Jimin Pov--
Udara disekitarku terasa begitu sesak, padahal supir taksi sudah menyalakan AC mobilnya. Yoonbae duduk dipangkuanku, memainkan pipiku serta sesekali memeluk erat leherku. Aku segera menjemput Yoonbae dari penitipan anak saat aku keluar dari kantor Yoongi. Setidaknya aku sudah bisa sedikit bernafas daripada berada di dalam kantor itu, apalagi dihadapkan dengan Yoongi dalam satu ruangan. Aku benar-benar merasa tercekik.
"Appa.." panggil Yoonbae sambil menepuk nepuk pipiku.
"Ada apa sayang?" aku mencubit pipi tembamnya.
"Au tium appa. Tium" Yoonbae masih menepuk-nepuk pipiku.
"Yoonbae sudah pintar menggoda Appa ya" aku mencium bibir Yoonbae dengan gemas lalu ke keningnya. Yoonbae tidak menanggapi apa-apa, ia kini sudah memejamkan matanya dan menyandarkan kepala mungilnya di dadaku, tangannya memeluk erat sebagian tubuhku yang mampu ia gapai. Aku merasa sedikit tenang saat menatap Yoonbae seperti ini. Ia terlihat begitu sangat menggemaskan saat tertidur, apalagi dengan bibirnya yang sedikit terbuka. Dia benar-benar manis.
**
Aku tertidur bersama Yoonbae saat sudah sampai di apartemen, mungkin aku memang sedikit kelelahan dan ototku benar benar tegang setelah kejadian yang tidak ku inginkan di kantor Yoongi brengsek itu. Hingga usapan lembut di rambutku berhasil membangunkanku.
"Sayang, kau terlihat benar-benar kacau. Apa kau belum mandi, hm?" ucap paman Namjoon pelan.
"Tidak apa paman. Aku memang belum mandi sepulang dari kantor tadi" ucapku malas karena menahan kantuk.
"Aku melihatmu berbicara dengan Min Yoongi tadi. Apa ada sesuatu yang dia katakan padamu? Kau benar-benar terlihat kacau." paman mendudukkan diri di sisi ranjang.
"Eumm... Tidak banyak yang terjadi, paman. Min Yoongi memanggilku ke ruangannya dan mengatakan omong kosong tentang masa lalu. Dan aku sudah mengundurkan diri dari perusahaan itu. Aku tidak bisa bekerja di tempat yang sama dengannya, paman." aku mensejajarkan tubuhku dan duduk di dekat paman Namjoon menatap sekilas ke arah Yoonbae yang masih tertidur pulas. Dia adalah pangeran kecil yang hobi tidur.
"Astaga, Jimin. Kau seharusnya bisa bersikap profesional, sayang. Anggap saja kau tidak mengenal Min Yoongi itu dan kau bisa tetap lanjut bekerja. Padahal paman sudah sangat senang kau bekerja di tempat yang sama dengan paman, kita bisa berangk—"
"Tidak bisa paman. Rasanya kejadian masa lalu seperti meremas-remas jantungku setiap saat aku bertatapan dengan pria bangsat itu. Aku akan melamar kerja di tempat lain besok."ucapku datar namun pasti paman bisa menangkap raut kesedihan mendalam di mataku.
"Paman bisa apa jika itu sudah kemauanmu. Paman tidak bisa menghentikanmu. Tapi entah dengan Min Yoongi. Sepertinya dia bisa melakukan apapun. Kau harus berhati-hati mulai sekarang sayang. Bagaimanapun juga uang dan kekuasaan tetaplah yang akan bertindak." paman Namjoon menghela nafasnya kasar.
"Eumm besok lusa aku akan ke Busan untuk bertemu dokter Lee, paman. Tadi aku sudah memesan tiket kereta untukku dan Yoonbae" aku mengelus tangan paman Namjoon, mencoba menghilangkan kekhawatirannya.
"Apa kau yakin ingin ke Busan hanya untuk pemeriksaan rutin Yoonbae? Terlalu jauh sayang." ucap paman Namjoon semakin mencemaskanku.
"Tidak apa, paman. Dokter Lee adalah yang terbaik."aku tersenyum menatap paman. Berharap guratan kesedihannya dengan senyumanku.
"Ya sudahlah jika itu memang kemauanmu, sayang. Paman tidak pernah bisa menolak. Kau tau itu. Cepatlah mandi dan paman akan memasak makan malam untuk kalian." paman mengusak rambutku lalu beranjak pergi dari kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOONMIN : Desire Becomes Surrender
FanfictionJimin harus mengubur mimpi-mimpinya saat sebuah kehidupan baru mulai tumbuh di dalam perutnya. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki namja lain, namun sekaligus menjadi sebuah kenyataan pahit karena ayah dari janin tersebut tidak mengakuinya. Keny...