Semua sudah berubah, tak lagi sama seperti dulu
~Lidya & Rafa================================
Hari ini, hari terakhir Rey sekolah di SMA Sakti Bandung.
"Terima kasih, Rey.. Telah menjadi bagian warga SMA Sakti Bandung. Sukses selalu untuk karir kedepannya Rey. Beri sambutan sedikit Rey" ucap pak kepala sekolah, dan memberikan mikrofon ke Rey. Rey melihatku. Aku memberi jari jempolku dan memeletkan lidah. Kami jadi pusat perhatian. Dan di 'cie-ciekan' murid.
"Makasih Pak, makasih SMA Sakti Bandung, makasih semua teman, makasih semua warga sekolah ini.. Makasih kalian semua yang sangat menerima saya dengan baik disini.. Hmm, walau cuma 17 minggu. Tapi banyak sekali momen-momen indah.. Saya akan selalu mengenang momen ini.., jangan lupakan saya.. Dan, jangan kangen karena berat kata Dilan" semua murid beserta guru staf, bertepuk tangan dan tertawa untuk Rey.
Aku, ya ikut bahagia dan sangat berterimakasih karena Rey, aku tetap semangat.
===
Sekarang sudah pulang sekolah. Dan seperti biasa, aku dianter pulang sama Rey.
"Rey" aku senyum kepada Rey, sangat tulus.
"Apaci, mantan tersayang Rey" ucap Rey mencubit pipiku yang lumayan tembem belakangan ini karena aku makan terus.
"Gak, yuk pulang" aku naik ke motor Rey.
===
Aku dan Rey telah sampai dirumah.
"Dah, sana masuk" ucap Rey.
"Turun dulu dong, hari terakhir nih" ucapku,memanyunkan bibirku.
"Iyadah, apa si yang nggak buat Lidya" ucap Rey, dan aku kembali tersenyum.
Rey turun dari motor dan aku langsung memeluknya. "Makasih ya Rey, lo baik banget, lo sahabat gue yang sangat baik.. Lo---"
"Mantannya jangan dilupakan napa, kayaknya lo gak ridho banget gue jadi mantan lo" ucap Rey, memotong ucapanku. Aku melepas pelukan.
"Jangan motong ucapan gue Rey. Hmm.. Makasih sudah mengisi masa putih abu-abu gue dengan 17 minggu yang sangat berkesan ini.. Maaf dengan sikap gue yang naik turun, hihihi" ucapku dan diakhiri dengan tawa.
"iya Lid, sama-sama. Makasih juga ya Lid, karena mau jadi mantan gue. Secara gue most wanted lo di Singapura, lo sangat beruntung" ucap Rey, masih ge-er.
"Ya.. Gak papalah, walau gue diduain waktu itu" ucapku tersenyum sinis.
"lah?!" tanya Rey, sambil menaikkan salah satu alisnya.
"yang waktu itu ketemu di Mall Rey, gue tahu gue cuma jadi mainan di Bandung" ucapku tertawa.
"ohh.. Itu adek sepupu gue Lid" ucap Rey.
"Alah.. Pake alesan sepupu segala coba, jujur aja udah" ucapku dengan ekspresi meremehkan Rey.
"Serius dah Lid.." ucap Rey. Aku tersenyum tidak percaya, dan mencibir.
"Lagian lo ngapain juga ngebahas itu. Jangan-jangan" ucap Rey, meledekku lagi.
"Jangan-jangan apa coba? Gila" ucapku ingin meninggalkan Rey. Rey memegang tanganku.
"Lo dah suka ya sama gue" tanya Rey dengan muka yang saat ini sangat ingin ku tabok dengan pemukul kasti.
"crazy boy" ucapku, ingin memasuki rumah lagi.
"Ah maca ciihh.. Lid" Rey kembali menahanku.
"Lepasin" aku melepaskan tangan Rey dengan kasar.
Rey langsung menangkap tanganku dan menarik tubuhku kepelukannya.
"Gue becanda Lid, kan gue udah bilang.. Gue suka liat lo marah.. Maafin gue" ucap Rey. Aku hanya terdiam.
"Apalagi liat muka lo blushing. Lucu banget gilss" ucap Rey. Aku langsung melepas pelukan. Dan masuk kerumah.
