15

4 1 0
                                    


***
"kakak" lirih dira

Ia masih tak percaya apa yang ia lihat.

"maaf atas keterlambatan saya"ujar suara bariton nya itu, semua tersenyum maklum, tapi tidak dengan dira, ia masih menatap lekat bos barunya itu.

"perkenalkan saya arka dimas prayuda direktur utama surya company, saya berharap kita akan bekerja sama dengan baik, dan membuat surya company bertambah maju lagi"tutur arka dengan gaya pemimpinnya.

Rapat dimulai, sungguh nadira tak fokus sama sekali, padahal ia terkenal dengan kecekatannya sebagai sekretaris.
Sampai rapat selesai pun nadira masih terdiam tak mengucapkan satu kata pun, ia hanya terus menatap lekat arka yang sama sekali tak menatapnya.

"ekspresimu berlebihan, aku pikir kamu tidak akan ikut terpesona dengan bos mu itu, tapi aku salah"ujar bella menggoda dira.

Dira tak merespon tatapannya masih tertuju pada arka yang sedang berbincang dengan ayahnya.

"aku duluan ya, selamat bekerja"ujar bella yang keluar lebih dulu.

Arka menatap dira sekilas, tak menunjukan ekspresi apapun, DATAR.

"baiklah nadira, dialah direktur utama surya company, dan dia pula yang akan menjadi bosmu"terang pak surya ramah.

Nadira mengangguk tanda mengiyakan.

"dan arka, dia nadira, sekretaris baru yang ayah katakan tempo lalu, sesuai yang kamu inginkan, dia adalah sekretaris terbaik di kota ini"puji pak surya pada dira.

Nadira hanya tersenyum paksa, matanya sungguh menunjukan kesedihannya, seseorang yang ia tunggu bahkan tak menyapanya.

"baiklah kalau begitu, sepertinya saya harus pergi dulu,ayah pergi dulu ya"ujar pak surya yang di angguki keduanya.

"arka akan mengantar"ujar arka santai.
Benar kata bella direktur utama nya adalah seorang kutub es.

Setelah kepergian keduanya air mata itu jatuh.

"kakak... "lirih dira, ia mencoba menguatkan diri menyusul langkah kedua atasannya itu.

Saat dira keluar pak surya sudah tak nampak.

"saya tidak suka orang yang lambat, bukankah kamu sekretaris yang handal, harusnya anda tau bagaimana cara anda bersikap"ujar arka tajam.

Dira menatap arka tak percaya.
Arka beranjak pergi.

"kakak.. "ujar dira.
Langkah itu terhenti.

Arka tersenyum sinis.lalu pergi meninggalkan dira yang menangis

"kamu melupakanku, kamu tak mengingatku.maaf...maaf"ujar dira lirih disertai tangis yang mengisi kesunyian lorong itu.

***

Hari berlalu, nadira mencoba menyadari bagaimana posisinya di sini.
Ia menarik napas dalam menarap pintu megah itu. Senyuman itu terlihat jelas di wajahnya.

Arka tampak sibuk dengan laporan yang menumpuk.

"permisi direktur, pihak aryan corp meminta rapat di adakan di jam makan siang"terang dira menyerahkan beberapa laporan.

"jam makan siang? Dimana? "tanya arka tanpa memandang dira.

"di cafe ayuna"ujar dira lagi

"baiklah, saya akan menemuinya sendiri, tolong siapkan laporan untuk rapat pihak pemimpin tinggi perusahan besok"ujar arka memerintah.

"baik pak"ujar dira tegas

"selesaikan sebelum jam makan siang"ujar arka setaktis.

Dira menatap arka tak percaya.
Tidak mungkin ia menyelesaikan laporan yang bahkan belum di bacanya itu, dan itu artinya ia tidak bisa makan siang.

Tatapan yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang