah pulang. Aku melirik jam dinding. Pukul 7 lewat 15 menit. Aku segera menghambur keluar dari kamar dan menemui paman ku.

Tubuh tegap itu kini sedang menghadap ke arah pintu sedang sibuk dengan kunci kunci disana. Dan saat membalikkan tubuhnya aku langsung memeluknya erat.

"Yak! Park Jimin! Kau begitu merindukan paman ya?" paman melingkarkan tangannya di pinggang kecilku dan mengelus rambutku dengan lembut. Ah begitu nyaman. Jika seharian aku merasa sangat lelah pun. Aku langsung merasa nyaman saat ahjussi memeluk dan mengelus rambutku seperti ini.

"Tentu saja aku sangat rindu. Jimin sangat capek setiap hari harus berangkat lebih pagi dan tidak bisa sarapan bersama dengan paman" aku mengeratkan pelukanku. Aku memang sudah terbiasa manja dengan paman tampanku ini. Dia tampan dan hidup sendiri (dulunya).
Jadi aku merasa sudah sepantasnya aku selalu membuat harinya tidak sepi dengan kehadiranku.

"Ahh ya sayangku Park Jimin yang manja. Lihatlah apa yang paman bawa." paman mengayunkan bungkusan plastik di depan mataku. Bungkusan plastik dengan sebuah kotak kardus setebal 5 cm didalamnya. Dan aku mencium aroma lezat yang menguar menusuk nusuk hidungku.

"Oh wooww pizzaaaaaaa. Yeaaaayyy paman bawa pizzaaaa!" tanpa sadar aku meloncat loncat girang sambil menepuk nepukkan tanganku. Aku benar benar bahagia. Aku sangat lelah hari ini. Dan paman benar benar tau apa yang bisa membangkitkan moodku.

Tanpa permisi paman langsung mengangkat tubuhku kedalam gendongannya. Dan saat ini kakiku melingkar sempurna di pinggang paman. Seketika aku tersentak kaget. Dan dengan cepat mengalungkan tanganku dileher paman. Menyandarkan kepalaku ke bahunya. Aku masih tersenyum dengan bahagia.

"Oke Park Jiminku tersayang mari kita makan pizza ini. Atau kau akan menghabiskannya sendiri tanpa menyisakan sepotongpun untuk paman?" ahjussi menurunkanku di kursi dan meletakkan kantong pizza di meja. Kemudian membuka bungkusan itu perlahan sambil memandangku dengan wajahnya yang benar benar sempurna menurutku. Senyum dengan hiasan lesung pipi yang membuatnya semakin manis saat tersenyum.

"Yeaaayyy terimakasih paman. Aku janji akan belajar dengan sungguh sungguh malam ini karena paman sudah membelikan Jimin pizza yang lezat ini" tanpa basa basi aku segera mengambil sepotong pizza dan melahapnya dengan rakus. Aku sangat suka pizza. Dan paman tau betul tentang hal ini.

"Jadi apakah kau tidak mau belajar jika paman tidak membelikanmu pizza?" paman berkata pelan sambil mengacak rambutku.

"Tidak. Jimin tetap belajar. Emmm meskipun tidak terlalu bersemangat. Hehehehe" aku tidak bisa berbohong kepada paman.

"Lalu apakah paman harus membawakanmu pizza setiap hari agar kau mau belajar sayang?" paman mencubit kedua pipiku yang kini merona hebat.

"Akhhh sakit paman... Tidak tidak. Paman tidak perlu repot begitu. Pasti capek jika setiap hari harus antri membeli pizza saat pulang kerja" meskipun cubitan paman lembut tetap saja terasa sakit. Tangannya dan jari jarinya begitu kekar. Mungkin itu hasil karena dia sangat rajin berolahraga setiap pagi.

"Yasudah cepat makan dan setelah ini kau bisa langsung belajar ne? Paman akan mandi setelah itu ingin langsung istirahat. Maaf paman tidak bisa menemanimu belajar, sayang" ahjussi mengecup puncak kepalaku dan mengusap suraiku lembut.

"Ne paman." aku memeluk pinggang paman sebentar saat dia berdiri di dekatku. Lalu dia berlalu pergi meninggalkanku, menuju kamarnya.

**

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur. Rasa lelahku mulai muncul lagi setelah 2 jam aku berhasil berdamai bersama tumpukan buku buku yang meraung raung ingin dibelai. Meskipun aku seringkali kelelahan namun aku tidak pernah menyerah sedikitpun. Karena aku begitu menyayangi ahjussi. Dan aku ingin dia bangga dengan hasil nilaiku nanti.

Aku mencoba memejamkan mataku. Baru dua detik mataku tertutup, tiba tiba bayangan pria pucat yang menubrukku tadi muncul di otakku begitu saja. Dengan mudahnya muncul dan menghilangkan keteganganku setelah membaca teori teori yang terpapar di buku buku sialan itu.

Kenapa senyumnya begitu indah? Apakah dia benar benar manusia? Kulitnya pucat namun aku melihat kehidupan indah di dalam matanya..

Ah sial. Bahkan aku belum tau siapa namanya.

YOONMIN : Desire Becomes SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang