3 We Meet

8.8K 843 24
                                    

Normal Pov--

Pemuda pucat itu kini tengah mengendarai mobilnya dengan datar, dia memang menyukai suasana yang tenang dan tidak terburu-buru jika ada waktu. Sore ini ia punya waktu lebih untuk sekedar ia gunakan menikmati pemandangan sore kota Seoul.

Setiap sore Min Yoongi tidak pernah pulang kerumahnya, ia akan beristirahat di apartemennya. Dan ia akan berlanjut untuk ke studio tatto nya pada malam hari.

Yoongi melirik arloji nya. Jam menunjukkan pukul 17.15 dan hari sudah mulai sedikit gelap dengan cahaya matahari yang remang remang menyelimuti kota. Saat melintasi jalan yang cukup ramai dia melihat sosok yang ia kenali sedang berjalan dengan gontai dengan tas punggung dan seragam sekolah.

"Aku seperti mengenalnya dan berbicara dengannya. Tapi siapa? Bahkan semua temanku sudah tidak ada yang masih sekolah menengah" Yoongi membatin dalam hati.

Sampai akhirnya dia terkejut bukan main saat sosok mungil yang diperhatikannya sejak tadi jatuh tersungkur di jalan, padahal tidak ada seorang pun yang mendorong ataupun menabraknya.

"Astagaaa ! Dia pemuda manis yang aku tubruk waktu itu. Oh ya tuhan dia kenapaaaa jatuh lagi?" Yoongi dengan buru buru menepikan mobilnya didekat pemuda mungil tadi terjatuh. Dan secepat mungkin dia berlari menuju ke arah pemuda mungil itu.

Dengan lembut Yoongi membalikkan badan pemuda mungil itu dan sedikit mengangkatnya, sehingga lengan kiri Yoongi kini sedang menahan kepala pemuda mungil itu. Dan tangan satunya kini sedang menepuk nepuk lembut pipi pemuda yang ada di rengkuhannya.

"Oh Ya Tuhan kenapa kau pingsan seperti ini? D-daaan wajahmu pucat sekali !" Yoongi berteriak tanpa ia sadari saat memandang wajah mungil itu. Tanpa bantuan dari siapapun, ia segera mengangkat tubuh mungil itu ke dalam mobilnya. Dan cepat-cepat ia menghantam setir dengan kecepatan penuh berharap cepat sampai ke apartemennya.

Yoongi masih setia dengan perasaan cemasnya. Perasaan yang tidak pernah ia alami selama ini. Apalagi terhadap orang asing yang baru ia temui 2 kali ini. Tapi entah kenapa hati Yoongi begitu kalut saat tau tubuh mungil yang kini sedang ia gendong ala bridal style semakin pucat dan badannya dingin.

Dengan hati hati, Yoongi menurunkan pemuda mungil itu saat sampai di depan pintu apartemen lalu memeluknya erat agar tidak lepas darinya, karena Yoongi akan kesusahan memasukkan pin jika dalam kondisi masih menggendong pemuda mungil itu.

Saat pintu berhasil terbuka dengan buru buru, Yoongi membawa pemuda mungil itu ke kamar tidurnya. Lalu melepas sepatu serta tasnya dan sedikit melonggarkan pakaian seragamnya.

Pemuda pucat itu kini sedang merasa bingung bukan main. Apa yang harus dilakukannya dengan pemuda mungil ini? Apakah sebaiknya ia memanggil dokter Jung kesini? Setelah 10 menit ia mondar-mandir di dalam kamarnya sambil menggigit kuku jari tangannya akhirnya ia memutuskan menelpon dokter Mingyu untuk datang.

"Ya, Tuan Min apa ada hal yang bisa saya bantu?"

"Cepatlah datang ke apartemenku, aku butuh bantuanmu. Aku tidak ingin menunggu lama. 5 menit kau harus sampai." Yoongi berbicara dengan nada yang begitu cemas.

"Dengan senang hati saya akan segera kesana"

Sambungan terputus. Dan Yoongi masih dalam perasaan kalutnya yang bukan main. Mengapa ia bisa merasa begitu cemas dengan pemuda mungil yang kini tergeletak di kasur kingsize nya itu? Padahal ia tak pernah merasa secemas ini sebelumnya kecuali dulu saat Abeoji nya pernah dalam keadaan kritis dirumah sakit. Dan itu terjadi sudah 5 tahun lalu.

Bel berbunyi, membuyarkan lamunan Yoongi yang sedang berdiri di dekat ranjang. Ia langsung menghambur keluar untuk membuka pintu.

"Selamat malam Tuan Min" dokter Mingyu menyapa Yoongi yang membuka pintu dengan senyum lebarnya.

"Silahkan masuk, dan tolong cepatlah periksa dia. Dia begitu pucat. Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan" masih dengan nada cemasnya. Yoongi berlari ke kamar di ikuti oleh dokter Mingyu dibelakangnya.

"Ohh, siapa pemuda mungil yang begitu manis dan cantik ini Tuan Min? Wahhh dia benar benar sangat manis" dokter Mingyu terperangah saat melihat tubuh mungil yang tergeletak lemas diatas kasur.

YOONMIN : Desire Becomes SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang