25 ~penindasan

3 0 0
                                    

Aku sudah kembali ke Bandung..

Dan karena hari ini libur tanggal merah.

Aku memutuskan untuk ke rumah Rafa. Ibu menyuruhku kesana. Sekalian aku main kan, dan kasih gitar itu.

Aku sudah mengechat Rey, dan katanya dia gak ada Mama dan Pak Adit.

Jadi, ya aku langsung buka pintu saja.

Aku sekarang sudah di dalam rumah Mama dan menuju kamar Rafa.

Tok tok tok.. "Raf?"

Rafa membuka pintu. "Lidya?"

Aku langsung menerobos masuk kamarnya Rafa.

"Ngapain lo Lid? Nyari gue? Bukan nyari Rey?" tanya rafa.

"Kalo misalnya disuruh milih setan sama malaikat. Kamu milih apa Raf?" tanyaku sambil tersenyum. Mengambil ancang-ancang posisi terenak dikasur.

Aku pun menemukan posisi enak dan siap mendengarkan Rafa. "Malaikat" ucap Rafa.

"Nah, itu kamu tahu.. Ya, itu lah.. Kamu pasti ngerti" ucapku. Aku memperhatikan ekspresi yang bingunf menjadi kaget. Lucu banget asli.

"Parah lo" Rafa tertawa. "Abang gue tuh, gue adeknya nih" ucap rafa.

Aku juga tertawa sambil melihat Rafa.
Entah kenapa, aku benar-benar menyukai tawanya, senyumnya, suaranya.. Ahhhh

"Lo mau ngapain Lid?" tanya Rafa setelah berhenti bicara.

"Mau menyayangi elo" ucapku tidak sadar. Aku lagi bengong.

"Hah?! Gilak lo Lid, sadar woy" ucap Rafa sambil menepuk kedua tangannya menghasilkan tepukan kencang di depan wajahku menyadarkanku dari lamunanku memikirkannya.

"Kodok loncat--ishh Raf, kamu apaan sih ngagetin" ucapku memegang dadaku karena kaget.

"Lo mau ada apa Lid kesini? Gak mungkin kan cuma numpang tidur doang?" ucap Rafa.

"Aku mau ngasih ini, tar dulu"

Aku keluar kamar dengan berlari.

Sampai di ruang tamu, aku melihat Rey memainkan gitar yang ku beli khusus untuk Rafa.

Dan dia membuka bungkusnya

Aku tidak terima.

"Anjir lo Rey, lo buka kado gue.. Isssh lo bener-bener yaaaa" ucapku teriak karena sangat marah. Aku menjewer kuping Rey.

"Astatank, sakit Lid sakit.. Ampun.. Gue kira ini paket dibeliin mak gue Lid" ucap Rey memohon. "Ampun Lid ampuun"

"Reeeeeeyyy, lo bener-bener nyebelin banget parah abis kali ini" aku semakin memutar telinga Rey.

"Ada apa sih Lid? Kok teriak-teriak?" tanya Rafa yang sedang turun lewat tangga. Yaiyalah lewat tangga, lo kira menurun dengan kekuatan super Lid.

"Ini si Rey, Raaaf.. Nyebelin" ucapku memelas ke Rafa.

"Duh Raf, tolongin gue Raf" ucap Rey memohon.

"Lepasin Lid" ucap Rafa, seketika aku melepasnya, dan Rey langsung memegang telinganya. "Kenapa sih Lid?"

"Rey buka kado aku buat kamu Raf.. Maafin aku" ucapku sedih.

"Hah? Kado apaan? Gue gak ulang tahun Lid" tanya Rafa.

Aku langsung mengambil kado itu. Menarik tangan Rafa dan meninggalkan Rey sendiri.

Aku membawa Rafa ke halaman.

About My 17 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang