Jimin Pov--
2 tahun kemudian..
"Yoonbae" panggilku pada bocah kecil bertubuh gembul yang kini sedang asyik berlarian mengejar seekor kupu-kupu yang terbang di dekatnya.
Dia menoleh kearahku lalu berjalan dengan hati-hati menghampiriku menampilkan gigi-gigi nya yang baru tumbuh, Park Yoonbae anakku berusia 2 tahun, Yoonbae terlahir prematur namun ia tumbuh normal seperti anak yang lainnya.
"Appa" suara nya yang begitu manis memanggilku dan tangan mungilnya memeluk kaki panjangku.
"Park Yoonbae, bukannya appa bilang tidak boleh berlari-larian, hm?" ucapku lembut pada Yoonbae yang kini menundukkan kepalanya sambil memegangi erat kakiku.
"Ayo, kita pulang."ucapku lebih lembut pada bayi itu, aku meraih Yoonbae ke dalam gendonganku dan dia melingkarkan tangan mungilnya ke leherku.
"Titak au appa. Yoonbae acih au ain agi." ucap Yoonbae menolak.
"No, Yoonbae sudah bau. Nanti kakek Namjoon akan mencari. Ini sudah sore, sayang." aku berusaha memelankan kata kataku supaya Yoonbae mengerti. Dia diam saja dan aku segera memanggil taksi dan mengatakan pada supir taksi alamat tujuan kami.
Yoonbae duduk lucu dipangkuanku, dia berceloteh tiada henti dengan bahasa bayi nya, membuatku sangat gemas mencubit pipinya berkali kali dan sesekali menggigit hidungnya.
"Atit appa.." Yoonbae mengeluh saat merasakan sedikit sakit dihidungnya yang baru saja ku gigit.
"Dasar Yoonbae bantet"
"Appa appa" suaranya marah memanggilku dan aku mengelus rambut hitamnya pelan.
"Iya, iya Yoonbae ngga bantet cuma kelebihan lemak aja"
**
Akhirnya aku sampai di apartemen kecil yang kini aku tinggali bersama paman Namjoon dan juga malaikat kecilku, Yoonbae. Paman sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya, kini dia sudah tidak mengurus toko nya lagi semenjak 2 tahun silam kami memutuskan untuk tinggal di Busan. Baru 3 bulan ini ia diterima di sebuah perusahaan, ia menjadi ketua di salah satu devisi pemasaran.
"Halo bae" panggil paman Namjoon kepada Yoonbae yang langsung memberontak turun dari tubuhku dan segera kuturunkan, lalu bayi itu berjalan hati-hati ke arah paman.
"Njoon njoon." panggilnya polos.
"Namjoon, sayang. Bukan njoon." ucap paman kepada Yoonbae.
"Yoonbae ayo mandi" ucapku pelan padanya.
"Titak au" tolak Yoonbae.
Tanpa mendengarkannya, aku segera mengangkat tubuh gembul Yoonbae ke gendonganku dan segera membawanya ke kamar mandi, mencoba menulikan telinga dari rintihan Yoonbae yang menolak untuk dimandikan. Biasanya dia sangat menurut jika dimandikan. Entah kenapa sore ini dia sangat susah dimandikan. Mungkin karena dia marah perihal aku memaksanya pulang waktu di taman tadi. Sampai di kamar mandi aku membuka baju Yoonbae dan juga bajuku sendiri hingga kami bertelanjang bulat.
"Kenapa? Yoonbae mau penis seperti Appa?" ucapku saat Yoonbae menatap ke arahku yang membuka sempak.
"Hah?" Yoonbae hanya menatapku bingung.
"Yooonbae maka nya cepat besar, biar penisnya juga besar" suaraku tertawa geli.
"JIMIIIIINNNNN !!!! JANGAN KAU KOTORI OTAK YOONBAE CUCUKU !" teriak paman Namjoon dari luar, kurasa ia mendengar percakapan kami.
"Yoonbae jangan mau kasih pantat ke orang, ya. Ingat baik-baik !" ucapku sekali lagi dengan suara geli, berusaha mengabaikan gedoran dari paman Namjoon yang mencoba memperingatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOONMIN : Desire Becomes Surrender
FanfictionJimin harus mengubur mimpi-mimpinya saat sebuah kehidupan baru mulai tumbuh di dalam perutnya. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki namja lain, namun sekaligus menjadi sebuah kenyataan pahit karena ayah dari janin tersebut tidak mengakuinya. Keny...