5 Sweetness Desire

8.1K 722 22
                                    


Normal Pov--

Jimin kembali tertidur setelah memakan habis makanan yang dibelikan oleh Yoongi. Mereka tidak banyak berbicara saat Jimin sedang makan tadi, Yoongi hanya sekedar memandangi Jimin yang makan dengan lahap sembari sesekali membantu Jimin mengusap sisa makanan di bibirnya. Sesuatu yang berbeda yang tidak pernah Yoongi lakukan kepada siapapun.

Kini Yoongi sedang berbaring di sebelah Jimin dengan siku sebagai tumpuan kepalanya. Entah sejak kapan Yoongi sangat gemar memandangi wajah Jimin saat tidur. Hingga atensi nya teralihkan saat layar hapenya menyala dan menampilkan sebuah nama disana.

"Ne, apa ada masalah di bar?" Yoongi berbicara dengan anak buahnya yang ia sebut barusan di telepon.

"...."

"Ahh mungkin beberapa hari ini aku tidak akan bisa datang kesana. Tolong atasi semuanya. Aku percayakan saja padamu. Aku akan membayarmu dua kali lipat kali ini. Karena aku punya hal yang lebih berharga untuk diurus dibanding dengan datang kesana" Yoongi sedikit memelankan suara beratnya, dia takut tubuh mungil disisinya terbangun karena terganggu oleh suaranya.

"....."

"Besok pagi. Uangmu akan segera masuk ke rekeningmu. Aku akan menyuruh Chanyeol untuk mentransfernya. Kau tidak perlu khawatir. Kau cukup lakukan pekerjaanmu dengan baik. Satu lagi, suruh Kai untuk datang ke studio tattoo ku mulai besok untuk menggantikanku. Karena aku sepertinya juga tidak bisa kesana beberapa hari ini"

"...."

"Ne, Seokjin yang akan mengurus berkas berkas itu."

Yoongi akhirnya memutuskan sambungan ponselnya.

**

Ya disini. Disebuah cafe mewah Namjoon sedang memandang kosong ke arah cangkir kopi nya. Ia begitu frustasi perihal menghilangnya Jimin. Namjoon mencoba menahan diri untuk tidak membawa kasus ini ke polisi. Karena sejujurnya Namjoon begitu benci berurusan dengan polisi.

"Kau tidak perlu khawatir. Kita akan menunggu sampai besok. 2x24 jam kita akan menunggu dia pulang. Aku juga sudah menyuruh anak buahku untuk mencari keponakan manismu itu. Tenanglah" namja dengan bibir merekah serta mata sayu itu mengelus lembut tangan Namjoon yang memegang cangkir kopi.

"T-tapi aku sangat khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Jimin. Aku bukanlah paman yang baik. Seharusnya aku mengantar jemputnya ke sekolah supaya dia tidak berjalan di keramaian sendirian, Seokjinnie" Namjoon mendesah frustasi sembari menekuk wajahnya di depan namja cantik yang begitu tulus menenangkannya.

"Aku berjanji padamu, kita pasti akan menemukan Jimin, ne. Kau tidak boleh berprasangka buruk. Kita harus selalu berdoa untuk keselamatannya, sayang" sekali lagi namja cantik yang bernama Seokjin itu mengelus lembut tangan Namjoon untuk menyalurkan kepedulian dan ketulusannya.

"Ya. Terimakasih kau sudah membantuku, Seokjinnie. Aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan jika tidak ada kau disini" Namjoon akhirnya membalas usapan lembut dari Seokjin di tangannya.

"Baiklah ini sudah pukul 2 pagi kau tau? Mari kita pulang. Kau butuh istirahat meskipun besok kau tidak kerja. Jika kau sakit pasti Jimin sedih melihatmu saat ia kembali nanti" Seokjin bangkit dari duduknya dan membantu Namjoon berdiri. Akhirnya Namjoon setuju untuk pulang dengab diantar Seokjin.

Sesampai dirumah Namjoon, Seokjin bergegas untuk berpamit pulang tapi tiba tiba tangannya tertahan oleh genggaman lembut Namjoon.

"Bisakah kau menginap disini dan menemaniku, Seokjinnie? Aku masih belum bisa tenang saat ini. Namun aku merasa lebih baik saat kau ada di sampingku." Namjoon dengan nada memohon.

YOONMIN : Desire Becomes SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang