"Hyung, apa kabar? Maaf aku sedikit terlambat." sapa Xu Minghao yang baru saja tiba dan meletakkan tas kamera di sebelahnya.
Jeon Wonwoo menyunggingkan senyum kecil.
"Kabarku begitulah." sahut lelaki bermata rubah dengan setelan jeans yang berkata dengan suara santai. "Minum dulu, Hao. Kau pasti lelah mengerjakan proyek bersama Mingyu." Ia menunjuk ice americano yang telah dipesan untuk mereka berdua.
Jeon Wonwoo meminum ice americano sambil menatap Minghao yang tersedak dengan es kopinya.
Ia menyadari jika orang itu belum menceritakan terungkapnya hubungan mereka kepada lelaki yang dari gelagatnya terlihat seperti tidak merasa bersalah dan berikap seperti biasanya--atau mungkin dia sudah tahu tetapi berpura-pura tidak mengetahuinya--toh dia sangsi apakah dirinya memang benar-benar mengenal mereka.
Merasa terus ditatap oleh Jeon Wonwoo dengan pandangan dingin, Minghao meletakkan gelasnya dan berdeham pelan. "Setelah proyek pemotretan dengan Mingyu selesai, kita bisa makan malam bersama dan bernostalgia."
Wonwoo tidak langsung bereaksi. Ia memandang Minghao yang terlihat sangat tidak tahu diri mengucapkan kalimat tersebut. Untuk beberapa saat ia berusaha mengendalikan emosi dan pikirannya sendiri, menyusun kembali skenario dan strategi yang akan ia gunakan dalam percakapan kali ini tanpa mempermalukan dirinya ataupun Minghao di depan umum.
Mereka memang homoseksual tetapi mereka bukanlah perempuan yang akan saling menjambak rambut atau beradu cakar, bahkan saling menampar. Jadi, bertindak dramatis dan ribut di depan umum tidak akan terjadi.
Kecuali, Minghao bersikap keterlaluan. Ia siap menyelesaikan ini dengan cara laki-laki, beradu pukul atau tinju.
Meskipun konyol, ia bersyukur Minghao adalah laki-laki dan bukan perempuan, karena ia tidak mungkin bertindak kasar dengan perempuan.
"I know what you did with him behind my back." ujar Wonwoo dengan aksen bronx yang sangat kental, sesuatu yang ia pelajari saat tinggal di New York. "Kamu boleh membela diri, tetapi keputusanku tetap sama."
Minghao mendengar kalimat yang Wonwoo ucapkan dengan aksen yang tidak ia ketahui dengan mata yang membulat sempurna. Ia tidak sebodoh itu untuk tidak dapat mengerti maksud dari perkataan sahabatnya. Mungkin setelah sepuluh tahun, rahasia yang bagaikan kotak pandora harus terbuka--ia harus membersihkan dirinya dari kesalahan bodoh yang telah ia perbuat sepuluh tahun yang lalu dan mungkin kesalahan beberapa bulan belakangan.
"Aku mengakui semuanya." Ia berkata dengan senyum tergores di bibirnya. "Aku menyukai Kim Mingyu dari dulu hingga sekarang. Aku sangat menyukainya."
Wonwoo yang mengaduk isi es kopinya dengan sedotan langsung terdiam, mengangkat kepala menatap Minghao yang menatapnya dengan angkuh. "Kamu mencintai orang yang salah, Hao. Dia sudah memiliki pasangan. Dimana harga dirimu?"
Mendengar penuturan tersebut, lelaki berwajah oriental tertawa merasa omongan Jeon Wonwoo sangat bodoh. "Aku menyukai dia lebih dulu, bahkan sebelum aku memperkenalkan kalian. Apa ini salahku? Aku juga berhak menyukai seseorang, Wonwoo."
Lelaki berkacamata bundar itu menaikkan sebelah alisnya mendengar Minghao memanggil namanya tanpa embel-embel hyung.
Oh begitu.
"Aku tidak ada waktu berdebat hal ini denganmu, namun kamu harus tahu perbuatanmu sangat memalukan." balas Jeon Wonwoo. Mata cokelatnya menatap Xu Minghao lurus-lurus. "Dan aku tidak perlu permintaan maaf jika setelah ini kau akan meminta maaf."
Minghao mengernyit mendengar perkataan laki-laki yang lebih tua setahun darinya tersebut, lebih dari 25 tahun mereka bersahabat dan untuk pertama kalinya Wonwoo tidak menuntut ucapan permintaan maaf atas kesalahan yang ia lakukan seperti biasa ketika mereka ada perselisihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Two of Us
FanfictionMenceritakan kehidupan rumah tangga dua orang yang memiliki sifat dan kesukaan yang sangat bertolak belakang. Jeon Wonwoo yang alergi dengan bulu anjing dan Kim Mingyu yang tidak menyukai kucing. -------------------------------- Marked as mature fo...