12

18 2 2
                                    


***

Arka menatap uminya nanar.

"berbahagialah nak"ujar umi mengusap kepala arka lembut.

"apa dia akan datang umi? Apa ini yang dia inginkan, melihat arka menderita? "ujar arka menahan amarahnya.

Ayah beserta neneknya tidak bisa berbuat apa apa kala arka terus saja menanyakan nadira.

"arka mohon umi, ijinkan aku tetap tinggal disini,arka mohon"ujar arka berlutut di kaki umi.

Umi sudah tidak kuat menahan air matanya.

***

Sedangkan nadira sudah tidak sabar dalam perjalanan menuju panti.

"aku datang kak, dira datang."gumamnya

Bunda yang melihat dira ceria tersenyum.

"bunda senang melihatmu seperti ini"ujar bunda yang masih fokus menyetir walau sesekali menatap dira.

Mobil tiba di halaman panti,nadira segera berlari mengejar uminya yang sedang berjalan memasuki rumah.

"ummmiiiii"teriak dira

Umi yang merasa namanya di panggil sontak menoleh,air matanya tumpah.

"dira"lirihnya setelah dira berada di pelukannya.

Sementara bunda yang melihatnya tersenyum senang.

"umi dira rindu umi, dira rindu panti, dira juga rindu kak arka"ujar dira yang masih menangis.

"umi juga rindu dira, apa kamu baik baik saja, dan siapa ibu ini?"

"ceritanya panjang umi, sampai bunda menolong dira"ujar dira menatap bundanya.

"apa dira terluka?"tanya umi khawatir.

Dira menggeleng.

"saya kesini untuk mengurus surat untuk mengadopsi dira"ujar bunda menyalami tangan umi.

"ayo masuk kedalam dulu"ajak umi

Dira tak bergeming,ia malah mengedarkan pandangannya ke arah rumah pohon.
Umi yang melihatnya mengerti, dira seakan meminta jawaban dari tatapan teduh umi.

"kak arka? "tanya dira

Umi semakin menundukan wajahnya.

"umi... "ujar dira sudah menangis

Tanpa menunggu jawaban dari uminya dira segera berlari menuju rumah pohon.

Kosong

"kakak... "ujarnya menangis.
Tatapannya beralih pada kelinci yang hanya satu, tidak seperti biasanya.

"kau pergi, kakak pergi"ujarnya terisak

Tangannya menggenggam sesuatu
Dan tebakannya benar kepergian arka sama seperti dirinya yang hanya meninggalkan sepucuk surat.

"nadira arsyella

Aku marah padamu, aku benci padamu...

Aku pergi sesuai keinginanmu,
Berbahagialah...
Aku tak akan mengganggumu lagi
Tapi satu yang harus kamu tau
Aku mencintaimu dira, kakak menyayangimu, bukan sebagai adik, tapi sebagaibseorang laki laki yang mencitai seorang wanitanya,aku marah padamu kenapa tak mengatakan jika kamu tak bahagia bersamaku, aku membencimu karena kamubselalu berbohong. Tapi jauh darinrasa benci dan amarahku, aku sangat sangat mencintaimu nadira

Si pemilik mata indah

Aku yang mencintaimu
Arka dimas prayuda... "

Tangis nadira luluh sudah, tak ada kata hanya isakan pilu, isakan penyesalan yang terdengan saat ini.

Tatapan yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang