Yoongi Pov--
Aku masih berdiri di tempatku, seolah seluruh otot tubuhku kaku dan aku benar-benar kehilangan tenagaku untuk sekedar berjalan. Aku hanya bisa menatap nanar sosok namja mungil yang berlalu pergi meninggalkanku. Meninggalkanku dengan seluruh rasa rinduku yang begitu meluap.
Jantungku berdenyut lebih cepat saat tadi aku berhasil merengkuh tubuh mungilnya kedalam pelukanku. Namun beberapa detik kemudian ia mendorongku. Dorongan penolakan. Dia berteriak padaku. Matanya menatapku penuh kebencian. Tatapan yang sama sekali tidak ku kenal. Dimanakah tatapan berbinar-binar yang selalu mampu menenangkan hatiku?
Aku tersadar dari lamunanku, saat sebulir air mata menetes membasahi pipiku. Entah sudah berapa banyak air mata yang kuhabiskan selama 2 tahun ini. Perlahan aku kembali ke kursi kebangsaanku. Aku mencoba menghadapi semuanya dengan kepala dingin. Aku mengotak-atik komputer dihadapanku, mengakses data pegawai yang memang bisa kulihat kapanpun aku mau. Hingga mataku menemukan sebuah data yang aku cari lalu aku mengklik nya dua kali. Dihadapanku muncullah sebuah data diri lengkap dengan fotonya mengenai Park Jimin.
Nama : Park JiminTempat, tanggal lahir : Busan, 13 Oktober 1998
Umur : 20 tahun (terhitung tahun 2018)
Nama orang tua kandung : - Park Woo Bin -Tiffany Hwang
Nama orang tua angkat : -Kim Namjoon
Anak : Park Yoonbae
Istri : —
Aku sedikit terkejut saat membaca dua data terakhir mengenai anaknya. Park Yoonbae. Dia masih berumur 20 tahun dan sudah memiliki anak? Apakah Park Jimin sudah menikah? Tapi tidak ada data istrinya disana. Eum mungkin dia sudah bercerai. Aku hampir dibuat gila dengan pertanyaan yang bermunculan di otakku seusai membaca data diri Jimin. Aku benar-benar sudah dibuat gila oleh seorang bocah seperti Park Jimin.
Kepalaku benar benar akan pecah. Aku segera mengclose data diri Park Jimin dan beralih pada ponselku, mencoba menghubungi teman lama serta salah satu kepercayaanku mengurus beberapa asetku.
"Aku butuh bantuanmu." ucap Yoongi tanpa basa basi setelah memastikan telepon tersambung.
"Oh, sudah lama sekali kau tidak menghubungiku. Apa kau merindukanku" suara kekehan diseberang sana menyahut.
"Kau butuh asupan di rekeningmu atau bersiap menjadi santapan buaya di penangkaranku?" nadaku mendominasi.
"Okay okay. Apa yang kau mau dariku?"
"Aku perlu bantuan untuk menyelidiki dan mendapatkan data lengkap mengenai Park Jimin. Secara lengkap dan detail. Aku tidak mau tertinggal sedikitpun fakta tentangnya. Termasuk mengenai anaknya, Park Yoonbae. Kuberi waktu 5 hari." nadaku tegas.
"Data akan aku kirimkan 2 hari lagi, bro."
"Kau, tidak main-main denganku?"
"Pernahkah seorang Jooheon bermain-main dengan sahabat sendiri."
"Baiklah. Kau akan mendapatkan dua kali lipat jika kau lebih cepat mengerjakannya. Terima kasih"
Aku mengakhiri sambungan telpon di ponselku. Dan berlanjut menghubungi Seokjin.
"Keruanganku sekarang"
Beberapa menit kemudian Seokjin masuk keruanganku.
"Ada apa tuan?"
"Aku ingin kau memblack list 'Park Jimin' dan pastikan dia tidak masuk ke dalam perusahaan atau lembaga tenaga kerja lainnya selain kantor ini. Aku hanya mau Park Jimin kembali bekerja disini. Dia mengundurkan diri dari perusahaan hari ini. Aku tidak ingin kehilangan dia lagi, Seokjin." jelasku.
"Tapi itu akan sulit tuan." Seokjin sedikit terkejut.
"Aku tidak peduli. Aku tidak ingin mendengar dia diterima ataupun bekerja ditempat lain selain disini." tegasku.
"Baik tuan. Akan saya usahakan."
Seokjin berpamit dan meninggalkanku. Dan sekarang kepalaku kembali berdenyut. Aku memijat pelipisku. Aku tidak habis pikir, seorang bocah seperti Park Jimin benar-benar sudah membalik duniaku.