Saat ingin masuk ke rumah. Rey teriak. "JANGAN KANGEN YA LID"
Aku pun masuk kerumah dan mengunci pintu.
"gue bakal kangen lo Rey"
===
Hari ini hari keberangkatan Rey. Dan sekalian modus jemput Rafa.
Aku tertawa dalam hati
Jujur, aku sangat menanti-nanti hari ini datang.. Tapi tak kupungkiri juga.. Aku tak mau pisah sama Rey.
"Dadah Lidyaa.. Jangan kangen ya sama Rey. Lagipula, minggu depan Rey kesini lagi kan, Mama mau nikah.. Cuma seminggu doang Lid gak ketemu, gak usah nangis gitu deh" ucap Rey alay.
"Gila aja lo. Setetes pun gue gak nangis. Ngapain gue nangisin orang alay kayak lo" ucapku.
"Iyadah, Lidya kan lagi seneng karena sebentar lagi mau ketemu mantan terindahnya. Mantan yang ini mah kelaut aja" ucap Rey sambil menunjuk dirinya dan menunjukkan ekspresi seperti orang paling sedih di muka bumi ini.
"Serah lo, dah sana pergi.. Dah mau berangkat tuh pesawatnya" ucapku mengusirnya.
"Yaudah deh, dadah Lid, Bu, Mama" ucap Rey.
Rey masuk ke bandara itu.
Dia sudah menghilang tak terlihat.
===
Saat ini aku, Ibu, dan Mama menunggu kedatangan Rafa.
Tadinya aku mau pulang saja karena malu.
Tapi, kata Mama.. Aku disuruh disini saja..
"Ma, udah Lidya, pulang aja ya Ma" ucapku.
"Jangan Lidya, Mama pingin kamu disini sambut si Rafa titik" ucap Mama tegas.
"Yaudah si Lid, dah mantan bukan berarti gak berhubungan lagi kan?" ucap Ibu sangat menohokku. Aku sangat anti kata 'mantan' karena aku benci kata itu.
Moodku langsung turun.
Penumpang pesawat jurusan Singapura—Jakarta sudah Take off
Sekali lagi--Aku mendengar kata itu, dan seketika aku langsung sakit perut.
"Bu, Ma, Lidya pergi ke kamar mandi dulu ya, Lidya sakit perut nih" aku pamit dan hendak pergi tapi tanganku ditahan.
"Ya ampyun Ma, asli dah Lid--" aku memohon dan saat aku balik badan. Rafa yang menarikku.
"Rafa?" ucapku kaget dan memandangi wajahnya yang sangat tampan itu. Ibu dan Mama tertawa cekikikan disana yang melihat muka mupeng + melasku.
"Sebenci itu lo sama gue Lid? Sampe gak mau ketemu gue?" ucap Rafa melepas tanganku.
"gilak, sakit perut gue seketika hilang" ucapku dalam hati.
"Hay Raf, kamu apa kabar" sapaku sambil tersenyum menunduk.
Rafa meninggalkanku menuju Mama. "Gue baik Lid". Rafa memeluk Mamanya "Ma, Rafa kangen" Ucap Rafa. Dan beralih memeluk Ibu. "Rafa juga kangen Ibu"
"Ya sayang" kata Mama dan Ibu.
Biasanya setelah Rafa memeluk 2 orang itu, dia akan memelukku
Tapi.. Sudah berubah.. Semua tak lagi sama
Kita semua pun menuju parkiran untuk pulang.
===
Gimana BAB 19 nya?????
Omay, dah mau 20 BAB cuyy
Gak nyangka saia
Akhirnya sekarang saya menemukan ending yang pas
Hahaha
Mau tahu endingnya apa?
Mau?
Mau?
Mau?
Ikuti terus ceritanya
Terimakasih
💕dhea
KAMU SEDANG MEMBACA
About My 17
Ficção Adolescente"Hanya ingin akhir bahagia" Tekad Rafa yang kuno Harga diri Lidya yang sengaja direlakan Dan Rey yang kurang peka tapi peka Ini hanyalah cerita tentang sepenggal hidupku It's about my 17 ~Lidya ================================ Penasaraaaan?!!!! K...