"Sudah seminggu aku tidak melihatmu menjemput Wonwoo, kemana dia?"
Mingyu menoleh dan menatap Lee Seokmin yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang meeting, lalu memberi isyarat agar lelaki yang bekerja sebagai editor-in-chief tersebut duduk di seberangnya.
"Bertengkar lagi?" tanya Seokmin, mencoba menebak.
"Aku tidak tahu kali ini bertengkar atau bukan," sahut Mingyu pelan, menatap cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya. "Dia pergi ke Perancis tanpa memberitahuku."
Seokmin mencondongkan tubuh agar dapat mendengarkan sang fotografer yang berbicara tidak lebih pelan dari bisikan.
"Kau tahu kan kami pernah dua kali putus, yang pertama memang salahku dan yang kedua pun menurutnya salahku juga, aku tidak menyesal menikahinya. Aku menghargai pilihannya, tetapi dia harus menghargai diriku juga." jelas Mingyu. Lalu menatap Seokmin yang memutar bola matanya dengan dramatis. "Untuk kali ini aku tidak tahu apa masalahnya, tiba-tiba dia mengatakan akan ke Perancis seminggu dan pergi begitu saja."
"Tidak mengabarimu sama sekali?"
"Tidak,"
"Yakin? Seingatku Wonwoo akan selalu mengabarimu, ingat saat kuliah dulu kau pernah membentaknya ka--"
"Ya. Iya. Dia mengabariku, memeberitahuku."
"Jadi dia tidak pergi begitu saja." ulang Seokmin penuh dengan penekanan.
"Ya, memang!" seru Mingyu tiba-tiba merasa kesal. "Memberitahuku H-1 sebelum berangkat sama saja tidak mengabariku, Seokmin. Kau paham tidak? Minggu lalu aku melihat dia membaca e-mail dengan sangat serius dan aku yakin ada hubungannya dengan Perancis."
Seokmin menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang hobi membesar-besarkan masalah. "Tetapi dia memberitahumu itu acara apa? Aku sih tidak masalah jika istriku begitu."
Kim Mingyu bangkit dari kursinya dengan cepat sambil bertolak pinggang dan menatap Seokmin dengan tatapan tersinggung. "Lee Seokmin, aku tahu kau pernah menyukai Wonwoo dan wajar kau membelanya, tetapi--"
"Hei!" sentak Seokmin yang kali ini ikut tersinggung dengan ucapan Mingyu. "Itu sudah 15 tahun yang lalu! Jangan mengungkit-ungkit cinta monyetku, Kim Mingyu."
Alis Mingyu terangkat tinggi. "Kalau begitu kau harus membelaku! Kenapa kau selalu memihak Wonwoo? Oke no offense, Seok, tetapi aku tidak suka seolah-olah kau masih menyukai suamiku."
Seokmin mendengus keras, sikap kekanakan Mingyu yang seperti ini sudah ratusan kali ia hadapi tetapi kali ini dengan kecemburuan dan kejengkelan yang nyata, si lelaki jangkung sudah kelewat batas.
"Dengarkan aku, pecundang. Kau sungguh kekanakan dan tidak masuk akal, orang waras manapun akan merespon sama sepertiku." sewot lelaki berhidung bangir tersebut. "Dasar keparat, kalau saja kita tidak bersahabat sudah ku patahkan kaki jenjangmu."
Dengan kalimat penuh umpatan dan makian tersebut, Seokmin beranjak pergi meninggalkan Mingyu yang terlihat masih kesal dengan percakapan diantara mereka. Dia tidak akan mengejar Lee Seokmin untuk meminta maaf ataupun mengoreksi ucapannya karena toh mereka sering bertengkar dan telah bersahabat sejak umur 5 tahun, jadi dia percaya Lee Seokmin yang pemurah hati akan memaafkannya nanti.
Setelah argumen, yang ia akui sangat kekanakan, Mingyu memutuskan untuk pulang ke rumah karena jadwal untuk pemotretan hari ini di Harper's Bazaar telah selesai sejak 2 jam yang lalu dan ia tidak ada niat untuk pergi ke Instyle atau W. Bahkan meeting dengan klien untuk pemotretan katalog dan kalender perusahaan diundur sampai minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Two of Us
FanfictionMenceritakan kehidupan rumah tangga dua orang yang memiliki sifat dan kesukaan yang sangat bertolak belakang. Jeon Wonwoo yang alergi dengan bulu anjing dan Kim Mingyu yang tidak menyukai kucing. -------------------------------- Marked as mature fo...