**
Belum usai sampai disini saja rasa pening dikepalaku. Saat tiba-tiba, Suran masuk ke ruangan dan mengomel tidak jelas.
"Ada apa?" tanyaku.
"Oh yang benar saja. Aku baru saja ditabrak oleh salah seorang OB dan aku terjungkal di taman depan yang baru disiram. Lihat. Bajuku jadi kotor~" Suran merengek seperti anak kecil. Dan aku muak mendengarnya.
"Lalu untuk apa datang kemari?" tanyaku datar.
"Eum... Aku mau minta uang. Aku ingin berbelanja hari ini. Ingin membeli beberapa sepatu dan juga baju." ucapnya manja. Entah kenapa malah membuatku tidak suka. Satu fakta lagi Suran itu sangat boros. Bahkan sekali belanja uang jajannya bisa dipakai untuk membeli 3 apartemen sekaligus. Dia benar benar wanita manja yang hobi menghamburkan uang tanpa bisa berusaha.
"Jangan pulang hari ini. Kalau bisa untuk sebulan kedepan tidak usah muncul lagi dikantor maupun apartemenku."ucapku datar sambil menyodorkan kartu kreditku kepada Suran. Memang beginilah hubunganku dengannya, hanya sekedar hubungan saling menguntungkan. Tapi hanya sedikit saja untukku. Aku terbebas dari rasa bersalah atau terbebas dari kutukan anak durhaka, karena Abeoji dan Eomma bersikeras menjodohkanku dengan perempuan ini. Aku benar-benar tidak tertarik dengannya. Bahkan aku tidak pernah menyentuhnya selama menikah ini, salah satu alasan kami tidak mempunyai anak sampai sekarang. Sedangkan Suran, ia bisa menikmati hartaku dan kasih sayang kedua orang tuaku.
"Tapi kau tetap harus bisa menjaganya, Suran. Kuperingatkan padamu. Jangan sampai aku mendengar kau berkencan dengan pria disini. Kau tau konsekuensinya" aku memperingatkan hal penting ini kepadanya. Karena bagaimanapun juga status menikah sangat harus dijaga kehormatannya dimata publik. Apalagi pengusaha sepertiku ini.
"Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, Yoongi-ah. Kau tau sendiri jika aku sama sekali tidak tertarik dengan pria. Bahkan aku tidak sudi menikah denganmu jika orang tuamu tidak menjanjikan kehidupan mewah untukku." katanya pelan lalu segera pergi meninggalkan ruanganku.
Dan satu fakta lagi yang hanya aku ketahui dan mungkin beberapa teman dekat Suran, bahwa Suran adalah lesbi. Fakta menjijikkan namun menguntungkan bagiku karena dengan begitu aku tidak perlu mendapat sentuhan darinya. Intinya kita menjalani pernikahan ini tanpa adanya cinta sedikitpun.
**
Aku kembali ke apartemenku pada sore hari dan seperti perjanjian semula Suran tidak ada disini. Dan ini hari ketiga dia tidak berkeliaran di apartemenku, beruntung kedua orang tuaku tidak mengawasi apa yang kami lakukan disini. Aku memutuskan untuk kembali ke Korea setelag satu Tahun tinggal di Paris, dan itu sangat membosankan mengingat setiap gerak-gerik kami di awasi oleh Abeoji dan Eomma.
Ada notifikasi masuk di laptopku, aku sengaja menyalakannya karena Jooheon berkata dia akan mengirim berkas yang ku minta melalui email. Dan seperti yang kuharapkan, itu memang email dari Joo. Aku segera membukanya dan membaca dengan seksama informasi yang ada. Sebagian besar berisi mengenai Jimin dan latar belakang pendidikannya, mengenai perceraian orang tuanya, lalu mengenai pengadopsian Park Jimin oleh Kim Namjoon. Aku menscroll kembali dan membaca mengenai Park Yoonbae dan disini dijelaskan bahwa Park Jimin adalah orang tua tunggal sejak bayi itu lahir. Apa maksud dari semua ini? Informasi mengenai istrinya yang ingin ku ketahui tidak ada. Apakah bayi itu hasil hubungan haram Jimin dengan seorang gadis lalu gadis itu tidak mau merawat bayinya? Aku semakin gila memikirkan semua ini.
"Oh Jiminnie, kenapa kau sangat senang membuat seorang Min Yoongi menjadi hampir gila seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOONMIN : Desire Becomes Surrender
FanfictionJimin harus mengubur mimpi-mimpinya saat sebuah kehidupan baru mulai tumbuh di dalam perutnya. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki namja lain, namun sekaligus menjadi sebuah kenyataan pahit karena ayah dari janin tersebut tidak mengakuinya. Keny...