Nice to See You

128 27 67
                                    

Memakan waktu 30 menit perjalanan dari apartemen Nessa ke Dynamic Gym. Beruntung, jalanan masih lengang. Keduanya bisa bernapas lega untuk hal itu.

Begitu sampai, Nafi memarkir mobil di lahan parkir yang masih cukup kosong. Hanya ada dua-tiga mobil. Deretan butik belum buka. Mungkin sama-sama pengunjung gym juga.

Nafi keluar dari mobil lebih dulu setelah mematikan mesin. Berputar ke belakang untuk mengambilkan dua tas yang bukan miliknya, seraya membukakan pintu pelan-pelan untuk Nessa.

Thank you.” Nessa juga sedang memegang pintu mobil dari dalam ternyata, hendak membukanya sendiri, namun Nessa kalah cepat dari Nafi.

You're welcome.” Ada sesuatu di senyum Nessa yang terlihat berbeda, sehingga Nafi berdeham agar tidak makin mempermalukan dirinya sendiri. Apalagi ia nyaris menjepit tangan di pintu belakang penumpang, hanya karena sedikit lengah dan terlena akan senyum kecil Nessa. Nessa benar-benar memberikan efek besar padanya.

Jangan-jangan kalau Nessa lewat saja, dan ia sedang mengupas apel, bisa-bisa jarinya yang teriris bukannya apel yang diiris.

Nafi menyerahkan tas kerja wanita itu, sementara dirinya menyandang tas olahraga Nessa.

“Ah, aku lupa.”

“Lupa apa?”

Nessa meminta tas olahraganya untuk dibawa saja olehnya. Namun Nafi menolaknya dengan halus. “Kamu nungguin aku dong jadinya? Kan, kata kamu sekalian nganter ke kantor. Bukannya repot-repot sampe nungguin aku nge-gym.”

Nafi menggeleng. “Kan, ini bagian dari kenalan kita. Kalo aku gak nungguin di sini, terus nanti nungguin di mana? Masa iya, aku ke gym-ku sebentar terus balik lagi ke sini, malah tambah repot.”

Nessa tertawa kecil. Tidak menanggapi apa pun lagi, ia merasa perkataan Nafi ada benarnya juga, jadi ia mulai berjalan lebih dulu. Memandu Nafi masuk ke tempat rekomendasi gym dari Riri yang punya koneksi di sini.

Bagian informasi serta-merta menyambut mereka. Alih-alih menyambut Nessa, penjaga bagian informasi yang masih terkantuk-kantuk, mendadak segar bugar melihat Nafi.

“Selamat datang di Dynamic Gym! Mari jaga dan cinta tubuh Anda agar selalu prima!”

Mungkin karena ia membawa tas olahraga warna hitam, ada merek khas brand olahraganya pula, Nafi jadi langsung dihampiri oleh promotor. Mereka memberi banyak basa-basi, menanyakan kabar pagi ini, dan lain-lain yang ia tidak mengerti.

Sementara Nessa mengeluarkan kartu keanggotaan agar dicek oleh petugas. Usai divalidasi, Nessa beranjak masuk ke dalam. Meninggalkan Nafi yang kebingungan tak punya celah menghindar dari para pegawai.

Seperti biasa, gym cukup sepi di pagi hari biasa. Hanya ada sepasang orang tua yang masih cukup bugar untuk berolahraga. Sepasang pemuda sedang angkat beban dan pamer badan satu sama lain. Satu pemuda lagi, duduk memunggungi semua orang, tengah melatih kekuatan otot kaki.

Nessa meletakkan tas di bangku panjang, dekat treadmill yang akan ia pakai. Ia melepaskan kacamata Nafi, menaruh ke dalam tas. Merapikan kunciran rambut, kemudian mengeluarkan ponsel dan bluetooth earphone. Mengaktifkan bluetooth handpone sendiri, menyambungkan dengan earphone.

Barulah Nessa memutar playlist lagu, menyumpal telinga dari keheningan sekitar. Naik ke atas treadmill, dan menekan tombol-tombol untuk menjalankannya. Awalnya berlari biasa sekitar lima menit, barulah menaikkan kecepatan menjadi jogging.

Sekitar kurang-lebih sepuluh lagu, yang rata-rata berdurasi tiga menit, Nessa mendengar suara tidak enak Nafi dari kejauhan. Meski telinganya dipenuhi lagu-lagu favoritnya, tapi suara si promotor gym yang bersemangat berhasil ikut menggaung ditelinganya.

Love IndeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang