Hari semakin larut, jam di dinding sudah menunjukan pukul 10 malam dan lampu ruang tengah sudah dimatikan bersamaan dengan suara Bohyuk yang sudah tidak terdengar lagi setelah mahasiswa tingkat akhir itu terus menggerutu karena Jeon Wonwoo tidak pulang tepat waktu sehingga dirinya tidak bisa ikut ke acara kumpul-kumpul dengan temannya. Wonwoo yang merasa bersalah akhirnya membelikan satu porsi besar jjampong dan subway untuk Bohyuk--yang langsung di maafkan dengan cepat karena Jeon Bohyuk menyukai gratisan.
Saat ini Wonwoo sedang duduk memangku laptop di atas ranjang, mengerjakan laporan mengenai pameran malam penggalangan dana yang akan diadakan oleh agensi aktor Moon. Meskipun sebenarnya kegiatan yang berhubungan dengan aktor Moon sudah dipegang oleh Soonyoung, tetapi direktur galeri memberikannya pekerjaan ini dengan alasan "aku mempercayai kamu, Wonwoo." meskipun ia harus berhadapan dengan sikap Moon Junhui yang cukup menjaga jarak dengannya dan berbicara seperlunya.
"Dad, kapan kita pulang ke Papi?" tanya Chan mendongak menatap Wonwoo dengan wajah penuh tanda tanya. "Kenapa kita tidak pulang ke rumah?"
Wonwoo menunduk menatap anaknya yang sejak tadi duduk di lantai sibuk menggambar. "Chan ingin pulang ke rumah?"
"Iya."
"Chan tidak suka tinggal disini?"
"Tidak." sahut anak laki-laki itu dengan jujur. "Paman Bohyeok baik, meski suka jahil tetapi aku rindu rumah."
"Chan rindu papi?"
"Iya, Chan rindu. Papi selalu membantu Chan mengerjakan tugas kalau Daddy belum pulang."
Alis Wonwoo berkerut. "Daddy juga bisa membantu Chan mengerjakan tugas. Memang ada yang sulit?"
Chan menggeleng, mengambil krayon berwarna kuning dan melanjutkan kegiatan menggambarnya. "Tidak, Dad. Chan hanya rindu, Papi suka memperlihatkan foto-foto lucu. Daddy tidak rindu Papi, ya?"
Wonwoo duduk terpekur mendengar pertanyaan putera semata wayangnya, meskipun itu adalah pertanyaan polos yang dapat ia jawab dengan kebohongan tetapi ia tidak ingin melakukannya karena mungkin saja Chan hanya bosan karena sudah dua bulan tinggal di apartemen Bohyuk atau memang anak itu benar-benar merindukan Papinya.
Wonwoo menghela napas lelah sambil menyingkirkan laptop yang ada di pangkuannya, beranjak berdiri dan mendudukan diri di lantai tepat di sebelah anaknya yang menggambar dengan serius. "Kalau Daddy dan Chan tinggal berdua tanpa Papi, Chan mau tidak? Bukan tinggal di sini tetapi di apartemen kita."
Anak laki-laki dengan kaos berwarna pastel dan celana panjang tersebut terdiam, meletakkan krayon yang ia gunakan untuk bergambar. "Daddy dan Papi masih bertengkar? Kenapa kalian tidak berbaikan saja?"
Wonwoo mengerjap-ngerjap memandang puteranya yang ternyata masih mengingat bahwa dirinya dan Mingyu bertengkar. Dengan hembusan napas pelan, Wonwoo menyisir rambut hitam anaknya dengan jari-jarinya yang lentik. "Ada urusan orang dewasa yang sulit untuk selesai, Chan."
Chan menatap lelaki bermata rubah tersebut dengan kening berkerut dan mulut mengerucut. "Apa sulit mengucapkan maaf dan berbaikan yuk begitu? Mau Chan yang bilang ke Papi, Chan mau membantu kalian."
Dengan perasan berat hati, Wonwoo menarik Chan ke dalam pelukannya dan menciumi pelipis puteranya. "Maafkan Daddy ya, Chan. Jangan membenci Daddy atau Papi ya, maaf ya." sahutnya masih mengeratkan pelukan.
"Daddy, Chan boleh bertemu Papi?" tanyanya tiba-tiba, mendongak menatap wajah Wonwoo dengan mata yang penuh pancaran permohonan.
"Tentu saja boleh." Wonwoo menyerah dengan senyum lemah. "Ayo kita bertemu Papi. Dia pasti juga merindukanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Two of Us
Hayran KurguMenceritakan kehidupan rumah tangga dua orang yang memiliki sifat dan kesukaan yang sangat bertolak belakang. Jeon Wonwoo yang alergi dengan bulu anjing dan Kim Mingyu yang tidak menyukai kucing. -------------------------------- Marked as mature fo...