Past : Birthday

4.6K 549 40
                                    

"Aku takut kamu akan membunuh atau mencelakai diriku dengan membawaku ke tempat yang tidak aku ketahui." kata Jeon Wonwoo sambil menatap ke arah pemandangan di luar mobil sedan yang bergerak dengan kecepatan rata-rata di daerah yang tidak ia ketahui.

Lelaki dengan ekspresi yang kaku dan tatapan mata tidak bersahabat itu menatap ke arahnya sekilas sebelum kembali memfokuskan diri ke jalanan di depan.

"Kau sangat tidak mempercayaiku?"

"Bukan begitu." balas Wonwoo, mengeratkan pegangan pada sabuk pengaman yang mengurangi pergerakan badannya. "Kita habis bertengkar dan... hampir putus untuk kedua kalinya, oke? Aku tidak tahu apa yang ada di dalam kepalamu, kau tahu bisa saja kau dendam kepadaku atau apalah... aku tidak tahu... astaga! Kau membawaku kemana, sih? Seharusnya kita memang putus." lanjut lelaki tersebut masih menggerutu dengan suara pelan dan bergerak tidak nyaman sambil menatap ke arah luar mencari-cari tanda lalu lintas petunjuk nama daerah mereka saat ini.

Kim Mingyu mengeluarkan desahan napas jengkel dan menggertakan gigi, kebiasaannya saat menahan marah. "Kau senang ya putus denganku?" tanyanya. "Oh yeah, tentu saja senang kau bisa bermain-main dengan laki-laki lain kan? Pasti pria asing lebih menarik daripada aku yang orang korea biasa. Ya ya."

"Kau bicara apa sih, jangan memulai pertengkaran lagi. DEMI TUHAN!" Wonwoo menjerit saat Mingyu menyalip dengan kasar mobil SUV yang melaju dengan kecepatan pelan di depan mereka.

"Kau menuduh aku yang memulai pertengkaran? Kau penyebabnya, keparat."

"Aku?" seru Wonwoo tidak terima mendapat tuduhan menjijikan seperti itu. "Kau yang tidak paham dengan pekerjaan aku. Sudah aku beritahu kan, aku harus menghabiskan kontrak dua tahun dengan museum di New York sebelum pindah ke Korea. Idiot!"

"Seharusnya kau tolak saja! Memang tidak ada museum bagus di Korea? Mata duitan!"

"Tidak semua orang bisa bekerja di Museum of New York! Kau idiot kalau menolak."

"Dua tahun waktu yang lama! Pikirkan perasaanku juga! Kau tidak hidup sendiri."

"Aku tidak menikah denganmu, pecundang." ujar Wonwoo mengoreksi pacar gilanya. "Kenapa sih terburu-buru menyuruhku ke Korea?"

Si lelaki jangkung hanya diam dengan rahang menengang dan mempercepat laju kendaraan dengan menekan pedal gas, jalanan yang sepi dan hanya di lalui oleh beberapa mobil membuat sedan tersebut bergerak sangat mulus. Dengan jalanan yang licin bekas hujan, Jeon Wonwoo berdoa semoga pacar gilanya tidak membuat mereka mati bersama.

Dia tidak merencanakan liburannya sebelum mulai bekerja di Museum of the City of New York dengan berakhir di rumah sakit atau menjadi mayat di pemakaman.

Ia membayangkan sebelumnya kalau dia dapat menghabiskan waktu yang manis dan indah dengan pacar yang terakhir dia temui saat kelulusannya beberapa bulan lalu. Bahkan dia mengharapkan pacarnya tersebut mengucapkan 'aku bangga padamu' 'aku tidak sabar untuk melihatmu bekerja di tempat impianmu' saat ia memberitahu kabar baik tersebut tetapi mereka sekarang berujung kepada pertengkaran yang sangat ia benci.

Wajah Kim Mingyu saat dia memberitahunya tentang kabar bahwa dia akan memulai karier menjadi kurator junior di museum di New York membuatnya muak.

Jejak-jejak tidak suka itu terlihat dengan jelas di wajah tampan dengan rahang yang mengeras dan pupil mata yang membesar.

Jeon Wonwoo memejamkan mata, tetapi tangan yang mencengkram sabuk pengaman beralih mencengkram lengan kemeja Kim Mingyu--memberikan tanda agar dia memperlambat laju mobilnya. Terserah lelaki itu akan membawanya kemana asalkan bukan ke neraka atau ke dunia kematian.

[✓] The Two of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang