Hari sudah hampir tengah malam ketika Jeon Wonwoo melangkah memasuki rumah minimalisnya di Yongsan-gu, Seoul. Sebenarnya pekerjaan hari ini tidak sibuk dan sudah bisa pulang sejak sore tetapi ia tidak ingin sampai rumah dan melihat orang itu, ia tidak ingin melihat wajah menyebalkan lelaki tersebut. Wonwoo tidak tahu perang dingin yang terjadi antara dirinya dan orang itu akan berakhir kapan, namun keadaan tidak saling berbicara dan saling menghindar telah berlangsung selama seminggu bahkan mereka tidak saling bertukar pesan singkat atau panggilan masuk seperti biasanya.
Wonwoo melepaskan mantel cokelat panjang yang membalut tubuh kurusnya dan menyampirkan di gantungan pakaian di belakang pintu kamar. Ia berjalan tanpa suara menuju lemari pakaian, mengambil beberapa potong pakaian dan kembali berjalan ke luar kamar tidak mempedulikan lelaki jangkung yang telah terlelap di atas ranjang yang sudah seminggu tidak ia tempati lagi.
Ketika ia baru saja akan melangkah keluar kamar, sebuah suara pelan memanggil namanya. Ia menengok ke arah asal suara tersebut dan mendapati orang yang tadi tertidur kini menatapnya dengan wajah mengantuk.
"Wonwoo, kamu baru pulang?"
Ada intonasi tertahan dari suara tersebut.
Ia menatap orang itu dengan tatapan datar, tidak mempedulikan pertanyaan orang itu dan tetap melangkah keluar kamar. Ia masih belum dapat menentukan harus berbicara apa dan kapan dengan orang itu.
Wonwoo sedang membasuh muka di kamar mandi kedua yang terletak di sebelah dapur saat suara ketukan di pintu mengagetkannya.
"Wonwoo, bisa bicara sebentar?"
Ia hanya terdiam memandang pantulan dirinya di depan cermin besar, kulit putih susunya terlihat lebih pucat dari biasanya dengan kantung mata yang makin menghitam. Lelaki bermata mirip rubah itu menghela napas pelan dan mengganti baju kerjanya dengan piyama, ia sedang tidak ingin mandi dan hanya ingin langsung tertidur di bawah selimut bersama Chan.
"Won--"
Suara orang itu terhenti saat ia membuka pintu kamar mandi, ia dapat melihat senyuman lemah tergores di bibir orang itu dan melihat mata orang itu merah sembab seperti habis menangis.
"Kau sudah makan? Ingin kubuatkan sesuatu?"
Wonwoo memutar matanya, mendorong tubuh orang itu agar pergi dari hadapannya karena ia tidak ingin mendengar atau berhadapan dengan orang ini.
Saat ia hendak melangkah ke tangga, pergelangan tangannya ditahan dengan erat membuatnya hampir terpeleset.
"Sayang..."
Wonwoo berbalik menatap wajah orang itu dan memberikan tatapan sinis sebelum menarik kembali pergelangan tangannya dan berjalan dengan cepat ke lantai dua, meninggalkan orang itu berdiri di tempat semula.
Ia berjalan tanpa suara memasuki kamar tidur Chan yang sudah seminggu ini ia tempati dan mendapati anaknya telah tertidur dengan selimut rapat hingga ke dagu dan mainan yang berserakan di lantai. Ia menyempatkan diri merapihkan seluruh kamar tersebut sebelum beranjak tertidur di samping anaknya.
Ia tahu jika anaknya menyadari dia sedang bertengkar dengan papinya karena Chan beberapa kali bertanya kenapa dirinya tidak tidur dengan papi.
"Papi harus terbiasa tidur sendiri, Chan." jawaban itu hanya mendatangkan tatapan bingung dari anaknya.
--x--
Kim Mingyu meletakkan dua cangkir kopi hangat, dua piring panekuk, semangkuk salad buah dan semangkuk madu di atas meja makan. Ia menata sarapan pagi itu dengan cermat dan menatap puas sarapan kesukaan Jeon Wonwoo. Ia bahkan menambahkan vas kecil berisi dua tangkai mawar merah yang ia petik dari halaman dan menyalakan lampu gantung kecil di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Two of Us
FanfictionMenceritakan kehidupan rumah tangga dua orang yang memiliki sifat dan kesukaan yang sangat bertolak belakang. Jeon Wonwoo yang alergi dengan bulu anjing dan Kim Mingyu yang tidak menyukai kucing. -------------------------------- Marked as mature fo...