27 ~Not choices

1 0 0
                                    

Saat ini aku sedang menggeser-geser layar ponselku yang menampilkan isi galeriku..

Aku sedang menggeser ke kiri dan ke kanan untuk melihat foto Rafa dan Rey secara bergantian.

Aku tersenyum, bukan tersenyum bahagia.. Aku tersenyum karena sangat bangga dengan diriku.

Aku seperti seorang penjahat saat ini.

Akan sangat menyakiti orang.. Dan akan mendapat keuntungan yang besar..

Aku benar-benar bingung. Selama 2 hari ini aku tidak masuk sekolah..

Aku hanya ingin sendiri..

Aku hanya tidak mau bertemu dengan mereka..

Mereka yang membuatku bingung..

Besok aku sekolah terakhir untuk semester ini.. Mungkin hanya class meeting

Lusa, aku ambil rapot..

Dan 3 hari lagi, aku ke London, tepat dihari Ulang Tahunku yang ke 17.

Dan sampai sekarang aku masih merenung..

Aku harus memutuskannya hari ini..

Karena mereka menungguku...

Kalian tahu? Ini benar-benar sangat amat sulit

Bayangkan, sepasang adik-kakak?!

Dan kau harus memilihnya!!

Memilihnya!!

"Memilihnya?!" ucapku disuarakan.

"Kenapa aku harus milih ya ampun"

Akhirnya aku menemukan jawabannya

Aku sudah mengetahui akhirnya..

Dan aku sadar

"Mereka bukan pilihan Lidya.. Mereka adalah 2 laki-laki hebat yang mengisi lembar kehidupan lo! Mereka yang menggambarkan, mewarnai.. Dan lo nganggep mereka pilihan?
Kok gue jahat banget ya?
Duh akhirnya gue sadar..
Gue harus yakin" ucapku bersuara karena malas kalo bengong terus.

===

Aku hari ini sekolah, dan menuju kelas Rafa dan Rey..

===

"Jadi bagaimana Lid?" tanya Rey.

Fyi, Please, kalian jangan katain aku sok kecakepan okey.

Aku menatap Rey, lalu menatap Rafa.

Aku menatap sekeliling ruangan cafe ini.

Cafe werty menjadi saksinya..

Ditemani kursi yang kududuki dan meja yang kutindihkan tanganku ini.

Semua menjadi saksi.

"Gue, gue mun-mundur" ucapku dan seketika langsung menunduk.

"Hah?!" ucap Rey, Rafa hanya terdiam. Sepertinya, Rafa sudah faham. Berbeda dengan Rey yang pinter tapi rafa lemot ini.

"Gue sadar kalian bukan pilihan.. Kalian 2 orang hebat, berjasa dalam hidup gue.. Kalian-kalian hiks sahabat gue" ucapku dan meninggalkan Rafa dan Rey dengan tergesa-gesa.

===

Hari ini ambil rapot.

Aku, tentu saja ikut dengan ibuku. Karena guru wali kelasku kali ini galak. Kalo nggak mah, ogah.

Ibu menunggu antrian di dalam kelas. Dan aku di koridar atas lantai 2 sedang menumpu tangan pada besi.

Aku yang sedang mengobrol dengan Jessica, langsung izin pergi.

About My 17 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang